Bab 20 : Hitam dan Putih

5.9K 874 116
                                    

A/N : Selamat tahun baru 2023. 

Apa resolusi kamu tahun ini? Kalau resolusiku, namatin MMOHE dan Champagne Problems. 

Jangan lupa Vote dan komen yang banyakkkk. 

Happy reading.

***

"Pasti menyebalkan saat rencana bulan madumu harus terhalang badai semalam." Laki-laki tua yang Jeremiah tahu bernama Rupert bertanya. Jeremiah yang sedang memasang paku pada atap rumah Rupert yang bolong hanya mendengar samar-samar. "Beruntung, hari ini langit terlihat cerah. Jadi, kalian bisa melanjutkan perjalanan."

"Berikan aku paku lagi." Jeremiah mengulurkan tangannya, dan Rupert dengan cekatan memberikan apa yang anak muda itu inginkan.

"Dimana kalian akan berbulan madu? Apakah pantai Elanoi? Aku dengar pemandangan di sana sangat indah karena warna air lautnya akan berubah menjadi ungu saat musim dingin. Sayang sekali, aku belum bisa mengajak istriku mengunjungi pantai itu, karena harga sewa kereta kuda sangat mahal. Aku bisa membeli dua ekor kuda dengan semua uang itu."

TUK

Jeremiah mengayunkan palu untuk yang terakhir kali. Setelah merasa puas dengan pekerjaannya, Jeremiah turun dari tangga kayu yang dinaikinya.

"Sudah selesai?" Rupert melihat hasil pekerjaan Jeremiah. "Luar biasa." Senyum laki-laki tua itu mengembang.

Jeremiah menaruh perkakas yang ada di kantongnya kembali ke kotak alat milik Rupert lalu menyeka debu yang jatuh ke bajunya.

"Aku telah lama ingin membetulkannya. Tapi, lututku nyeri setiap kali menaiki lebih dari tiga anak tangga. Dan jangan tanya soal tanganku yang selalu gemetar." Rupert menggelengkan kepala.

"Sekarang air hujan atau pun salju tidak akan masuk melalui atap yang bolong tadi."

"Ya, ya, sempurna."

"Apa ada lagi yang perlu aku perbaiki?"

"Oh tidak, anak muda. Terima kasih banyak terlah membantu. Hanya atap sialan itu saja yang sulit untukku perbaiki, sisanya aku masih bisa melakukannya sendiri." Rupert berjalan tertatih-tatih untuk membenahi tangga yang sebelumnya digunakan Jeremiah. Namun Jeremiah tidak membiarkan hal itu terjadi, dan membantunya sebelum tangan Rupert menyentuh benda itu.

"Lagipula, aku masih mau terlihat keren di hadapan istriku." Rupert mengedipkan sebelah matanya dan tertawa. "Bukankah kau juga seperti itu?"

Rupert dan Jeremiah menatap ke dalam rumah. Dimana dari pintu belakang, mereka dapat melihat Hera yang sedang menyiapkan makan siang di ruang makan, dibantu oleh Rosaline.

"Sudah berapa lama kalian menikah?" tanya Rupert. Jeremiah mengalihkan pandangannya.

"Belum cukup lama. Aku tidak ingat persisnya."

"Kalian sangat muda. Pasti kalian sedang dalam fase cinta yang membara."

Jeremiah mendengus. "Kami dijodohkan. Jadi, tidak ada yang seperti itu."

"Dijodohkan bukan berarti tidak bisa memulai untuk saling mencintai, bukan?"

"Tidak."

"Tidak?" ulang Rupert. "Bagaimana kau bisa seyakin itu saat istrimu secantik dia." Rupert menunjuk Rosaline yang kali ini sedang menata roti perancis dan selai-selai buah buatan Hera di meja makan. Rambut emas panjang perempuan itu terlihat acak-acakan dan wajahnya masih terlihat seperti baru bangun tidur.

Rosaline yang merasa diperhatikan, mengangkat pandangan dan bertatapan langsung dengan netra Jeremiah. Rosaline mengembangkan senyum kecil sedangkan Jeremiah hanya menatapnya datar. Senyum Rosaline pun berubah kaku.

Making My Own Happy Ending✔️Where stories live. Discover now