Bab 25 : Matahari dan Bulan

5.6K 849 205
                                    

A/N : Siapa yang di chapter kemarin minta fast update. 

Ini aku kasih buat khusus buat kamu. 

Jangan lupa vote dan komen yang banyak. 

Happy reading friends~

***

Sebuah kereta kuda berwarna hijau tua berhenti di depan Vianoz. Sang kusir dan seseorang yang mengenakan jubah hitam turun dari kereta.

"Apa kau yakin?" tanya sosok berjubah yang ternyata seorang perempuan pada sang kusir.

"Saya sangat yakin, Nona. Saat itu kereta yang mereka gunakan berwarna ungu cerah dan dihiasi oleh silver yang mengkilat. Akan sangat sulit melupakannya karena sangat jarang sekali kereta seperti itu melintas di daerah ini. Sekali pandang saja, semua orang yang melihatnya tahu kalau hanya orang yang sangat kaya yang bisa memiliki kereta semewah itu."

Perempuan itu melihat ke arah rumah dua tingkat yang ada di hadapannya. Meski salju menutupi hampir seluruh tanaman yang ada di halamannya, namun ia bisa membayangkan akan seindah apa halaman itu saat musim semi.

Mata perempuan itu bergulir ke arah laki-laki yang duduk di dalam kereta. Laki-laki itu mengangguk, seakan memberikan ijin kepada si perempuan untuk melakukan aksinya.

Perempuan itu melangkah perlahan ke dalam rumah dan sang laki-laki mengawasinya dari dalam kereta. Tak berselang lama, perempuan itu pun kembali. Ia membuka pintu kereta dan masuk.

"Rumah itu terlihat sangat sepi. Seperti tidak ada penghuninya."

"Kau yakin?"

Perempuan itu mengangguk. "Saya sempat mengintip dari jendela dan perapian di sana mati. Saat ini musim dingin mustahil mereka tidak menyalakannya jika ada di dalam rumah."

Laki-laki itu terlihat berpikir sebelum kembali menoleh ke arah rumah dua lantai itu.

"Apa kita terlambat, Tuan?"

"Tidak ada kata terlambat," ucapnya. "Bagaimanapun kita harus menemukannya. Aku akan membawanya kembali."

***

Di kedai Lorey, Christian sedang mengelap gelas-gelas bir sambil memperhatikan Jennifer yang sedang melancarkan tipu muslihatnya pada seorang pelanggan malang.

"... Tuan, peruntungan Anda tahun ini sangat buruk. Aku ikut merasa prihatin." Jennifer memasang wajah sedih. Ia bahkan menyeka air mata palsu yang hampir jatuh di sudut matanya. "Tapi Anda jangan khawatir. Aku memiliki jimat yang akan menangkal semua nasib buruk yang akan menimpa Anda di masa depan."

"Benarkah? Apa benda seperti itu ada di dunia ini?"

"Tentu saja, Tuan. Lihat ini." Jennifer mengeluarkan batu giok berwarna hijau ke hadapan pria itu. "Ini adalah batu yang diambil dari pegunungan Fritz. Batu ini bisa menangkal semua energi buruk yang akan membawa kesialan pada diri Anda."

"Berikan!"

"Eits... jangan terburu-buru, Tuan." Jennifer dengan cepat menjauhkan batu giok dari jangkauan laki-laki itu. "Karena aku mengambilnya dari tempat yang sangat jauh, batu ini tidak bisa aku serahkan begitu saja."

Laki-laki itu terdiam, namun ia seperti mengerti makna dibalik kalimat Jennifer.

"Berapa? Akan kubayar."

Jennifer tersenyum culas.

"Lima puluh koin emas."

Criiiingg criiing criiinggg

Laki-laki itu menghamburkan koin-koin yang dimilikinya ke atas meja.

"Aku yakin ini lebih dari lima puluh. Sekarang berikan padaku." Laki-laki itu terlihat begitu bersemangat. Dengan senyum kecil, Jennifer menyerahkan batu giok kepada si laki-laki.

Making My Own Happy Ending✔️Where stories live. Discover now