57. Teror Bunga Mawar

173 24 0
                                    

Laura jogging di sekitaran taman yang tak jauh dari kawasan apartemen Laskar. Laura membutuhkan udara segar di pagi hari untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

Laura jogging sendirian, tidak ditemani kekasihnya yang sangat posesif dan cemburuan. Laura bahkan keluar tanpa pamit kepada Laskar. Mungkin sekarang Laskar sedang kalang-kabut mencarinya.

Laura sengaja tidak membawa ponsel agar Laskar semakin kebingungan mencarinya. Sejak berpacaran dengan Laskar, Laura tidak pernah memiliki waktu sendiri. Sesekali Laura juga ingin menyendiri.

Laskar Dhanu Wardana, dulunya selalu bersikap cuek dan dingin kepadanya. Tapi sekarang cowok itu sangat posesif dan gampang cemburu. Sikap cowok itu sekarang terlalu berlebihan menurutnya.

"Lo jujur sama gue, lo ada perasaan sama cewek gue kan?"

"Lo gila! Bisa-bisanya lo mikir kayak gitu! Gue udah punya Luna, mana mungkin gue suka sama cewek lo!"

"Kalo gak suka ngapain lo ngasih bunga mawar ke cewek gue, hah?!"

Laura kembali teringat keributan antara Laskar dan Nova. Keributan itu berakhir dengan baku hantam. Laskar dan Nova saling memukul satu sama lain. Dua saudara sepupu itu sama-sama emosi. Laskar emosi lantaran curiga Nova menyukainya. Sedangkan Nova emosi lantaran dituduh menyukainya oleh Laskar.

Maharani marah besar dengan Laskar. Wanita itu sampai mendiami putranya. Hubungan Maharani dan Laskar sekarang sedang tidak baik-baik saja. Laskar juga marah dengan Maharani lantaran wanita itu terkesan lebih membela Nova.

Namun hubungan persaudaraan antara Laskar dengan Nova jauh lebih buruk. Sudah beberapa hari hubungan persaudaraan mereka merenggang. Setiap bertemu di sekolah, mereka pasti bersikap seperti orang asing yang tidak saling mengenal.

Laura tidak berani membahas apapun tentang Nova di depan Laskar. Laskar sangat sensitif jika mendengar seseorang menyebut nama Nova. Sekarang Laskar lebih sensitif daripada seorang gadis yang tengah datang bulan.

"Lari dari kenyataan emang secapek itu!"

Laura kelelahan setelah bolak-balik berlari mengelilingi taman. Laura memutuskan untuk duduk di atas rumput taman. Laura takut pingsan jika memaksakan diri untuk terus berlari.

Kemana pun perginya, yang diingatnya pasti Laskar. Laura tidak bisa jika tidak memikirkan Laskar, barang sedetik pun.

"Semonster-monsternya Laskar, dia tetep laki-laki terbaik gue. Gue sayang banget sama dia. Gue gak bisa kalo gak sama dia..."

"Pikiran Laskar terlalu jauh! Gak akan ada yang bisa ngerebut gue dari dia! Selamanya gue milik dia!"

Laura mengacak-acak rambutnya sampai kuncirannya berantakan. Pikiran Laura bercabang. Banyak hal yang tengah menjadi beban pikiran Laura. Salah satunya ialah nasib hubungan persaudaraan Laskar dan Nova.

"Kayaknya bakal susah bikin mereka akur lagi! Udah pada kolot-kolot, pasti susah nyatuinnya lagi!"

Seorang anak kecil perempuan datang menghampiri Laura. "Hai, kakak cantik!"

Laura menoleh ke sumber suara. Laura langsung menyunggingkan senyum begitu melihat siapa yang menghampirinya. ''Hai adek cantik, ada apa?"

"Ini buat kakak cantik." Anak kecil itu memberikan sebuket bunga mawar merah kepada Laura.

"Eh--dari siapa ini?"

"Dari kakak itu!" Anak kecil itu menunjuk ke tempat dimana seseorang yang memerintahnya bersembunyi.

Laura mengikuti arah tunjuk anak kecil itu. Namun Laura tidak melihat siapapun, ia hanya melihat pohon besar. Apakah seseorang yang memberinya bunga bersembunyi di balik pohon besar itu?

For Him (End)Where stories live. Discover now