Bab 39 : Unravel I

5.4K 848 140
                                    

A/N : vote, komen, dan follow akun Roseannejung untuk info update selanjutnya. 

Happy reading teman-teman. 

***

Suara berisik langkah kaki dan barang-barang yang jatuh atau digeser mengusik tidur nyenyak Jeremiah. Awalnya ia mencoba mengabaikan. Namun, bukannya berhenti, suara itu malah terus terdengar hingga membuatnya tak tahan lagi. Dengan menahan kantuk berat, ia membuka mata dan melihat Rosaline mondar-mandir di dalam kamar.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Rosaline menoleh, menatap laki-laki yang berbaring miring di ranjangnya.

"Maafkan aku mengganggu tidurmu," jawab perempuan itu. Rosaline mengembalikan ke posisi semula sofa kecil yang ada di samping ranjang. "Aku sedang mencari cincinmu. Seperti nya tanpa sadar aku menghilangkannya semalam."

"Oh... " Jeremiah terdengar acuh tak acuh. Ia mengubah posisinya menjadi duduk lalu menyugar rambutnya yang berantakan. "Tidak usah dicari, aku bisa membelinya lagi."

"Maksudmu?"

"Flynn pasti masih mengingat pengrajin perhiasan tempat cincin itu dibuat. Aku bisa memintanya memesan satu pasang lagi yang serupa."

Rosaline jengkel.

"Kau tidak bisa mengganti cincin pernikahan dengan sembarangan, Jeremiah. Itu bukan hanya sekedar cincin, melainkan cincin pernikahan kita. Benda itu memiliki nilai dan sejarah yang tidak bisa digantikan dengan cincin manapun meski serupa. Kau ini benar-benar... Ah! Sudahlah."

"Hei, tunggu dulu." Jeremiah buru-buru menyusul Rosaline yang sudah ingin keluar dari kamar dengan keadaan kesal.

"Jangan sentuh aku!"

"Aku minta maaf." Jeremiah sadar ia baru saja melakukan kesalahan. Ia berusaha menyentuh bahu Rosaline namun ditepis.

"Aku tidak mau cincin lain!"

"Aku tahu, aku tahu," Jeremiah mencoba kedua kali dan akhirnya berhasil menyentuh bahu Rosaline. Ia memutar tubuh perempuan itu agar menghadapnya. "Maafkan aku. Aku benar-benar tidak berpikir sejauh itu."

Dengan wajah yang masih memberengut kesal, Rosaline berucap, "Lalu apa sekarang kau sudah mengerti?

"Tentu saja." Jeremiah mengangguk.

"Kalau kau mengerti, bantu aku mencarinya dan jangan pernah berpikiran untuk menggantinya dengan yang lain."

"Baiklah, ayo kita cari bersama." Jeremiah berbalik mengamati seisi kamar Rosaline. Kamar itu kecil. Dengan perabotan yang tidak banyak. Hanya kasur, meja rias, memari, dan dua nakas di sisi kanan dan kiri ranjang.

"Kapan terakhir kali kau ingat cincin itu masih ada?" tanya Jeremiah.

Rosaline mengingat-ingat. "Kemarin setelah berhasil menemukannya di lemari, aku berniat untuk mengembalikannya padamu. Tapi tiba-tiba kau datang ke kamarku dan... dan... menciumku begitu saja." Wajah Rosaline bersemu merah, sedangkan Jeremiah hanya mengangguk-angguk kecil. "Aku kaget, dan sepertinya cincin itu terlepas dari tanganku saat itu."

"Begitu." Jeremiah mengerti. Karena saat kejadian itu berlangsung ia juga ada di lokasi, maka kurang lebih Jeremiah sudah menebak beberapa kemungkinan dimana cincin itu jatuh.

"Aku sudah mencari ke kolong kasur, nakas, hingga di sudut-sudut kamar. Tapi tidak ketemu juga." Rosaline berucap kala Jeremiah mulai mencari benda kecil itu di lantai yang semula sudah ia cari. "Aku takut ada lubang yang membuat benda itu jatuh--"

Making My Own Happy Ending✔️Where stories live. Discover now