{12}. Tentang Indiya latita//

49 6 0
                                    

Happy reading~

Tandai typo!!!!!

"Ayah, di banyak cerita yang kudengar, di banyak film yang ku tonton, anak perempuan akan menyandarkan kepalanya pada bahu tegas milik ayahnya, membiarkan air matanya membasahi bahu milik ayahnya. Tapi ayah, kenapa bahumu itu terlalu jauh untukku bersandar? "

--Dermaga//--

"Ayyan buka pintunya!!! Ayyan!! " Panggil seorang gadis dengan setengah teriak di depan pintu yang tertutup rapat.

Perempuan dengan tudung hoodie yang menutupi kepalanya itu senantiasa menggedor-gedor pintu hingga sang pemilik rumah membukanya.

" Indi! Apaan sih, ganggu orang aja. Lu gak tau ini jam berapa? Jam 10 malam, ind! " Bentak ayyan kepada indi yang diam saja sambil menundukkan kepalanya.

" Lo nangis? " Tanya pemuda itu sambil memegang pundak kurus milik indi.

Indi mendongak kan kepalanya melihat ke ayyan. Ayyan diam tak bergeming melihat wajah penuh luka itu.

Tanpa sepatah kata, indi langsung menubruk dada pemuda di depannya memeluk tubuh ayyan dan menumpahkan kesedihannya di dalam dekapan sang sahabat.

" Nggak apa-apa, gw di sini. " Ayyan memeluk erat indi sembari mengusap punggung yang rapuh itu.

" D-dia ngejambak rambut gw. "
Suara itu terdengar bergetar.

" Dia nyeret gw ke gudang. Papa mukul punggung gw pakai besi tajam."

Menyeret...Besi. Ayyan diam semakin mengeratkan pelukannya di indi berniat ingin memberikan kekuatan kepada raga dan jiwa yang sangat rapuh itu.

" Papa... Papa ngambil gunting-- d-dia  nge-potong rambut gw..." Indi melepas tudung hoodie-nya memperlihatkan rambut yang selama ini yang ia jaga terpotong acak-acakan. Bulu kuduk ayyan meremang, laki-laki itu mengeluarkan setitik, dua titik air matanya jatuh tak sanggup melihat sahabatnya terluka.

" Indi... "

" Hati gw sakit, ay. Kenapa? Kenapa selalu gw yang salah? Ini lebih sakit daripada wajah gw yang udah babak belur. " Gadis itu memukul dada sebelah kirinya yang terasa nyeri.

" Jangan nangis. Gw g-gak bisa liat lo nangis indi. " Ayyan menghapus air mata sahabat nya dengan sedikit menunduk.

Tuhan... Beri dia kebahagiaan sekali aja.

Dia nggak sekuat itu, Tuhan...

" Masuk yuk. Tidur di kamar gw, ya? " Indi mengangguk.

Sesampai mereka di kamar ayyan. Ayyan langsung menyuruh indi untuk berbaring di kasurnya tapi di gelengan oleh indi.

" Punggung gw sakit semua, ayyan. " Ucap indi memberitahu. Ketika merasakan punggungnya sangat sakit.

" Gw boleh liat lukanya? "

" Gak boleh! " Larang indi sambil memegang ujung hoodienya.

" Gw mau obatin. "

" Besok sama bunda aja. " Ayyan mengangguk sebagai jawaban. Mereka berdua diam tak mau berkata apa-apa lagi, malam ini sungguh kejutan bagi pemuda yang bernama ayyan zaidan bagaimana tidak, ia baru saja memasuki alam mimpi tapi di kejutkan dengan kedatangan sahabat nya ini apalagi melihat keadaannya sangat jauh dari kata baik.

DERMAGA// (END) Where stories live. Discover now