04. Lebih dari Egoku

376 52 0
                                    

"Berharap sama kamu itu sakit, aku capek... apa artinya kita pacaran kalo kamunya cuek gak peduli sama aku? Sekali lagi aku tanya, kamu anggap aku apa sih?"

Laskar menghela napasnya, wajahnya berpaling ke arah lain. "Aku bilang selesain dulu masalah kamu."

"Masalah aku sama siapa? Sama kamu kan?!" Laura kembali menatap Laskar dengan berlinang air mata. Laura meninggikan nada suaranya karena terlampau kesal dengan Laskar.

"Bukan sama aku, tapi sama Mama kamu."

"Mama aku? M-Maksudnya?" Laura dibuat bingung dengan pernyataan Laskar.

Laskar menatap Laura. "Semalem aku denger semuanya, aku tau kamu ribut sama Mama kamu. Aku mau kamu selesain masalah kamu sama Mama kamu."

Laura menyugar rambutnya. Ternyata Laskar mengetahui pertengkaran hebatnya dengan Mamanya semalam. Itu artinya Laskar juga mengetahui apa saja yang diucapkan Mamanya kepadanya semalam. "Kamu tau semalem aku ribut sama Mama aku, berarti kamu denger Mama aku bilang aku ini cewek murahan?"

"Kamu gak murahan."

"Aku udah biasa ribut sama Mama aku, kata-kata kasar sama perlakuan kasar udah sering aku dapat dari Mama aku. Dari kecil aku gak disayang sama Mama aku. Katanya aku anak pembawa sial, kehadiran aku di dunia ini cuma bawa kesialan buat hidup Mama aku..."

Laskar menarik tangan Laura. Laskar meminta Laura untuk duduk di sampingnya.

Laura menurut, duduk di samping Laskar. "Aku pengen ada yang sayang sama aku. Aku pengen punya seseorang yang peduli, perhatian, dan tulus sama aku. Aku berharapnya seseorang itu kamu..."

Laura dan Laskar saling bertatapan.

"Bisa gak kamu ngelakuin apa yang aku pengen? Kalo bisa hubungan kita lanjut, kalo enggak hubungan kita cukup sampai di sini..."

Laura menatap Laskar dengan penuh harap. Ah, lagi dan lagi Laura berharap kepada Laskar. Sudah tahu berharap kepada Laskar bisa menyakiti hatinya tapi entah mengapa Laura tidak pernah kapok dan masih terus mengulanginya.



***************




Siang ini Laura janjian dengan pelanggannya di sebuah cafe. Pelanggannya itu ingin dilayani di cafe, katanya sambil minum-minum cantik.

Pulang sekolah Laura langsung menuju ke cafe tempatnya janjian bertemu dengan pelanggannya. Laura masih mengenakan seragam sekolahnya yang dibalut dengan jaketnya.

Laura sempat berpikir pelanggannya anak sekolah seperti dirinya. Tapi ternyata ia salah, pelanggannya sudah dewasa. Dari tampilannya, sepertinya pelanggannya berusia 25 tahunan. Karena lebih tua darinya, Laura pun menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara dengan pelanggannya itu.

"Kenapa dinamai kitty's nail? Kamu suka anak kucing?"

Laura mendongak lalu menatap pelanggannya yang mengaku bernama Tantri. Hanya Tantri satu-satunya pelanggannya yang bertanya tentang nama salon kukunya. "Aku suka kucing tapi gak terlalu sih. Kenapa dinamai kitty, karna cowokku manggil aku kitty."

Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengapa Laura menamai salon kukunya 'Kitty's Nail'. Laura menggunakan nama 'kitty' karena itu panggilan dari Laskar untuknya. Bisa dibilang itu panggilan sayang dari Laskar untuknya.

Tantri mengangguk paham. "Oh panggilan sayang?"

"Iya."

"Nomorku disimpan ya? Aku kayaknya mau langganan sama kamu!"

Laura tersenyum. "Siap, kak."

Tantri menatap Laura. "Pacar kamu so sweet ya? Punya panggilan sayang khusus buat kamu. Kalo pacarku boro-boro, cueknya minta ampun!"

For Him (End)Where stories live. Discover now