08. Berhati Monster

380 49 1
                                    

Ekspetasi Maharani terlalu tinggi. Maharani berpikir Laskar mau datang ke acara perayaan ulang tahunnya karena putra tunggalnya itu sudah memaafkannya. Namun kenyataan justru sebaliknya, kedatangan Laskar ke acara perayaan ulang tahunnya untuk mengibarkan bendera perang dengannya.

Maharani sangat membenci bunga lili oren. Laskar dengan beraninya memberikan bunga yang sangat dibencinya itu di depan para tamu undangannya. Maharani merasa dibenci oleh Laskar. Dan apa yang dilakukan Laskar tadi sama saja bentuk penghinaan untuknya.

Suara langkah kaki Maharani terdengar keras. Maharani sedikit menghentakkan kakinya saat berjalan. Satu tangannya mencengkram buket bunga pemberian Laskar sementara satu tangannya lagi mengepal kuat. Terlihat jelas sekali raut penuh emosi di wajah Maharani.

Maharani pergi meninggalkan para tamu undangannya sebelum acara perayaan ulang tahunnya selesai. Maharani ingin menyendiri guna menenangkan pikirannya yang mulai kacau.

Maharani berhenti berjalan ketika melihat sebuah tong sampah. Tanpa pikir panjang, Maharani langsung melempar buket bunga pemberian Laskar ke tong sampah. Maharani memang sudah berniat membuangnya. Tentu saja Maharani enggan menerimanya karena buket bunga pemberian Laskar adalah bunga lili oren yang sangat dibencinya.

Brakkk

"I wish your life going like you in hell, Mama."

Bisikan Laskar kembali terngiyang di telinga Maharani. Maharani meremas kepalan tangannya guna menyalurkan kekesalannya. Ibu yang mana yang tidak sakit hati saat anaknya sendiri berharap hidupnya berjalan seperti di neraka.

"ARRGHH..." Maharani berteriak sekencang-kencangnya. Di sini sepi, itu sebabnya Maharani tidak sungkan untuk berteriak.

"Saya menyesal telah melahirkan kamu, Laskar!"

Di kehidupannya, Maharani menyesali dua hal. Yang pertama pernikahannya dengan Laksana dan yang kedua kelahiran Laskar. Maharani sangat menyesal menikah dengan Laksana dan melahirkan Laskar.

Maharani menikah dengan Laksana bukan atas dasar cinta melainkan perjodohan. Maharani dan Laksana saling membenci dan juga bermusuhan tapi takdir mengikat mereka dalam ikatan suci pernikahan. Jebakan seseorang membuat mereka bercinta hingga akhirnya hadirlah Laskar di pernikahan mereka yang tidak dilandasi oleh cinta.

Baik Maharani maupun Laksana sama-sama tidak menginginkan kehadiran Laskar di pernikahan mereka. Jika pasangan lain menyebut anak adalah 'buah cinta', berbeda dengan Maharani dan Laksana yang menyebut Laskar sebagai 'buah kebencian' mereka.

"Kamu benci saya? Saya lebih benci sama kamu!"

"T-Tante...?"

Suara cicitan seseorang membuat Maharani berbalik badan. Ternyata seseorang itu ialah Laura.

Maharani menatap Laura sambil bersedekap dada. "Mau apa kamu ke sini?!"

"Eum---aku tadi denger suara teriakan makanya aku ke sini, ternyata yang teriak Tante Maharani." Laura menunduk, tidak berani menatap Maharani yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

Laura mendongak saat matanya tidak sengaja melihat buket bunga di tong sampah. Laura tahu itu buket bunga milik Maharani yang diberikan oleh Laskar.

Laura memberanikan diri menatap Maharani. "T-Tante kenapa buang buket bunga dari Laskar?"

"Kamu tanya kenapa saya membuangnya? Jawabannya karena saya membenci bunga yang diberikan pacar kamu!"

"Membenci?" Laura membeo bingung. "Kenapa Tante benci sama bunga secantik ini?"

"Bunga lili oren memiliki filosofi kebencian, kesombongan dan penghinaan! Laskar memberikan saya bunga lili oren itu artinya Laskar menganggap kehidupan saya seperti bunga lili oren! Sudah jelas Laskar membenci saya, dan apa yang dilakukan Laskar tadi adalah bentuk penghinaan kepada saya!"

For Him (End)Where stories live. Discover now