18. The most Cruel Person

276 32 0
                                    

Cakra dibawa ke Rumah Sakit Medika. Kondisi Cakra tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Cakra mendapat dua jahitan di pelipisnya. Tangan kirinya juga mengalami cedera sampai harus digips.

Cakra berbaring lemah di brangkarnya. Cakra merasakan seluruh tubuhnya remuk sampai sulit untuk digerakan. Harus Cakra akui jika Laskar adalah petarung yang hebat. Laskar mampu membuatnya babak belur dan cedera seperti ini.

Tapi Cakra sama sekali tidak kesal ataupun menyimpan dendam kepada Laskar. Dalam hati Cakra berharap setelah ini Laskar akan memaafkannya dan menganggapnya sebagai saudara. Demi mendapat pengampunan dan pengakuan, Cakra rela tubuhnya dipukuli Laskar sampai babak belur.

"Kenapa lo selalu niruin gue?! Apa lo gak capek jadi peniru?!"

Peniru, itu adalah sebutan dari Laskar untuk Cakra. Cakra juga mengakui dirinya adalah peniru Laskar. Sejak kecil Cakra selalu meniru Laskar. Apapun yang dimiliki Laskar, Cakra juga ingin memilikinya. Cakra selalu berusaha untuk mendapatkan barang yang sama dengan yang dimiliki Laskar. Harus sama dari model sampai warnanya.

Namun sebesar apapun usahanya untuk meniru Laskar tidak pernah berhasil. Laskar selalu punya cara untuk mengalah hingga ia tidak bisa meniru kakaknya itu. Laskar punya otak yang cerdas, kakaknya itu akan melakukan segala cara untuk membuatnya tidak bisa meniru. Entah dengan cara dirubah ataupun dirusak.

Cakra menghela napasnya. Cakra tahu meniru adalah kesalahan fatal yang dilakukannya kepada Laskar. Akan tetapi Cakra memiliki alasan mengapa selama ini ia selalu ingin meniru Laskar.

Alasan pertama, Cakra ingin memiliki kesamaan dengan Laskar. Alasan kedua, Cakra berpikir jika sudah memiliki kesamaan ia bisa dekat dengan Laskar. Dan alasan ketiga, Cakra menyimpan rasa iri kepada Laskar.

Cakra iri dengan Laskar yang selalu lebih unggul darinya. Cakra tidak ingin kalah dari Laskar. Cakra selalu berusaha mengalahkan Laskar, tapi usahanya selalu berakhir sia-sia karena Laskar tidak mudah untuk dikalahkan olehnya.

"Buat apa lo iri sama gue?! Hidup gue aja berantakan, apa yang bisa lo iriin dari hidup gue?!"

Cakra kembali terngiyang ucapan Laskar. Ada banyak hal yang membuat Cakra iri dengan Laskar. Laskar memiliki segalanya yang tidak dimilikinya.

"Cakra sayang. Mama udah telfon Papa, Mama bilang kamu masuk rumah sakit gara-gara anak sialan itu! Papa kaget dong, anak kesayangannya dipukuli sama anak sialannya! Terus Papa bilang, Papa bakal balas perbuatan anak sialan itu! Papa bakal nyuruh orang buat patahin kaki sama tangan anak sialan itu!" ucap Sarah.

Cakra mendengus. "Kenapa Mama bilang kayak gitu ke Papa?"

"Lha emang itu bener kan? Mama gak bohong, emang itu faktanya!" Sarah duduk di kursi di samping brangkar Cakra. Sarah memijat pelipisnya yang berdenyut, dua jam yang lalu Cahaya menelfonnya dan mengatakan bahwa Cakra masuk rumah sakit.

Sebagai Ibu tentu saja Sarah tidak terima putra kesayangannya masuk ke rumah sakit karena perbuatan Laskar. Sarah sudah mengadukan perbuatan Laskar kepada Laksana yang kini sedang berada di luar kota.

Laksana sama terkejutnya saat mendengar kabar bahwa Cakra masuk ke rumah sakit. Kabar itu pastinya membuat Laksana murka dengan Laskar.

Sarah menatap Cakra yang tak menatapnya. "Sayang, Mama tuh sedih ngeliat kamu kayak gini. Anak sialan itu harus mendapat balasan atas perbuatannya! Seenaknya dia mukulin kamu sampe kamu babak belur dan cedera kayak gini! Maksudnya apa coba?!"

"Ma," Cakra akhirnya menatap Mamanya. "Kalo nanti aku denger tangan atau kaki kak Laskar patah, aku gak akan maafin Mama sama Papa!"

Sarah membelakkan matanya. "Kenapa kamu ngomong kayak gitu?!"

For Him (End)Where stories live. Discover now