Chapter 61

1.1K 147 6
                                    

Dini hari, para pelayan di halaman utama sudah sibuk mondar-mandir.

Jiang Ning Bao melirik tempat kosong di sebelahnya dan mengetahui bahwa Duke Ding bangun pagi untuk berlatih seni bela diri. Beberapa hari yang lalu, ia bangun pagi untuk berlatih seni bela diri bersama Duke Ding.

Tetapi tadi malam sudah kelewat larut dan tidur agak nyenyak, jadi ia pun bangun agak terlambat.

Jiang Ning Bao memanggil Chun Xi dan Chun Le yang sedang menunggu di luar pintu dan mulai mandi.

Ketika Duke Ding yang berpakaian hitam dan tampak kuat itu kembali dari tempat latihan seni bela diri, Jiang Ning Bao sudah selesai mandi dan sedang duduk di aula menunggu Duke Ding.

Hari ini, Jiang Ning Bao telah berdandan dengan hati-hati. Ia mengenakan rok peony bersulam putih, rambut hitamnya disanggul seperti sanggul wanita yang sudah menikah, dan tusuk rambut emas dengan batu rubi disisipkan secara diagonal di kepalanya. Sanggul itu dihiasi dengan beberapa manik-manik bunga. Tampak ringan dan anggun, indah dan bermartabat.

"Tuan Duke, cepatlah mandi. Ibu akan datang untuk sarapan bersama kita nanti dan minum teh menantu perempuan kita." Begitu Jiang Ning Bao melihat Duke Ding masuk, matanya tidak bisa menahan diri untuk terus memandangi sosoknya yang kuat dan sempurna.

"Yah, tunggu sebentar."

Duke Ding memerhatikan mata istri mudanya tertuju padanya, bibirnya melengkung, dan senyuman tipis muncul di matanya. Ia melangkah ke kamar sebelah untuk mandi dan berganti pakaian. Dalam waktu kurang dari dua perempat jam, ia pun selesai mandi dan berganti pakaian. Ia keluar dengan mengenakan jubah brokat hitam.

Saat ini, Chun Xi dan Chun Le sudah menyajikan sarapan, dan Nyonya Besar Xie baru saja datang dan mengobrol dengan Jiang Ning Bao, dengan senyuman di wajah dan matanya, dan suasananya harmonis.

Duke Ding melangkah mendekat dan duduk di samping Jiang Ning Bao secara alami.

"A Heng, kau di sini. Aku baru saja memberi tahu Ning Bao tentang memberi nama cucuku," kata Nyonya Besar Xie dengan antusias. Baru-baru ini, ia membuat tiga set pakaian kecil. Berpikir bahwa cucunya yang belum lahir belum diberi nama, ia memutuskan untuk berbicara kepada Ning Bao.

Ibu mertua dan menantu perempuan mengobrol dengan sangat heboh.

Huang mama, Chun Xi, Chun Le dan yang lainnya di samping pun kehabisan kata-kata dan tersedak.

Duke Ding melirik Jiang Ning Bao, yang tersenyum bagaikan bunga, dan ekspresi ketidakberdayaan muncul di matanya. Anaknya masih belum nongol, dan sang ibu sudah memikirkan untuk menamai cucunya.

"Ibu, Ning Bao dan aku baru menikah sebulan."

"Aku sedang berjaga-jaga," Nyonya Besar Xie memelototi putra batang kayunya, lalu kembali menatap Jiang Ning Bao dengan penuh kasih, "Ning Bao, bukankah begitu?"

"Ibu benar, kami sedang berjaga-jaga," Jiang Ning Bao mengangguk setuju. Selama lebih dari sebulan, ia dan Duke Ding sudah melakukannya terus-menerus dan mungkin saja ia sudah memiliki bayi di perutnya.

Nama adalah hal besar.

Bukan itu cara kerja untuk berjaga-jaga.

Duke Ding diam-diam mengubah topik pembicaraan: "Ibu, mari kita sarapan dulu. Nanti Anda juga akan minum teh dari cucu menantu Anda." Tetapi ia berpikir dalam hatinya bahwa ia akan pergi ke ruang baca untuk membaca buku klasik dan memilih beberapa nama cadangan.

Nyonya Besar Xie pikir, biarkan saja dulu.

Setelah sarapan, para pelayan membereskan meja. Jiang Ning Bao, Nyonya Besar Xie dan Duke Ding sedang menunggu di aula untuk Xie Jing Yi dan yang lainnya menyajikan teh.

Married To The Male Lead's Father [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang