Bab 34 : Last Chance

7.7K 1K 173
                                    

A/N : Sangat tidak biasa, aku update di hari Senin.

Btw, Happy reading~

***

Benteng Doristus semakin sibuk. Dari pagi hingga pagi lagi, tempat itu tidak pernah sepi. Bahkan Rosaline, yang sebenarnya tidak memiliki posisi khusus di benteng, ikut kerepotan mengurus ini dan itu.

Seperti kemarin, Rosaline dan Selena mengadakan upacara pemakaman untuk para korban penyerangan tempo hari. West, bocah kecil yang sempat Rosaline bacakan cerita pengantar tidur adalah salah satu diantara para korban yang tak selamat. Mereka dimakamkan di tanah kosong yang ada di belakang benteng. Beberapa orang ksatria menggali tanah dan membantu proses pemakaman itu.

Selena terlihat begitu terpukul. Ia tak henti menangisi tewasnya orang-orang yang sudah dianggapnya sebagai keluarga. Rosaline berusaha menguatkan dan terus memberikan kalimat penguat untuk perempuan itu. Mereka berpelukan dan berbagi kesedihan masing-masing.

Di tengah-tengah kesibukan penghuni Benteng Doristus, ada satu orang yang terlihat begitu santai. Siapa lagi kalau bukan Theodore. Di saat para ksatria latihan berlari mengelilingi benteng di tengah dinginnya udara Vixen sambil bertelanjang dada, Theodore berdiri di halaman belakang sambil bersedekap. Tingkahnya terlihat seperti komandan yang sedang mengawasi latihan para ksatria. Padahal, Jeremiah yang berstatus sebagai kapten pun ikut berlatih dan terlihat lebih sibuk dari pada ksatria lainnya.

Rosaline tidak banyak berkomentar saat itu. Namun hari ini ia tidak bisa tinggal diam. Theodore masih dengan rutinitasnya seperti kemarin-kemarin. Namun kali ini ia tidak lagi berdiri. Melainkan duduk bersilang kaki di bangku yang dibawanya khusus dari dalam benteng. Laki-laki itu pun tidak terlihat seperti sedang mengawasi para ksatria yang bertugas melainkan menikmati pemandangan langit pagi.

Rosaline yang sedang berencana menuju rumah kaca harus menghentikan langkahnya.

"Sepertinya kau memiliki banyak waktu luang, ya."

Theodore yang semula memandang jauh entah kemana, menoleh. "Oh, Rosaline." Wajahnya berubah cerah. Ia menepuk-nepuk tempat kosong di kursinya. "Duduklah, kebetulan aku butuh teman mengobrol. Semua orang di sini sangat sibuk sampai tidak bisa meladeniku mengobrol."

"Sudah tahu yang lain sibuk, kenapa kau tidak membantu."

"Aku sudah membantu sebisaku."

"Membantu apa? Setiap hari aku lihat kau bersantai di benteng. Ikut berlatih pun tidak."

"Tolong jangan samakan aku dengan suamimu. Aku ini Putra Mahkota, bukan ksatria."

DRAP DRAP DRAP

Terdengar suara puluhan pasang sepatu boots yang mendekat. Tak lama kemudian terlihatlah para ksatria yang sedang berlari mengitari benteng sebagai rutinitas latihan mereka setiap pagi. Di barisan paling depan, ada Jeremiah.

Rosaline segera memalingkan wajah, sedangkan Jeremiah mencuri pandang ke arah Rosaline. Semua gerak-gerik aneh sepasang manusia itu tidak luput dari perhatian Theodore. Theodore menggelengkan kepala, prihatin.

"Sampai kapan kalian akan seperti ini?"

"Aku tidak mengerti maksud omonganmu." Rosaline bersedekap.

"Cepatlah berbaikan, agar Jeremiah tidak tidur di kamarku lagi."

"Tidak ada yang menyuruhnya ada di sana."

Theodore menghembuskan napas. "Apa perlu aku merancang misi khusus lagi?"

"Apa maksudmu?" Perasaan Rosaline mulai tidak enak.

"Jangan berlagak lupa. Kita kan sudah melakukan banyak sekali misi untuk mendekatkanmu dengan Jeremiah. Mulai dari mengunci kalian berdua di kelas sejarah, sampai munculiknya agar bisa makan malam denganmu di restoran yang sedang jadi primadona waktu itu."

Making My Own Happy Ending✔️Where stories live. Discover now