Bab 13. Selamat Ulang Tahun

7.6K 911 48
                                    

A/N : Dianjurkan untuk membaca chapter sebelumnya. Just in case kalian lupa alur ceritanya.

Vote dan komen untuk unlock new chapter.

***

"Dokter! Dokter!" Rosaline berteriak setelah membuka ruangan yang biasa digunakan untuk merawat para ksatria yang terluka.

Seorang wanita berambut merah ikal muncul dari balik tirai yang ada di pojok ruangan. Dia adalah dokter jaga hari ini.

"Nyonya ... apa yang ... " Dokter itu terkejut melihat Rosaline membopong seorang laki-laki muda yang bersimbah darah. Dengan cepat ia bergerak membantu Rosaline dan Pam membopong Ben ke salah satu ranjang rawat.

Rosaline memotong semua pertanyaan sang dokter yang penasaran dengan apa yang terjadi dan menyuruhnya untuk cepat menangani Ben. Saat Ben mulai ditangani, barulah Rosaline dapat bernapas lega.

Ia menoleh ke samping, mendapati Yohana berdiri kaku dengan wajah tegang. Kondisi Yohana tidak separah Ben. Hanya saja terlihat jelas kalau ia mengalami shock berat. Entah apa yang dilakukan dua algojo itu padanya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Yohana mengangguk.

"Sepertinya kau juga harus diperiksa."

"Tidak." Yohana menghindar kala Rosaline mendekatinya.

Rosaline pertama kali mengenal Yohana saat pelayan itu ditugaskan untuk melayaninya di puri. Menggantikan Lia yang dipindah tugaskan ke dapur kastil. Pertama kali melihat Yohana, Rosaline sudah menebak kalau pelayan itu sedikit berbeda dengan yang lain.

Yohana tidak banyak bicara apalagi berekspresi. Wajahnya datar, dan ia hanya akan menjawab pertanyaan apapun sesingkat mungkin. Yohana juga tidak membaur dengan para pelayan lain dan memilih untuk menyendiri. Mungkin karena hal itu juga Yohana dengan mudah menyetujui permintaan Rosaline untuk menyampaikan surat pada Lia.

"Atau setidaknya beristirahatlah, aku akan menyuruh-"

"Tidak!" Nada suara Yohana bergetar, lalu bulir-bulir air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya. "Nyonya, biarkan saya pergi. Saya tidak mau berada di sini lebih lama lagi. Saya takut."

"Yohana, tenanglah.."

"Bagaimana saya bisa tenang? Saya hampir mati karena menjadi kurir surat Anda" Baru kali ini Rosaline melihat sorot penuh emosi di mata Yohana yang biasa memandangnya datar. "Seharusnya saya tidak pernah membantu Anda. Sekarang keluarga Fletcher membuang saya dan saya akan mendapatkan hukuman yang sama dengan Ben. Kalau saya mati, bagaimana dengan keluarga saya? Mereka mengandalkan saya untuk bertahan hidup."

"Yohana, kau tidak akan mendapat hukuman apapun?"

"Saya sangat bodoh. Tidak seharusnya saya mengkhianati keluarga Fletcher. Sekarang hidup saya berantakan."

Tangis Yohana tumpah. Raungannya begitu pilu sampai menyayat hati. Rosaline ingin menenangkan Yohana dengan menyentuh bahunya. Namun Yohana lagi-lagi menghindar. Seakan-akan ia enggan bersentuhan dengan orang yang paling dibencinya.

Rosaline berdiri kaku di tengah ruangan. Ia menoleh ke arah Pam. Wanita paruh baya itu menatapnya dalam diam, namun dari balik sorot mata itu Rosaline tahu kalau wanita itu juga merasakan hal yang sama dengan Yohana.

Pam yakin Rosaline adalah alasan dari kemalangan yang menimpa Ben, anak semata wayangnya. Namun berbeda dengan Yohana yang terang-terangan mengutarakan ketidak sukaannya pada Rosaline, Pam memilih bungkam. Ia melepas kontak mata dengan Rosaline dan fokus pada Ben yang sedang ditangani oleh dokter.

Making My Own Happy Ending✔️Where stories live. Discover now