Bab 10 : Kekacauan

8.6K 1.1K 73
                                    

A/N: Jangan lupa vote dan komen.

***

Hujan mulai mereda saat Lia sampai di jalan yang penuh dengan tenda-tenda pedagang. Langit hitam yang semula marah dengan memunculkan gunturnya, sekarang sudah kembali tenang. Meski gerimis masih turun, namun keadaan sekarang jauh lebih baik.

"Permisi, Tuan." Tidak peduli dengan bajunya yang basah kuyup, Lia menghentikan laju seorang pria tua dengan topi bowler coklat. Laki-laki itu terlihat terburu-buru. "Apa anda melihat perempuan mengenakan gaun biru muda dan syal kuning? Rambutnya panjang sepunggung dan berwarna emas. Dia--"

"Tidak."

"Mohon diingat lebih teliti lagi, Tuan. Perempuan itu--"

"APA KAU TULI?" Laki-laki itu membentak. "KUBILANG TIDAK YA TIDAK!" Pria itu marah lalu mendorong Lia.

"Awww." Lia meringis ketika bokongnya bertabrakan dengan tanah.

"Mengganggu saja!" Pria itu melempar tatapan sinis kepada Lia sebelum melanjutkan langkah buru-burunya.

Orang-orang yang melihat kejadian itu pura-pura buta dan memilih untuk tidak mengacuhkan Lia. Mereka melanjutkan kegiatan mereka seakan peristiwa tadi tidak terjadi di depan mata mereka.

Namun Lia adalah Lia. Apapun yang terjadi, tidak mengecilkan kegigihannya untuk menemukan Rosaline yang terpisah dengannya saat badai tiba-tiba datang.

Lia bangkit dengan gaun yang kotor terkena tanah basah. Ia menyusuri jalan yang sekiranya dilalui Rosaline untuk mencari perlindungan dari badai. Ia juga tidak lelah bertanya kepada orang-orang yang melintas, mengenai Rosaline.

Namun, sampai festival musim gugur itu berakhir, tenda-tenda pedagang sudah dibereskan, dan kerumunan orang perlahan-lahan hilang, Lia tidak pernah menemukan Rosaline lagi.

Rosaline hilang bagai ditelan bumi.

Tubuh kurus Lia menggigil. Pakaiannya yang semula basah sekarang kembali kering terkena angin malam musim gugur yang dingin.

"Apa jangan-jangan Nona sudah kembali ke penginapan?" pikir Lia di tengah-tengah kegundahan hatinya memikirkan nasib Tuannya. "Ya, ya, mungkin Nona Rosaline sudah kembali. Dia pasti di sana, sedang berbaring di ranjang sambil mengomel karena lapar dan aku tak kunjung pulang. Ya, pasti begitu."

Dengan harapan itu, Lia bergegas menuju penginapan yang ditempatinya bersama Rosaline.

Seperti biasa, penginapan itu terlihat suram. Tanah basah dan daun-daun yang berguguran di halamannya membuat bangunan tiga lantai itu lebih mirip seperti rumah hantu dibandingkan dengan sebuah penginapan.

Dengan langkah yang terburu-buru, Lia menapaki satu persatu anak tangga yang membawanya ke pintu masuk. Sesaat setelah pintu itu ia buka, ia mengharapkan Felix atau laki-laki bertongkat yang menyambutnya kemarin malam. Namun meja resepsionis malam ini kosong.

Lia tidak memperdulikan tatapan seorang wanita bertopi di pojok ruangan yang menatapnya penuh selidik, dan terus melangkah menuju lantai tiga. Lantai dimana kamar yang ia tempati dengan Rosaline berada.

Sesampainya di depan pintu , Lia menyadari kalau pintu itu tidak benar-benar tertutup rapat. Ada celah yang membuat cahaya dari dalam kamar menyelinap ke lorong lantai tiga.

Hati Lia sudah berbunga-bunga. Tebakannya kalau Rosaline sudah berada di penginapan ternyata benar.

Tanpa ragu, Lia mendorong pintu itu terbuka.

"Nona! Aku benar-benar bodoh karena mencarimu kemana-mana tapi ternyata kau sudah ada disini sejak... " kalimat Lia menggantung di udara saat ia melihat sosok yang ada di tengah kamar.

Making My Own Happy Ending✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora