36. Kapten Laskar is the Best

205 27 1
                                    

Sayang sekali di babak ketiga Laskar tidak ikut bertanding. Laskar belum diperbolehkan ikut bertanding meskipun tim medis mengatakan dirinya hanya mengalami cedera ringan pada lengannya.

"Ck." Laskar berdecak. Tim basketnya tanpa dirinya benar-benar kacau. Poin tim basketnya tertinggal jauh dari tim basket SMA Kamajaya. Jika sampai di babak keempat dirinya masih belum diperbolehkan ikut bertanding, sudah dipastikan tim basketnya akan kalah telak.

Waktu 10 menit di babak ketiga terasa lama bagi Laskar. Berkali-kali Laskar menggeram ketika teman setimnya gagal mencetak poin. Laskar merasa jengkel dan geregetan sendiri, teman setimnya payah dan tidak ada yang bisa diandalkan. Mereka berlima tidak melakukan strategi permainan yang sudah disusunnya.

Laskar bergerak-gerak gelisah di tempat duduknya. Laskar ingin sekali berlari ke tengah tribun dan kembali bertanding. Laskar berpikir hanya dirinya yang bisa menyelamatkan tim basketnya dari kekalahan. Ah, Laskar tidak bisa membiarkan tim basketnya kalah telak dari tim basket SMA Kamajaya.

Laskar menatap Pak Burhan yang duduk di sampingnya. "Pak, izinin saya ikut tanding lagi di babak keempat. Saya gak bisa biarin tim basket kita kalah dari tim lawan."

"Memangnya lengan kamu sudah tidak sakit?" tanya Pak Burhan memastikan.

Laskar mengangguk. "Sekarang udah gak sakit lagi, Pak. Saya udah baik-baik aja, tolong izinin saya ikut tanding lagi di babak keempat biar tim basket kita bisa menang, Pak."

"Ya sudah, kalau memang kamu sudah baik-baik saja... saya izinkan kamu ikut bertanding lagi di babak keempat." ucap Pak Burhan final.

Laskar tersenyum dan bernapas lega begitu mendapat izin dari Pak Burhan. "Terima kasih, Pak. Saya janji saya akan memenangkan pertandingan ini."

"Saya pegang janji kamu, kapten Laskar." Pak Burhan tersenyum sembari menyentuh bahu kanan Laskar. Guru muda itu percaya Laskar bisa memenangkan pertandingan ini. Kemampuan Laskar dalam bermain bola basket tidak perlu diragukan lagi.

"Yang," Laura datang menghampiri Laskar. Raut penuh kekhawatiran tampak dari wajah Laura. Laura menjadi orang yang paling khawatir ketika melihat Laskar kesakitan setelah terjatuh di tengah tribun. "Mana yang sakit?"

"Aku gak papa. Udah gak sakit, Lor." Laskar tersenyum guna membuktikan kepada Laura bahwa dirinya baik-baik saja.

"Beneran?" Mata Laura berkaca-kaca, terlalu mengkhawatirkan Laskar membuatnya ingin menangis. "Tadi aku liat kamu kesakitan banget, beneran kamu gak papa?"

"Iya, sayang. Aku gak papa, sakitnya cuma sebentar sekarang udah gak sakit lagi." Laskar membawa Laura ke dalam pelukannya. Laskar tahu Laura ingin menangis karena terlalu mengkhawatirkannya.

Laura bernapas lega. Kekhawatiran Laura seketika melebur setelah melihat senyum Laskar.

Laskar berbisik di telinga Laura, "You know Im strong man, that is not big problem for me, kitty."

Suara bisikan Laskar membuat Laura berdesir hebat. Laura lantas melepas pelukan Laskar. Ketika menoleh Laura dikejutkan dengan kehadiran Pak Burhan. Laura tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya saat melihat Pak Burhan duduk di samping Laskar.

"P-Pak..." Laura tersenyum kikuk, terlalu mengkhawatirkan Laskar membuatnya hanya fokus kepada kekasihnya sampai tidak menyadari kehadiran Pak Burhan. Laura merasa malu lantaran berpelukan dengan Laskar di depan Pak Burhan.

"Tidak apa-apa, Laura. Saya juga pernah muda, saat saya seusia kalian saya juga berpacaran. Tapi harus ingat, pacarannya jangan melewati batas! Perjalanan hidup kalian itu masih panjang, nikmatilah masa muda kalian karena masa muda tidak akan bisa terulang kembali!" ucap Pak Burhan.

For Him (End)Where stories live. Discover now