44. After Paint the Pain

235 31 4
                                    

After paint the pain= setelah melukis rasa sakit

Tarik napas dulu sebelum baca part ini📢 part-nya panjang kayak gerbong kereta tut tut🚞

*************************

Laura kembali dirawat di Rumah Sakit. Laura diharuskan dirawat karena sakit tipes. Sekarang sudah jelas penyebab Laura demam dan muntah-muntah sejak kemarin itu bukan karena hamil melainkan karena sakit tipes.

Semalam Laura mimpi buruk membuatnya terbangun dengan perasaan gelisah. Laura mimpi mengalami kecelakaan tragis bersama Laskar. Hanya mimpi namun rasa sakitnya ketika melihat Laskar terluka parah terasa nyata.

Sinar matahari pagi yang menyeruak dari jendela terasa menyilaukan mata. Laura membalik posisi berbaringnya menjadi membelakangi jendela. Matanya tidak kuat terkena silau sinar matahari.

Laura masih gelisah karena terus memikirkan mimpi buruknya semalam. Di mimpinya Laskar tidak terselamatkan karena mengalami luka parah. Laura takut mimpinya menjadi kenyataan. Tidak, Laura tidak ingin kehilangan Laskar. Sosok Laskar terlalu berarti di hidupnya.

Laskar keluar dari toilet yang berada di dalam ruang rawat Laura. Laskar keluar dengan penampilan yang tampak segar. Laskar mengenakan baju lengan panjang berwarna biru muda dan celana jeans berwarna putih. Sebelumnya Laskar jarang mengenakan pakaian berwarna cerah, jadi penampilannya kali ini tampak berbeda.

"Lor," Laskar menghampiri Laura. "Tidurannya jangan miring ke kanan, pelipis kamu semalem baru dijahit! Lukanya belum kering!"

"Silau, Laskar!" Laura menyahuti Laskar dengan ketus. Suasana hati Laura sedang buruk.

Laskar duduk di tepi brangkar Laura. Laskar menyadari Laura ketus dengannya. "Kamu kenapa hm? Kok ketus sama aku?"

"Aku mimpi buruk." Laura meneteskan air mata yang sudah ditahannya. Laura menangis karena rasa takutnya terhadap mimpi buruknya.

"Mimpi buruk?" Laskar membeo. "Kamu mimpu buruk apa?"

"A-Aku mimpi kita kecelakaan! Kita kecelakaannya parah... kamu gak selamat..." Laura menangis tersedu-sedu. Laura tidak ingin mimpi buruknya terjadi. Melihat Laskar terluka parah dalam mimpinya saja rasanya sangat menyakitkan, apalagi jika itu kenyataan.

Laskar mengangkat Laura lalu membawa gadisnya ke dalam dekapannya. Satu tangannya bergerak mengusap-usap lembut punggung Laura. "Lor, itu cuma mimpi. Gak bakal jadi kenyataan."

"Tapi aku takut, Laskar! Di mimpi aku kamu terluka parah karna kamu ngelindungin aku! Aku gak mau kamu kenapa-kenapa..."

Laskar membingkai wajah Laura dengan kedua tangannya. Laskar menatap lekat Laura. Melalui tatapannya, Laskar akan meyakinkan Laura bahwa mimpi buruk itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.

"Lor, dengerin aku. Aku tau kamu khawatir sama aku, kamu takut aku kenapa-kenapa. Tapi kamu harus ingat kalo mimpi itu bunga tidur. Gak semua mimpi jadi kenyataan. Mungkin mimpi kamu itu tujuannya jadi pengingat buat kita, kita disuruh lebih hati-hati lagi saat berkendara di jalan."

Laura menatap Laskar. "Pesan terakhir kamu... kamu bilang kamu mencintai aku lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri."

"Ya, emang." Laskar mengusap sisa air yang membasahi pipi Laura. Laskar lantas menggeleng kecil. "Tapi itu bukan pesan terakhir aku! Jangan khawatir, aku bakal selalu ada di sisi kamu."

Laura menduselkan kepalanya di dada bidang Laskar. Laura mulai tenang. Kata-kata Laskar berhasil menenangkan hati Laura yang tengah gelisah.

"Makanya kalo mau tidur tuh baca doa dulu! Terus jangan kebanyakan mikirin hal-hal negatif!"

For Him (End)Where stories live. Discover now