11. Luka yang Sama

293 47 7
                                    

Yuni masuk ke dalam rusunnya dan mendapati Laura tengah makan mie instan. Yuni lantas berjalan menghampiri Laura. "Abis digerebek warga kamu jadi lapar?"

Laura hanya melirik sekilas Mamanya lalu kembali memakan mie instan sisa Laskar. Laura tidak berniat menyahuti pertanyaan Mamanya.

Bruk

Yuni memukul Laura menggunakan tas selempangnya. "Kalo ditanya tuh dijawab! Dasar lonte!"

Setelah menghabiskan mie instannya, Laura pun menatap Mamanya. "Siapa yang Mama sebut lonte?"

"Ya kamu lah!"

"Lora bukan lonte, Ma!"

Bruk

Bruk

Bruk

Yuni kembali memukul Laura menggunakan tas selempangnya. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali. "Udah jelas-jelas tadi kamu digerebek warga, masih ngelak kamu bukan lonte?!"

"BERHENTI PANGGIL LORA LONTE! LORA BUKAN LONTE, MA!" Laura berteriak, sedetik kemudian air matanya menetes hingga membasahi pipinya. Laura menangis bukan karena dipukul Mamanya, melainkan karena sakit hati Mamanya terus menerus menyebutnya 'lonte'.

"Kamu memang lonte! Jujur sama Mama, kamu pacaran sama Laskar udah ngapain aja?!"

"Lora sama Laskar udah ngapain aja itu bukan urusan Mama! Mama gak perlu tahu!"

Yuni menatap Laura penuh selidik. "Jangan-jangan sekarang kamu udah gak perawan! Kamu pasti udah tidur sama Laskar kan?! Ngaku kamu!"

"IYA LORA UDAH TIDUR SAMA LASKAR!" Laura berkata jujur, ia memang benar pernah tidur bersama dengan Laskar. Tapi jangan salah paham dulu, tidur yang Laura maksud bukan tidur bersama dalam arti lain.

Laura terpaksa berkata seperti itu kepada Mamanya lantaran sudah muak terus didesak untuk berkata jujur oleh Mamanya.

Yuni membelakkan matanya begitu mendengar penuturan Laura. "Jadi bener kamu udah tidur sama Laskar? Berarti kamu sekarang udah gak perawan lagi hah?!"

Laura diam. Laura enggan menyahuti pertanyaan Mamanya. Menurut Laura, masih perawan atau tidak dirinya itu bukan urusan Mamanya.

Bruk

"Dasar anak sialan! Lonte! Bisanya cuma malu-maluin!"

Bruk

"Gue besarin lo, sekolahin lo, tapi apa balasan lo?! Lo malah jadi lonte!"

Bruk

Bruk

Yuni memaki Laura sembari melayangkan pukulan ke tubuh Laura.

Laura hanya diam dan tidak melawan saat tubuhnya menjadi samsat Mamanya. Laura tidak memperdulikan tubuhnya yang terasa sakit akibat terus dipukul oleh Mamanya.

Yuni berhenti sejenak memukuli Laura. Yuni melihat anak satu-satunya itu hanya diam saat dipukulinya, tidak menangis, tidak berteriak kesakitan dan juga tidak berteriak meminta ampun. Laura seolah sudah kebal dengan rasa sakit yang diberikannya.

"Daripada lo jadi lonte gratis pacar lo, mending lo nikah aja sama sugar dedi pilihan gue!"

"Ogah! Mama aja yang nikah sama sugar dedi!"

"Itu perintah dari gue! Gue gak pengen perintah gue dibantah! Lo harus nurut kalo nanti udah gue jodohin sama pria kaya!"

Laura menggeleng tegas. "Lora gak akan mau terima perjodohan yang Mama buat! Yang Lora cinta itu Laskar, Ma!"

For Him (End)Kde žijí příběhy. Začni objevovat