58. Im (in) Danger

140 23 0
                                    

Si jaket hijau berada di sebuah ruangan dengan penerangan lampu berwarna merah. Ruangan ini adalah ruangan rahasianya. Tampak seperti gudang terbengkalai namun ruangan ini menyimpan banyak rahasia gelapnya.

Tembok di ruangan ini penuh dengan foto Laura. Kurang lebih ada seribu foto Laura yang ditempelnya di tembok ruangan ini. Sudah 5 tahun dia mencintai Laura, sudah 5 tahun pula dia menjadi penguntit gadis itu. Diam-diam dia selalu memperhatikan semua gerak-gerik Laura. Dan diam-diam pula dia memotret Laura dari kejauhan.

Dia suka mengumpulkan foto-foto Laura. Dia mengabadikan semua momen yang terjadi di hidup Laura selama 5 tahun ini dengan foto yang ditempelnya di tembok. Hanya melalui foto-foto ini, dia bisa menatap lekat wajah Laura dari dekat.

Dia sangat mencintai Laura. Dia terobsesi dan ingin sekali memiliki gadis itu. Tapi kali ini Laura membuatnya murka. Laura sudah melakukan hal yang membangunkan sisi kejamnya.

Dia melempar dan membanting benda-benda di sekitarnya. Dia melakukannya untuk meluapkan emosinya. Dalam sekejap ruangannya ini menjadi seperti kapal pecah. Banyak benda yang hancur karena perbuatannya. Sama halnya dengan hatinya yang hancur karena perbuatan Laura.

"Gue udah ngasih bunga mawar ke lo dengan cara baik-baik, tapi malah lo buang dan bakar bunga mawar pemberian gue!"

Sudah dua hari dia memberikan bunga mawar merah kepada Laura melalui orang suruhannya. Dalam dua hari ada 100 tangkai bunga mawar merah yang diberikannya kepada Laura. Itu memang bentuk teror darinya, namun dia berharap Laura senang dan menerima bunga mawar merah pemberiannya.

Pada kenyataannya harapannya tidak terkabul. Laura tidak menerima bunga mawar merah pemberiannya dan malah membuangnya ke tong sampah. Yang lebih menyakitkannya lagi, Laura membakar bunga mawar merah pemberiannya.

Dia sudah memberikannya secara baik-baik melalui orang-orang suruhannya. Namun Laura tidak menghargai pemberiannya. Apa yang dilakukan Laura sudah menyiratkan penolakan kepadanya. Laura tidak menerima bunga pemberiannya, artinya gadis itu menolak perasaannya.

Dia murka setelah melihat Laura membakar bunga mawar merah pemberiannya di sekolah. Hatinya terasa panas seolah ikut terbakar. Laura tega menghancurkan hatinya dengan cara seperti ini.

Dia membanting vas bunga ke lantai. Pecahannya pun berhamburan di lantai. Dia melepas kain yang membalut telapak tangan kanannya kemudian mengambil satu pecahan vas bunga.

Dia meremas kuat pecahan vas bunga dengan tangan kanannya. Apa yang dilakukannya itu menambah luka di telapak tangannya. Hingga darah kembali mengucur dari telapak tangannya.

Dia menjatuhkan pecahan vas bunga yang diremasnya setelah hatinya merasa puas. Dia melihat telapak tangannya bercucuran darah. Dia menyunggingkan senyum, dia suka darah karena berwarna merah. Merah menjadi warna favoritnya setelah tahu itu adalah warna favorit Laura.

Dia berjalan menuju cermin yang terpajang di tembok. Dia lantas mengusap wajahnya menggunakan telapak tangannya yang penuh darah. Wajahnya kini berwarna merah. Dia meyakini bahwa darah bisa membuat wajahnya semakin tampan dan berseri.

"Be mine or die today?"

Dia tiba-tiba tertawa keras. Dia akan menghadapkan Laura dengan dua pilihan. Laura harus memilih menjadi miliknya atau mati.

"Rasa sakit ini, harus terbalaskan. Laura sayang, aku akan membunuhmu jika kamu menolak untuk menjadi milikku."





****************************




Laskar masuk ke kamar Laura. Di kamar bernuansa putih ini Laskar mendapati Laura tengah duduk di tepi ranjang. Laskar menghampiri Laura sembari membawa es batu yang sudah dibungkus dengan handuk kecil.

For Him (End)Where stories live. Discover now