37. Foreshadow Night

224 30 0
                                    

"Hidup cuma sekali mari kita hepi-hepi!"

Laura berada di club. Tidak sendirian, malam ini Laura datang ke club bersama Laskar. Laura ingin bersenang-senang bersama Laskar di club, sudah lama dirinya tidak berkencan dengan kekasihnya di club.

Datang ke club tidak lengkap rasanya jika tidak memesan minuman beralkohol. Laura memesan red wine, sementara Laskar memesan white wine.

"Yang merah rasanya lebih nendang daripada yang putih!" Laura berkomentar setelah mencicipi white wine milik Laskar.

"Enakan yang putih."

Laura menggeleng tidak setuju. "No, enakan yang merah!"

"Terserah sih kamu mau ngomong enakan yang mana, yang jelas aku sukanya yang putih!"

"Kita punya kesukaan yang sama tapi selera kita berbeda."

Laskar tersenyum. "Ya begitu lah manusia, lidahnya beda-beda jadi punya selera masing-masing."

Laura menatap ke arah pengunjung lain yang tengah berjoget di dance floor. Mereka tampak asik berjoget diiringi musik DJ yang sedang diputar. "Pengen..."

"Pengen apa?" Laskar menyerngitkan dahinya, ia tidak mengerti apa yang diinginkan Laura.

Laura kembali menatap Laskar. "Yang, aku pengen joget. Tapi sama kamu, mau ya?"

Laskar terdiam. Namun diamnya Laskar menyiratkan penolakan.

"Yang, please..." Laura menguncang lengan Laskar. Laura merengek kepada Laskar seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan oleh Ayahnya. "Mau ya? Ya ya ya?"

"Joget sendiri, gak usah ngajak-ngajak." Laskar menepis tangan Laura yang masih menyentuh lengannya.

"Dih, kamu mah!" Laura memberengut kesal lalu memalingkan wajahnya. Laura berpura-pura merajuk agar Laskar luluh dan akhirnya mau menuruti keinginannya.

Laskar menghela napasnya. Jujur saja Laskar tidak suka berjoget, apalagi di depan banyak orang. Tapi jika tidak dituruti, Laura akan terus merajuk dengannya.

Dengan berat hati Laskar pun akhirnya mengangguk menuruti keinginan Laura untuk berjoget di dance floor. "Oke aku mau, Lor."

Laura kembali menatap Laskar. "Beneran?"

"Iya, kitty."

Laura tersenyum dan raut wajahnya kembali ceria begitu mendengar jawaban Laskar. Tanpa membuang waktu lagi, Laura langsung menarik tangan Laskar dan membawa kekasihnya ke dance floor.

Laura mulai menggerakkan tubuhnya. Laura berjoget mengikuti alunan nada dari musik DJ yang sedang diputar.

Demi menuruti keinginan Laura, Laskar rela mengesampingkan rasa malunya. Laskar mulai menggerakkan tubuhnya seperti Laura. Awalnya malu namun lama-lama rasa malunya menjadi hilang.

Laskar berjoget dengan kedua jempol di depan dada. Laskar menikmati jogetannya sendiri sampai tidak menghiraukan tatapan orang-orang di sekitarnya.

Laura tertawa di tengah bisingnya ruang minim cahaya ini. Laura tidak bisa menahan gelak tawanya lantaran Laskar berjoget seperti Bapak-Bapak yang tengah menonton biduan dangdut.

Laskar berhenti berjoget lalu mendengus. Laskar kesal lantaran Laura menertawakannya.

"Kenapa berhenti?" Laura menatap Laskar dengan dahi menyerngit.

Laskar bersedekap dada. "Aku udah nurutin keinginan kamu, tapi kamu malah ngetawain aku! Aku jadi gak mood joget lagi!"

"Makanya jogetnya jangan gitu, ayang! Inget ini tuh club bukan panggung dangdut! Kamu tadi jogetnya kayak Bapak-Bapak lagi nonton dangdutan!"

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang