59. For Him: Pain

161 22 1
                                    

"Sesakit apapun, aku akan bertahan untuk kamu."

~Laura Salsabila
~For Him: Pain

*************************


Tubuh Laura mulai melemah. Laura kehabisan tenaga untuk melawan si jaket hijau. Tidak ada yang bisa Laura harapkan lagi. Si jaket hijau semakin kuat mencekik lehernya, ia pun semakin kesulitan bernapas.

Laura meneteskan air matanya. Laura menangis dalam diam. Laura sadar ini terjadi bukan dalam mimpinya, tapi ini kenyataan. Laura hanya bisa pasrah karena sekarang ia sedang berada di ambang kematian.

'Kalo emang malam ini gue mati, setidaknya beri gue kesempatan buat pamit sama Laskar.' batin Laura.

Laura memejamkan matanya. Air matanya tidak berhenti menetes. Hujan sama derasnya dengan air matanya.

"Laura..." si jaket hijau mengendurkan cekikannya di leher Laura. Dia goyah saat melihat Laura menangis. Bagaimana pun juga Laura adalah gadis yang dicintainya. Dia tidak sanggup jika melihat Laura menangis seperti ini di depannya.

Si jaket hijau berhenti mencekik Laura. Tangisan Laura membuatnya tidak tega untuk melanjutkan niatnya membunuh gadis itu.

"Uhuk... uhuk..." Laura terbatuk-batuk, lehernya terasa sangat sakit setelah dicekik si jaket hijau. Laura akhirnya bisa bernapas dengan normal lagi. Hampir saja nyawanya melayang karena ia sempat tidak bisa bernapas selama beberapa detik.

"Laura... maafkan aku."

Laura menatap si jaket hijau. Setelah membuatnya hampir mati, si jaket hijau dengan mudahnya mengatakan maaf kepadanya. Tentu saja Laura tidak akan memaafkan si jaket hijau.

'Si jaket hijau harus ngerasain rasa sakit yang gue rasain! Gue gak boleh takut, gue harus berani lawan si jaket hijau!' batin Laura.

Laura sangat bersyukur dirinya masih diberi kesempatan untuk hidup. Tuhan menyelamatkannya, doanya yang ingin tetap hidup terkabul.

Laura ingin membalas perbuatan si jaket hijau kepadanya. Si jaket hijau harus merasakan rasa sakit yang sama seperti yang dirasakannya.

"Laura... aku tidak akan membunuhmu, tapi kamu harus jadi milikku." Si jaket hijau meraih tangan Laura. Ketika tangan putih dan mulus itu berhasil digenggamnya, Laura secara tidak terduga memberikan serangan kepadanya.

Bugh

"Arrghhh..." si jaket hijau mengerang kesakitan. Dia pun jatuh terjungkal lantaran tidak kuat menahan rasa sakitnya. Laura dengan beraninya menendang kemaluannya.

Laura menendang benda pusaka milik si jaket hijau dengan sisa tenaganya. Laura tahu benda tersebut sangat keramat jika ditendang. Laki-laki tidak akan berdaya jika ada yang menendang benda pusakanya.

"SIALAN LO!" Si jaket hijau kini berbaring tidak berdaya di tengah jalan. Dia kesakitan sampai kesulitan untuk bangkit.

"Itu akibatnya karna lo mau bunuh gue!"

Si jaket hijau merasa tertipu. Dia terbuai dengan tangisan Laura. Dia sudah berbaik hati membebaskan Laura dari cekikannya. Tapi dia malah mendapatkan balasan serangan tidak terduga dari Laura.

Si jaket hijau mengambil pisau lipatnya dari saku jaketnya. Dia bersiap melempar pisau lipatnya ke arah Laura. Dia murka dan kembali ingin membunuh Laura. Tapi kali ini dia akan membunuh Laura dengan cara menusuk gadis itu menggunakan pisau lipatnya ini.

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang