{36}. Rembulan Pameran Utamanya//

42 3 0
                                    

Happy reading📖

Tandai typo!!!!!!!

Anyyonghaseyongg...

Kembali lagi dengan suroyyanurlaily di sini.. Jangan lupa untuk follow, komen, and vote.

Dan mari ramaikan book saya!

Part ini lumayan panjang nih cintahh.. Selamat membaca ya saya do'akan matanya gak sakit setelah baca ini. Hehehe🤣

--Dermaga//--

Candra kembali merintih kesakitan, ia meremas pinggang sebelah kanannya yang terasa sangat perih. Pemuda itu bertumpu pada lantai menggunakan lututnya.

" Issh.. Ahh. " Pemuda itu memukul lantai dengan kepalan tangan kirinya. Cairan pekat warna merah kembali keluar dari kedua hidungnya. Ia tak sadar jika sepasang mata mengintip dari balik pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

Itu bastian. Candra mendongak ia melihat papahnya mengintip di sana.

" Papah.. "

Bastian menghela nafas lalu mengetuk kamar anaknya yang satu lalu pergi.

Tak berselang lama, catra membuka pintu kamarnya lalu melihat ke kiri dan ke kanan, ia menggaruk tengkuknya.

" Kok gak ada orang? " Ia berpikir lagi, mungkin adiknya yang iseng mengetuk pintu kamarnya dengan pelan. Catra melangkahkan kakinya ke kamar adiknya dan membuka pintu.

" Candra!! " Pekiknya, cowok itu langsung menghampiri candra yang tergeletak di lantai dengan keadaan tak sadarkan diri.

" Candra.. Bangun. " Ia bingung harus berbuat apa.. Ia menepuk pipi adiknya pelan, dan tak ada reaksi apapun.

Dengan sekuat tenaga yang ia punya, ia mengangkat tubuh itu lalu di bawa ke tempat di mana kasur punya pemuda itu.

Catra mengambil empat lembar tisu untuk membersihkan darah-darah yang belum mengering di area hidung dan pipi adiknya. Ia juga melihat ke lantai dimana terdapat beberapa titik-titik bercak darah di sana ia juga mengelap darah di lantai itu.

Catra menyelimuti candra, ia menempelkan telapak tangannya di kening candra.

" Panas? " Dengan segera catra keluar dan masuk ke dapur, untuk mengambil air hangat dan handuk kecil.

Catra kembali ke kamar candra dengan mangkuk dan handuk di tangannya. Dengan telaten, cowok itu membasahi handuk itu lalu di tempelkan ke kening adiknya yang terasa lumayan panas.

" Astaga, udah jam setengah empat. " Ia menepuk kening nya ketika melihat jam dinding yang berada di kamar candra, ia takut jika nanti ia di pecat oleh atasannya karena telat.

" Gw bisa minta tolong ke lilya kan? " Satu nama terlintas di otaknya, ia segera mengeluarkan handphone dan menelpon gadis itu.

Lilya, lo bisa kesini gak ke rumah gw?
Ia merasa lega jika gadis itu mau dan menerima permintaan tolong nya.

Cowok itu menatap candra yang masih tak sadarkan diri. " Maaf, gw harus tinggalin lo. " Tak ada pilihan lain lagi, ia terpaksa harus meninggalkan adiknya ketika keadaannya begini.

DERMAGA// (END) Where stories live. Discover now