14. Mengerti atau Dimengerti

270 33 2
                                    

Cakra melangkahkan kakinya menuju ke ruang osis. Cakra hendak menemui Athala untuk menyampaikan amanat dari Laskar.

Tok tok

Cakra mengetuk pintu ruang osis. Karena tidak mendapat sahutan, Cakra akhirnya membuka sendiri pintu ruang osis. Cakra lantas masuk ke dalam guna memastikan Athala ada di ruang osis atau tidak.

Athala ternyata benar ada di dalam ruang osis. Cakra melihat cowok yang menjabat sebagai ketua osis SMA Puspita itu tengah sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya, pantas saja tidak menyahutinya.

"Bang,"

Athala mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya begitu mendengar suara Cakra. "Ada apa?"

Cakra berjalan menghampiri Athala lalu tanpa dipersilahkan ia langsung duduk di kursi kosong di dekat kakak kelasnya itu. "Ada yang mau gue omongin sama lo, bang."

"Ya udah ngomong aja."

"Eum--tapi sebelumnya gue minta maaf kalo lo tersinggung sama apa yang mau gue omongin ke lo. Ini amanat dari kak Laskar yang harus gue sampaikan ke lo, bang."

Raut wajah Athala berubah menjadi dingin ketika Cakra menyebut nama Laskar. "Emang apa amanat Laskar?"

Sebelum kembali bersuara, Cakra menghela nafasnya. "Gue disuruh kak Laskar bilang ke lo buat jauhin kak Laura."

"Cih," Athala berdecih lirih. "Cuma kayak gitu aja gak berani bilang sendiri! Malah nyuruh orang, dasar cemen!"

Cakra meringis kecil. "Ya... begitu lah kak Laskar."

Athala menutup laptopnya lalu menatap Cakra dengan tatapan serius. "Tanpa lo bilang, gue juga bakal jauhin Laura. Gue udah mau move on dari Laura. Percuma gue ngejar Laura kalo Lauranya aja cinta mati sama Laskar."

"... Gue bisa aja ngerebut Laura dari Laskar, tapi usaha gue bakal sia-sia karena yang Laura cinta itu Laskar. Gue liat cinta Laura lebih besar daripada cinta Laskar. Gue gak mau egois, biarin aja Laura bahagia sama Laskar." lanjut Athala.

Cakra menatap Athala sembari tersenyum. Ah, ternyata Athala sangat dewasa dalam urusan percintaan. Athala bukan orang yang egois, cowok itu mau merelakan perasaannya demi kebahagiaan Laura. "Bang Athala ternyata pemikirannya dewasa soal percintaan."

"Buat apa ngejar-ngejar cewek yang udah jelas-jelas mencintai cowok lain? Cuma buang-buang waktu aja!"

Cakra terdiam, ia tertohok oleh ucapan Athala.

Athala bersedekap dada saat melihat Cakra terdiam. "Hidup tuh harus realistis, Cak. Mencintai orang yang mencintai kita aja bisa sakit, apalagi kalo kita mencintai orang yang gak mencintai kita? Lo bisa bayangin sendiri sesakit apa kalo cinta lo bertepuk sebelah tangan!"

Cakra mengangguk membenarkan ucapan Athala. "Bang Athala bener, kita harus realistis karena cinta bertepuk sebelah tangan emang sakit."

Athala tersenyum kecil.

Cakra bangkit dari duduknya. "Kalo gitu gue cabut ya bang? Gue lega udah nyampein amanat kak Laskar ke bang Athala."

"Iya. Bilang ke kakak lo, gue udah move on dari Laura!"

"Iya, nanti gue bilang ke kak Laskar. Bang Athala semangat, semoga bisa cepet dapet cewek yang bener-bener tulus mencintai abang."

Athala mengacungkan ibu jarinya ke arah Cakra.

Cakra berjalan keluar dari ruang osis. Tugasnya menyampaikan amanat dari Laskar untuk Athala sudah selesai. Cakra lega sudah menyampaikannya, tapi lebih lega lagi saat mendengar jawaban Athala.

For Him (End)Where stories live. Discover now