{9}. Ujian Akhir Semester//

60 4 0
                                    

~Happy reading~

Tandai typo!!!!

--Dermaga//--

Bulan Juni adalah bulan yang sangat berat bagi semua pelajar seperti dengan SMAN 1 BANDUNG yang akan bergelut dengan kertas ujian.

Seperti yang di lakukan oleh perempuan yang sedang bergelut dengan buku pelajaran nya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi ia sama sekali tak peduli, ia tetap memandang dan mencoret buku mungkin untuk menghitung angka-angka.

Tuk... Tuk.. Tuk.

" Buka aja, mah. Gak kekunci kok. " Beritahu lilya.

" Ini papah. Jangan malam-malam belajar nya. " Peringat adrian. Lilya yang berpikir itu adalah mamahnya, langsung menengok ke arah pintu lalu tersenyum.

" Maaf, tadi aku kira mamah. " Ucap lilya merasa bersalah kepada sang papah.

Adrian memaklumi itu, mungkin anak perempuannya itu lagi kangen sama mamahnya, di karenakan istrinya itu tak sama sekali pernah pulang ataupun sekedar menengok keadaan lilya.

" Kamu istirahat ya. " Lilya menurut, menutup buku pelajaran nya dan segera memasuki ruang mimpi, tapi sebelum itu ia berdoa kepada tuhan.

Lain halnya dengan di rumah sebelah.
Si kembar yang selalu di sebut duoC, candra dan catra lebih tepatnya. Catra juga begitu karena besok ulangan semester genap ia harus belajar, bergelut dengan buku, tak lupa dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Tapi, lain halnya dengan sang adik, candra. Laki-laki itu terkapar lemah di sebuah gudang dengan laki-laki dewasa yang memegang kayu rotan di tangan kanannya dengan nafas yang memburu melihat anaknya.

" Pahh... S-sakit. " Lirih nya sudah tak berdaya. Terhitung sudah lebih dari satu jam ia disiksa seperti hewan oleh papah kandung nya sendiri tanpa belas kasihan sama sekali.

" pembunuh kayak kamu nggak pantas hidup, candra. Seharusnya kamu mati aja, dari dulu. " Sentak nya.

Bastian mengangkat rotan itu kembali dan menghantam perut candra yang sudah memerah, gak berdarah tapi cukup membekas di perutnya dan di hatinya.

" Akh! "

" Saya muak sekali sama kamu, candra. Andai saja istri saya tak memilih kamu untuk hidup, kemungkinan istri saya masih---
hidup. " Bastian mengatakan itu dalam keadaan tidak sadar, ia mabuk. Mana pernah ia mukul candra dalam keadaan sadar. Tapi, bukankah perkataan orang mabuk itu lebih jujur?

" Papah mabuk lagi? " Tanya candra lirih ketika sadar bau alkohol yang sudah manderu ruangan gelap nan kotor itu, yang menjadi tempat favorite ayahnya ketika ingin menyiksa diri nya.

" Sok tau kamu! " Bentak bastian. Laki-laki dewasa itu menarik tangan candra membangun paksa tubuh lemah itu tanpa aba-aba. Candra terkejut dan langsung membangun kan tubuhnya yang sudah mendapatkan banyak luka dari sang ayah.

" Candra, candra, candra. Bahkan catra lebih pintar dan patuh dari kamu. " Ucap papahnya mulai ngelantur ke jogja. Bastian meremas lengan anaknya sedangkan candra, laki-laki itu berusaha melepaskan cengkraman yang sangat kuat, tapi tenaganya sudah habis, ia tak bisa berbuat apa-apa sekarang.

DERMAGA// (END) Where stories live. Discover now