Bab 33 : Tikus dan Kucing

7.1K 1K 188
                                    

A/N : Thank you for your patience, guys.

Semoga chapter ini bisa menghibur kalian. 

Seperti biasa, vote, komen yang banyak, masukin MMOHE ke reading list, dan follow akun roseannejung.

Happy reading.

***

Sesampainya di Benteng Doristus, Jeremiah langsung mengadakan rapat darurat. Membahas tentang dalang dibalik penculikan Rosaline sekaligus kabar perkembangan benteng selama pergi.

Rapat itu berjalan alot dan berlangsung lama. Melihat kondisi sang kapten yang kelelahan, Max menyarankan Jeremiah untuk beristirahat dan melanjutkan rapat besok pagi. Namun, Jeremiah sama sekali tidak mendengarkan.

Lewat tengah malam, barulah rapat itu dibubarkan, dengan perencanaan perbaikan benteng, penanggulangan korban pengungsi, dan rencana penyerangan balik terhadap musuh yang akan dilangsungkan kurang selambat-lambatnya satu minggu lagi.

Theodore yang sejak tadi sudah menguap akhirnya bisa bernapas lega. Ia merenggangkan ototnya yang kaku karena terlalu lama duduk di sofa sambil mendengarkan Jeremiah dan para petinggi ksatria lainnya berdiskusi.

"Jadi, bagaimana?" tanya Theodore sesaat setelah ia dan Jeremiah keluar dari ruang rapat. Suaranya sengaja ia buat lirih agar tidak ada yang bisa mendengar selain mereka berdua.

"Sudah kubilang, perhatikan isi materi rapat."

"Bukan, bukan," sergah Theodore cepat. "Bukan soal isi rapat, aku sama sekali tidak peduli. Aku percaya kau pasti bisa menangani masalah itu. Hanya saja, aku penasaran dengan apa yang terjadi antara kau dan Rosaline? Bagaimana bisa dia ada di sini? Tidak mungkin kau yang menyuruhnya ke sini, kan."

"Dia datang dengan sendirinya."

"Sudah kuduga! Pasti karena dia rindu padamu." Theodore tertawa. "Memang hanya Rosaline yang bisa berbuat sejauh ini untukmu."

"Bukan karena rindu. Dia ke Vixen untuk mengambil sesuatu. Saat ingin pulang badai menahannya di sini."

"Begitukah?" Theodore terlihat skeptis. Tapi mengingat yang berbicara adalah Jeremiah, sama sekali tidak ada alasan untuknya tidak percaya.

"Dimana kamar yang kau tempati semalam?"

Theodore mengangkat satu alis. Bingung. Meski begitu, ia tetap menjawab dengan polosnya.

"Di sebelah sana." Ia menunjuk satu buah lorong di sisi kanan.

Jeremiah mengangguk pelan. "Malam ini aku menumpang tidur di kamarmu."

"Apa?" Theodore menyusul Jeremiah yang sudah mendahului. "Hei, tunggu! Apa maksudmu? Aku ini Putra Mahkota. Aku tidak berbagi kamar dengan siapapun!"

"Raja mengirimmu ke sini karena kau sedang dihukum. Anggaplah ini salah satu dari hukuman yang kau terima."

"Oh, ayolah! Kau tahu ayahku hanya menggertak. Lagi pula, kau tidak akan benar-benar memberikan aku hukuman, kan. Kita ini sahabat."

Jeremiah sama sekali tidak menjawab dan terus berjalan. Membuat Theodore semakin kesal. "Kenapa kau harus tidur di kamarku? Memang ada apa dengan kamarmu?"

"Ada Rosaline di sana."

"Lalu kenapa?"

" ... "

"Oh! Aku tahu."

Theodore akhirnya berhasil menarik perhatian Jeremiah. Laki-laki dengan surai coklat gelap dan wajah tampan yang dingin itu menoleh. Menanti Theodore melanjutkan kalimatnya yang menggantung.

Making My Own Happy Ending✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang