Chapter 19

1.5K 164 40
                                    

Aula utamanya sunyi senyap. Cendana putih di dalam pembakar dupanya masih ada, uap putih yang halus pun terus-menerus membumbung.

Kau mau menjadi putriku ....

Mendengarkan kata-kata ini, senyum Jiang Ning Bao jadi kaku dan keheranan melintas di wajah halus dan cantiknya. Rasanya seolah ia disiram dengan sebaskom air dingin, dingin dari kepala hingga ke ujung kaki.

Kepala kayu yang belum tercerahkan ini.

Tidak, mengatakan ia adalah kepala kayu, memujinya terlalu tinggi. Di mata Jiang Ning Bao, Duke Ding adalah sebatang pohon lapuk, tak ada harapan.

Ia sudah sejelas ini, bahkan dengan sengaja memberikan Duke Ding tatapan yang genit. Mungkinkah keahlian menggodanya terlalu buruk?

Jiang Ning Bao berkontempelasi secara serius dalam hatinya.

Perbedaan di antara teori dan realita, seperti parit yang dalam.

Di masa depan, ia harus lebih giat di sekitar Duke Ding. Ia harus memberikan sebatang kayu lapuk ini pencerahan!

Semakin Jiang Ning Bao merasa terkalahkan, semakin ia bersikap berani.

Menjadi putrinya ... tidak ada! Tujuannya adalah menjadi istrinya!

Setelah menikahinya .... Hmph! Hmph!

Nyonya Besar Xie yang sedang membayangkan hari-hari setelah pernikahan antara putranya dan gadis kecil keluarga Jiang pun tersedak dan tangan yang sedang memegang cangkir tehnya bergetar sewaktu beberapa tetes air teh di dalam cangkir tehnya menciprat keluar.

Ia menatap putranya yang tinggi dan tampan. Putranya, yang selalu membuatnya bangga, belum pernah membuatnya sedongkol ini.

"Uhuk, uhuk. A'Heng, sebenarnya, masih ada cara lain bagi kita, agar bisa menjadi keluarga."

Seperti menjadi istrimu.

Nyonya Besar Xie secara khusus melirik ke arah gadis kecil keluarga Jiang yang tenang dan percaya diri sewaktu ia mengingatkannya.

Putranya ini terlalu berkepala kayu, ia, yang merupakan ibunya saja, harus memeras ide untuk keluar dari pikirannya.

Duke Ding, Xie Heng, menautkan alisnya, tatapannya jatuh pada wajah putih bersih si gadis kecil.

Jarak di antara alisnya sedikit terpilin dan suaranya mengandung kebingungan, "Apakah menjadi nona pertama Kediaman Duke Ding tidak bagus?"

Pelayan tua Huang tak bisa berkata-kata dan mulutnya berkedut. Ia mendadak mengasihani nona kecil keluarga Jiang. Seberapa bertekadnya Tuan Duke untuk menjadikan Nona Keempat Jiang sebagai putrinya?

Jiang Ning Bao pun terdiam sejenak. Ia teringat bahwa, Duke Ding jarang masuk ke ibu kota, selalu tinggal di barak besar di Pinggiran Kota Bagian Barat. Pembatalan pertunangannya dan Pewaris Xie, serta deklarasinya ingin menikahi Duke Ding, baru beberapa hari yang lalu.

Hatinya mendadak memiliki tebakan yang tak bisa dibayangkan. Sepasang mata indahnya memandangi wajah tampan Duke Ding, dan mulutnya melengkung membentuk senyuman licik.

"Tuan Duke, pernahkan Anda mendengar tentang rumor yang sekarang ini tengah menggila di ibu kota?"

Duke Ding menatap gadis kecil itu bingung karena tiba-tiba menyebutkan ini, tetapi wajah keras dan dinginnya pun melembut.

Ia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak pernah dengar."

Sekarang, baik Nyonya Besar Xie dan Jiang Ning Bao, menghela napas, tetapi mereka semua kehabisan kata-kata.

Married To The Male Lead's Father [Terjemahan Indonesia]Where stories live. Discover now