RIONEL || TIGA PULUH DUA

51K 2.6K 22
                                    

Vote

Komen

Vote

Author harap Votenya tembus 100. Semoga aja.


Happy Reading

 

Saat ini Elena menangis sendirian di belakang sekolah, mengingat ejekan, makian, dan tuduhan yang tak pasti dari siswa yang dia lewati tadi, dia semakin menangis kencang. Memukul dadanya yang terasa sesak dan menggigit bibirnya mencoba menghilangkan sakit hati, tapi tak berhasil. Malah, dia semakin merasakan sakit.

Dia membutuhkan Rion sekarang di sisinya, yang bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya, menghilangkan tuduhan palsu atas dirinya, dan menghentikan tangisnya, tapi ... pemuda itu tidak ada di sana, handphone Elena juga sedang berada di kelas, jadi dia tidak bisa menghubungi Rion saat ini.

Elena menunduk dalam-dalam, dia tidak berani lagi menunjukkan wajah ke hadapan banyak siswa. Tapi, saat mendengar kekehan seseorang, Elena mendongak dan menoleh ke sumber suara.

"Kenapa malah nangis?" tanya seseorang itu, yang tak lain adalah Geza. Pemuda itu kini berdiri di hadapannya dengan tangan masuk ke dalam saku. Wajahnya dingin serta tatapannya juga kepada Elena. "Kalau seseorang nangis hanya karena dikatain yang nggak-nggak, berarti apa yang dikatakan orang itu benar."

"Maksud kamu apa?" tanya Elena masih terisak. Dia pikir Geza akan menemaninya agar dia tidak menangis, dia pikir Geza tidak akan menghakiminya, tapi nyatanya tidak. Dia sama saja dengan yang lain. "Kamu juga berfikir sama kayak orang-orang itu?" Dia tau jawabannya, tapi dia memilih bertanya.

"Ck!" Geza berdecak dan menatap Elena intens. "Jadi selama ini, gue salah? Gue ... temanan sama seseorang yang gak baik!"

Elena menggeleng, tangisnya kian pecah. "Ngak! Aku gak seperti yang mereka bilang, Geza," geramnya.

"Gak seperti apa maksud kamu?!" kesak Geza. "Asal lo tahu yah, gue suka sama lo. Semenjak ketemu, gue suka sama lo udah lama banget ... tapi ... kenapa harus ini yang gue dengar? Lo udah punya hubungan kan sama banyak cowok? Ngaku Elena!!" Suaranya semakin tinggi dan membentak Elena.

Geza melirik perut Elena dengan tatapan jijik. "Hebat! Selama ini gue pikir berat badan lo naik karena ... gue pikir badan lo sedikit berubah, tapi ... ternyata lo hamil yah? Gue bodoh banget sih, sampai-sampai gak sadar kalau lo hamil?" katanya dan terkekeh sumbang.

"Gez ... plis, dengarin aku dulu!" pinta Elena. Dadanya sesak dan sakit begitu saja. Geza yang dia kenal selama ini, yang selalu baik kepadanya tidak percaya akan dirinya. Dan hal itu membuat Elena heran.

"Dengarin apa, sih?" ucap Geza. "Dengarin kalau lo udah tidur sama banyak laki-laki diluaran sana, dan hamil anak salah satunya dan lo gak tau siapa ayahnya? Ck! Miris banget sih!" ledeknya.

Elena terdiam dengan derai air maya yang tak ingin berhenti turun. Dia hanya bisa menggeleng. Berbicara saja dia tidak diizinkan sedari tadi.

Geza juga nampak terdiam beberapa saat. Menyaksikan Elena menangis. Hingga, dia kembali berucap, katanya, "seorang siswi gak diizinkan sekolah dalam keadaan mengandung. Jadi, lo bicara aja sama guru supaya lo dikeluarkan? Atau gue aja yang bicara?"

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now