03. Berharap itu Menyakitkan

414 62 11
                                    

Menurut Laura, kuku juga bagian dari kecantikan wanita. Kuku harus dirawat dan dijaga kebersihannya dengan cara meni pedi cure, entah dilakukan sendiri atau menggunakan jasa salon kecantikan.

Laura menyukai dan menggemari nail art. Setiap satu minggu sekali Laura selalu mengganti warna kutek kukunya. Semua warna sudah Laura coba, tapi yang menjadi favoritnya ialah warna hitam mengkilap dan merah merona.

Kecintaan Laura pada nail art membuatnya memutuskan untuk membuka jasa salon kuku. Hanya dengan modal pas-pasan Laura akhirnya bisa membuka jasa salon kuku yang ia beri nama 'Kitty's Nail'.

Laura sering memamerkan kuku-kuku indahnya kepada teman-teman di sekolahnya. Entah secara langsung ataupun melalui media sosial. Banyak yang menyukai kuku-kuku indahnya, ada juga yang sampai iri ingin memiliki kuku seperti kukunya.

Laura ingin membuat teman-temannya yang iri dengannya bisa merasakan memiliki kuku-kuku yang indah seperti kuku-kukunya. Caranya yaitu dengan menawarkan jasa salon kuku kepada mereka.

Laura mempromosikan salon kukunya melalui media sosial. Siapapun yang berminat dengan jasa salon kukunya, bisa menghubungi nomor telfonnya. Bisa dilakukan dimana dan kapan saja, selagi tidak mengganggu waktu istirahatnya.

Mulai hari ini salon kukunya sudah dibuka. Ada 3 paket yang bisa dipilih pelanggan, paket reguler dengan harga murah, paket medium dengan harga sedang, dan paket premium dengan harga lebih mahal. Tapi tenang saja, harganya masih ramah di kantong tidak semahal salon kuku ternama.

Di jam istirahat, Laura sudah mendapat 5 pelanggan. Tak henti-hentinya Laura menyunggingkan senyum. Tentu saja Laura merasa senang karena banyak yang antusias dengan salon kukunya.

Para siswi dari berbagai kelas berbondong-bondong datang ke kelasnya. Ada yang hanya melihat, hanya bertanya harga, dan ada yang benar-benar serius ingin menggunakan jasa salon kukunya akan tetapi belum memiliki uang.

"Ra, harga temen dong! Gue kan temen lo!"

Laura tersenyum ramah ke arah siswi yang meminta harga teman kepada dirinya. "Sorry beb, gak ada yang namanya yang harga teman di salon kuku gue. Kalo gue kasih lo harga teman, yang lain iri dong! Kan yang lain juga teman gue semua!"

"Diskon dong, Ra!"

Laura menatap teman sekelasnya yang menyeletuk meminta diberi diskon. "Aduh sayang, harga salon kuku gue tuh murmer pake banget! Kalo didiskon nanti gue gak dapat untung dong? Ayolah pengertiannya!"

"Nih ya guys, salon kuku gue tuh paling murah tau! Salon kuku yang lain mana ada yang harga semurah salon kuku gue? Tapi tenang aja, walaupun murah tapi kualitasnya no kaleng-kaleng! Hasilnya bakal sama bahkan lebih bagus dari salon kuku yang lain!" lanjut Laura.

Laura menatap para siswi yang menggerumbunginya. "Kalo mau bukti, liat kuku gue sama kuku para pelanggan gue! Dijamin kalo kalian pake jasa salon kuku gue, hasilnya bakalan shining smerling splendid! Kuku semanjah ini masa kalian gak mau punya sih?"

Laura menunjukkan kuku-kukunya yang hari ini berwarna nude kepada calon-calon pelanggannya. Strategi marketing Laura yaitu memamerkan kuku-kukunya yang indah dan berkilau.

"Gue mau dong punya kuku kayak lo, tapi besok aja ya Ra?"

"Oke, beb. Yang lain?"

"Gue juga besok aja!"

"Gue lusa, Ra!"

Laura tersenyum, melihat banyaknya peminat salon kukunya membuatnya bersemangat. "Kapanpun kalian mau pake jasa gue, hubungi aja nomor gue! Udah pada punya kan? Tapi jangan lupa uangnya di muka, gue gak terima hutang! Oke bebs?"

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang