51. For Him: Tears

204 33 0
                                    


"Racun yang paling mematikan ialah kata-kata menyakitkan dari orang yang kamu sebut keluarga."

~Laskar Dhanu Wardana
For Him: Tears


***********************



Pukul 21.00 wib Laksana berada di rooftop gedung WDN grub. Laksana tengah menunggu kedatangan Laskar. Secara tidak terduga Laskar meminta bertemu dengannya di sini.

Laksana menatap hamparan langit malam sembari merokok. Kepulan asap rokok keluar dari hidung dan mulutnya. Selain gila uang, Laksana juga gila rokok. Setiap hari Laksana selalu menghabiskan lebih dari 10 batang. Baginya rokok adalah obat penenangnya dikala stres melanda. Laksana tidak bisa jika tidak merokok, barang satu jam saja.

Tangan kanannya memegang rokoknya, sementara tangan kirinya memegang tongkat golfnya. Laksana sudah memprediksi pertemuannya dengan Laskar kali ini akan terjadi keributan besar. Laksana akan menggunakan tongkat golfnya untuk melawan serangan Laskar.

"Aku udah berkali-kali mengancam Papa, tapi ancaman aku gak pernah digubris! Papa pikir aku gak main-main sama ancaman aku?!" Laskar yang baru saja datang langsung bersuara. Kesabaran Laskar sudah habis menghadapi Papanya. Laskar muak lantaran Papanya terus mengganggu hidupnya.

Laksana berbalik badan begitu mendengar suara Laskar. Laksana menyunggingkan senyum seringaiannya. "Saya memang tidak takut dengan ancaman kamu!"

"Papa udah bosan hidup?"

Laksana tertawa keras. Suara tawanya memecah keheningan malam ini. "Kamu tanya apa saya bosan hidup?! Jawabannya tentu saja tidak! Saya tidak akan mati sebelum saya menguasi semua harta peninggalan mendiang Papa saya! Saya akan merebutnya dari kamu, Laskar!

"Silahkan aja kalo Papa bisa." Laskar bersedekap dada. "Tapi kali ini aku pastikan Papa membusuk di penjara!"

"Di penjara? Apa maksud kamu? Memangnya saya melakukan kesalahan apa sampai kamu ingin memenjarakan saya?!"

"Papa udah nyelakain pacar aku! Papa nyuruh orang buat ngeracunin pacar aku!"

Laksana tertawa. "Oh... jadi kamu sudah tahu kalau saya ini yang memerintah karyawan Mama kamu untuk meracuni pacar kamu? Ya, kamu benar, memang saya orangnya!"

"Beraninya Papa nyelakain pacar aku!"

"Cih." Laksana berdecih lirih. "Gadis murahan saja dibela!"

"Jaga ucapan Papa! Lora bukan gadis murahan!"

Laksana membuang putung rokoknya ke lantai kemudian menginjaknya sampai tidak berbentuk lagi. "Laskar... Laskar! Laura itu ibaratnya rokok, jika sudah puas dicicipi dan rasa manisnya hilang... akan dibuang setelah itu diinjak-injak, lalu ditinggalkan dalam keadaan hancur. Kamu tahu apa maksud saya kan?"

Laskar mengepalkan tangannya. Laskar meradang mendengar apa yang diucapkan Papanya. Tentu saja sebagai laki-laki yang beranjak dewasa Laskar tahu betul apa maksud Papanya mengibaratkan Laura sebagai rokok.

"Brengsek." Laskar mengumpat. Laskar maju beberapa langkah kemudian ia mencengkram kuat kerah jas Papanya. "Papa mengibaratkan Lora rokok... sama aja Papa menghinanya! Aku gak terima itu!"

For Him (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon