33. Ridiculous Thing

207 30 2
                                    

"Ada orang yang lagi ganggu hubungan gue sama Lora. Dia ngaku nama samaran dia jaket hijau. Apa jangan-jangan lo sosok jaket hijau yang sebenarnya?!"

Cakra menatap Laskar dengan satu alis terangkat. "Kak Laskar nuduh aku?"

"Setelah gue denger semua yang lo omongin tentang gue tadi, gue jadi yakin lo sosok di balik jaket hijau yang sebenarnya!"

Cakra tertawa di tengah heningnya malam. Puas tertawa Cakra lantas menatap Laskar dengan raut wajah serius. "Selamat anda telah menuduh orang yang salah!"

"Salah?" Laskar menggeleng tidak percaya, ia sangat yakin Cakra sosok jaket hijau yang sebenarnya. "Lo pasti bohong!"

"Buat apa aku bohong? Aku bukan si jaket hijau! Kak Laskar salah nuduh aku!"

Laskar menatap Cakra. Keyakinan Laskar perlahan memudar lantaran tidak terlihat kebohongan dari wajah Cakra. Ekspresinya Cakra tidak menunjukkan kebohongan.

"It's ridiculous thing! Aku aja benci warna hijau, mana mungkin aku gunain nama samaran yang ada embel-embel warna yang aku benci?!"

Laskar hampir saja melupakan fakta bahwa Cakra membenci warna hijau sejak kecil. Laskar tidak tahu apa alasannya, yang jelas Cakra membenci warna hijau. Sejak kecil Cakra tidak pernah mau menggunakan atau memakai sesuatu yang berwarna hijau, kecuali jika memang diharuskan contohnya seperti seragam sekolah.

Jika dipikir-pikir secara logika, Cakra yang membenci warna hijau tidak akan mungkin menggunakan warna 'hijau' sebagai embel-embel nama samarannya. Jadi kesimpulannya Cakra tidak berbohong, cowok yang memiliki lesung pipi itu bukanlah sosok di balik jaket hijau yang sebenarnya.

"Sekarang udah percaya aku bukan si jaket hijau?"

Laskar terdiam.

"Cih." Cakra berdecih samar. "Terserah sih mau percaya sama aku apa enggak! Yang jelas aku bukan si jaket hijau!"

"Gini yah kak, orang yang benci sama kak Laskar bukan aku aja! Musuh kak Laskar juga bukan aku aja, aku yakin di luar sana banyak orang yang benci sama kakak dan jadi musuh kakak! Bisa jadi juga, si jaket hijau itu orang yang benci sama kak Laura! So, jangan langsung nuduh orang, apalagi kalo gak ada buktinya! Kak Laskar kan gak tau siapa aja orang yang pengen ngehancurin hubungan kakak sama kak Laura!"

Laskar yang semula memalingkan wajah kini kembali menatap Cakra. "Lo mungkin bukan si jaket hijau, tapi apa lo terlibat sama dia? Maksud gue apa lo kerjasama sama dia?"

"Buat apa kerjasama sama orang yang gak aku kenal kalo aku aja bisa ngehancurin sendiri hubungan kalian?! Denger ya kak, tanpa bantuan orang lain... aku bisa ngehancurin hubungan kakak sama kak Laura dan juga hidup kakak!"

Cakra tersenyum menyeringai. Cakra tidak main-main dengan ucapannya, cowok itu benar akan menghancurkan hidup Laskar dengan tangannya sendiri. Cakra tidak akan membiarkan Laskar hidup bahagia. Kebahagiaan Laskar adalah hal yang paling dibencinya.

"Mulai sekarang kita bukan saudara lagi!"

"Memangnya kapan gue anggap lo saudara?!" Laskar meremas kepalan tangannya. Jika tidak sedang di apartemennya, Laskar mungkin sudah memukul Cakra. Laskar mati-matian menahan emosinya karena ia tidak ingin berkelahi dengan Cakra di dalam apartemennya.

Hubungan persaudaraan antara Laskar dan Cakra yang dari dulu renggang kini benar-benar berakhir. Sudah tidak ada lagi kata saudara di antara mereka. Mulai malam ini mereka akan bersikap seolah-olah orang asing yang tidak saling mengenal.



**********************



Cahaya terpaksa pulang sendirian karena Cakra sudah pulang mendahuluinya. Cakra bukan hanya meninggalkannya, tapi juga pulang tanpa pamit dengannya. Entahlah ada apa dengan Cakra sampai cowok itu pulang begitu saja tanpa pamit kepada siapapun.

For Him (End)Where stories live. Discover now