Epilog

3.9K 461 139
                                    

A/N : Voment yang banyak yaaa.

***

"Ibu! Ibu!" Seorang bocah laki-laki turun dari kereta kuda dengan atap terbuka yang mengangkut barang. Ia berlari masuk ke halaman pondok sederhana dimana seorang wanita terlihat sedang mengangkat jemuran yang telah kering. Wanita yang dipanggil ibu tadi, menoleh. Senyum cerah terlukis di wajahnya saat melihat sang anak yang telah kembali dari petualangan singkatnya ke kota besar

"Selamat datang kembali, Percy. Bagaimana perjalananmu di kota Northden?" tanyanya, sambil memeluk sang buah hati.

"LUAR BIASA!" Binar takjub terpancar jelas di mata bocah empat tahun itu. "Di sana sangat ramai, Bu. Banyak sekali yang menjual mainan dan makanan lezat. Aku dan Ayah sempat membeli permen beruang. Sebesar ini." Percy membuat lingkaran besar dengan kedua tangan mungilnya. "Dan aku menghabiskannya selama perjalanan. Bukan begitu, Ayah?"

"Tentu saja." Laki-laki tinggi yang baru saja bergabung itu mengangguk.

"Dan juga, di sana ada banyak sekali kereta kuda yang bagus, Bu. Kudanya tinggi dan besar. Terlihat sangat keren. Tidak seperti kuda tua milik kita."

"Hei, tidak boleh begitu." Sang Ibu memperingati. "Meskipun tua, Black sudah banyak membantu kita. Dia kuda jantan yang baik."

Bibir Percy mengerucut kecewa. "Tapi tetap saja, Black tidak setinggi, sebesar, dan sekuat kuda-kuda yang kutemui di kota."

"Hati-hati dengan ucapanmu, boy. Kalau Black mendengarnya, dia akan merajuk dan tidak mau menemanimu jalan-jalan ke danau lagi."

"Oh, tidak! Ayah! Jangan katakan ini pada Black!" Percy berlari mengejar sang Ayah yang mulai melangkah menuju ke dalam pondok.

"Tuan Leon! Tuan Leon!" Sebuah seruan terdengar dari arah luar pondok.

Percy menoleh diikuti oleh kedua orang tuanya. Pria berusia sekitar tiga puluh tahun dengan topi baret itu terlihat terengah-engah berlari menghampiri.

"Mr Rupert?"

"Tuan Leon, saya mendengar kabar."

"Kabar apa?"

Laki-laki dengan topi baret itu melepas topi yang dikenakannya, lalu menceritakan semua yang ia ketahui kepada Leoniel. Wajah Leoniel berubah pucat. Seakan-akan darah berhenti mengalir ke kepalanya.

"Aku harus ke Kairos." Leoniel berucap kala Rupert selesai bercerita.

"Tapi, Tuan ..."

"Aku akan pergi sekarang juga." Leoniel berbalik untuk menyiapkan perbekalan, dan ia bertemu pandang dengan istrinya.

Wendy tidak mendengar apapun yang dibicarakan oleh suaminya dan Rupert, namun dari tatapan mata itu, Wendy sedikit banyak bisa menebak apa yang sedang terjadi.

Leoniel berjalan menghampiri Wendy dan berbisik padanya, "Aku harus pergi."

Dulu sekali, saat pertama kali mengenal Leoniel dan mengetahui cerita masa lalu laki-laki itu, Wendy sempat berpikir siapapun pasangan hidup Leoniel di masa depan nanti, orang itu pastinya harus memiliki hati yang besar. Karena dari segi manapun, Leoniel akan selalu lebih menyayangi keluarganya.

Saat itu Wendy sama sekali tidak menyangka, kalau orang yang harus memiliki hati yang besar untuk mendampingi Leoniel adalah dirinya sendiri.

"Aku akan menyiapkan perbekalan untukmu, kau siapkan saja kendaraanmu." Wendy berucap, dan Leoniel terlihat sangat bersyukur. Ia mengangguk dan berlari pergi bersama Rupert untuk meminjam kuda tangguh sebagai teman perjalannya nanti. Karena seperti apa yang Percy katakan, Black sudah terlalu tua dan lemah untuk melakukan perjalanan jauh.

Making My Own Happy Ending✔️Where stories live. Discover now