25. (Not) Hard Day

240 35 13
                                    

Satu ruangan dengan Laskar saat UTS ialah sebuah keberuntungan bagi Laura. Laura senang bukan main ketika tahu dirinya mendapat ruangan yang sama dengan Laskar. Tentu saja Laura merasa senang, karena dengan begitu ia bisa menyontek dari Laskar.

UTS kali ini Laura tidak perlu membuat contekan. Laura akan meminta Laskar untuk memberikannya semua jawaban soal-soal UTS nanti. Laura hanya perlu menyalin jawaban Laskar.

Satu ruangan yang sama namun tempat duduk Laura cukup jauh dari tempat duduk Laskar. Tempat duduk Laura berada di paling belakang pojok kiri. Sedangkan tempat duduk Laskar berada di paling depan pojok kanan dekat pintu. Sejauh apapun jaraknya, Laura tetap bisa menyontek dari Laskar.

Sudah 1 jam berlalu tapi lembar jawaban masih kosong. Laura belum mengerjakan satu soal pun. Laura mengacak-acak rambutnya lalu menatap soal-soal fisika di mejanya. Hampir semuanya soal perhitungan, Laura tidak bisa mengerjakannya.

Laura beralih menatap Laskar. Laskar terlihat sibuk mengerjakan soal-soal sulit ini. Laura butuh contekan dari Laskar sekarang juga. Tapi Pak Jaeludin-guru pengawas di ruangannya- masih mengawasi di depan sana. Laura menunggu Pak Jaeludin keluar agar ia bisa meminta contekan kepada Laskar.

Tatapan Pak Jaeludin tertuju ke arah Laura. Guru paruh baya itu melihat Laura tengah menatap Laskar. "Laura!"

"Iya Pak?" Laura buru-buru mengalihkan tatapannya dari Laskar. Laura lantas menatap Pak Jaeludin sambil tersenyum kikuk. "Kenapa Pak?"

"Kamu mau nyontek yah?!" Pak Jaeludin melotot di balik kacamata minusnya. Pak Jaeludin cukup killer jika sedang mengawasi.

Laura dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Eng--gak, Pak. Siapa yang mau nyontek? Ini saya lagi ngerjain."

"Awas kalo kamu ketahuan nyontek! Saya robek lembar jawaban kamu!" ucap Pak Jaeludin.

Mampus. Laura menegang saat mendengar ucapan Pak Jaeludin yang bernada ancaman. Laura seketika kicep dan takut ketahuan menyontek karena sudah diancam Pak Jaeludin. Tapi jika tidak menyontek, Laura tidak bisa mengerjakannya.

"Itu berlaku buat semuanya! Ketahuan menyontek, lembar jawabnya saya robek!" ucap Pak Jaeludin kepada siswa-siswi lainnya.

"Iya Pak." sahut mereka serempak.

Pak Jaeludin keluar saat mendapat telfon dari seseorang. Laura bernapas lega setelah Pak Jaeludin keluar. Dalam hati Laura berharap semoga saja Pak Jaeludin lama berada di luar  agar ia bisa meminta contekan kepada Laskar. Laura benar-benar tidak bisa mengerjakannya tanpa contekan dari Laskar.

"Ekhem."

Laura mendengar suara dehaman Laskar. Laura pun menoleh lalu menatap Laskar.

Laskar menunjukan kertas yang sudah dilipatnya. Laura tersenyum, kertas itu pasti contekan yang diberikan Laskar untuknya. Laskar ternyata mendengar suara jeritan hatinya yang meminta contekan.

Laskar lantas memberikan kertas yang sudah dilipatnya itu ke teman sekelasnya agar dioper ke Laura. Teman sekelas Laskar lalu mengopernya ke teman sekelas Laura. Barulah kertas itu sampai di tangan Laura.

"Enak banget lo dapet contekan! Gue liat contekannya juga boleh, Ra?" ucap Devy-teman sekelas Laura.

"No way!" Laura menggeleng tegas. "Ini dari cowok gue, cuma gue yang boleh liat contekannya!"

Devy mendengus. "Pelit lo!"

"Bodo amat!" Laura menjulurkan lidahnya sambil menatap Devy. Laura dan Devy memang dikenal sebagai bala-bala musuh, kadang akur kadang juga ribut.

Laura membuka lipatan kertas contekan dari Laskar. Ternyata kertas itu adalah kertas lembar jawab Laskar. Laskar tidak tanggung-tanggung dalam memberikan Laura contekan. Laskar memberikan contekan kepada Laura dengan meminjamkan lembar jawabnya.

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang