Chapter 27

1.6K 175 70
                                    

Melihat langitnya sudah gelap, Jiang Ning Bao merasa agak cemas. Benaknya tiba-tiba saja punya ide. Apanya yang angin, bunga, salju, bulan. Puisi-puisi cinta itu, yang merupakan omong kosong sentimentil, dibuang jauh-jauh dari kepalanya. Ia memegang kuasnya dan dengan cepat menuliskan suratnya.

Orang zaman dahulu suka bersikap sopan dan bertele-tele, tetapi surat ini sederhana dan blak-blakan, bahkan sedikit ... berani. Ketika Jiang Ning Bao menuliskan surat itu, ia menuliskannya tanpa berhenti dan tidak ada perasaan lainnya. Tetapi, setelah ia diam-diam melafalkannya di dalam hati, wajahnya merona dan telinganya memerah. Rasa panas mengalir ke pipinya dan itu terasa sangat hangat dan panas.

"Aku hanya merasa kalau wajahku agak panas."

Jiang Ning Bao tidak tahan untuk menyentuh wajahnya yang tersipu dan sedikit bergumam. Wajah halus dan cantiknya merona merah dan ia tampak lembut dan cantik, membuat orang lain tidak tahan untk merasakan kasih yang lembut.

Ia dan Duke Ding memiliki titah pernikahan. Saling berkirim surat bukanlah hal yang dilarang, itu bahkan bisa memperdalam perasaan di antara keduanya. Karena ini, orang yang bertunangan, suka memberikan barang-barang pribadi satu sama lain atau sesuatu seperti kantong wewangian dan yang lainnya.

Jiang Ning Bao lumayan menyukai bercakap-cakap dengan surat, ia bisa dengan berani mengeskspresikan dirinya. Kata-kata cinta yang memalukan yang tak sanggup ia ucapkan pada Duke Ding, ia dapat dengan mudahnya menuliskannya di atas kertas.

Setelah memikirkan tentang itu, Jiang Ning Bao menggambarkan satu hati di atas suratnya. Kata-kata di dalam suratnya jelas dan indah. Tidak sia-sia ia berlatih ini selama sepuluh tahun.

Jiang Ning Bao memiliki motif untuk memeras otaknya guna menuliskan sepucuk surat. Ia ingin Tuan Duke memberikannya sebuah balasan, dan ia juga ingin bercakap-cakap menggunakan surat secara pribadi seperti ini. Kemudian, ia akan menyimpan surat-surat itu dan ketika ia sudah tua, ia akan mengeluarkan mereka untuk mengenangnya.

Satu-satunya masalah adalah, kata yang harus digunakannya untuk menyebut dirinya sendiri. Apabila ia langsung menggunakan 'aku', maka itu akan terasa agak membosankan. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menggunakan bentuk 'aku' yang puitis. Banyak gadis di Dinasti Da Yue yang juga menggunakan kata itu.

Jiang Ning Bao merasa kalau kata itu memiliki daya tarik yang melekat.

Itu sekaligus mengandung perasaan menggoda.

Langit di luar jendelanya sudah berubah gelap, dan lilin pun dinyalakan di dalam ruangan.

Jiang Ning Bao meniup surat itu supaya tintanya mengering, dan ia melipatnya dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam sebuah kantong yang indah. Ia memanggil Chun Xi dan memberikan kantong itu padanya sembari berdeham ringan. Tiba-tiba ia merasa kalau jantungnya berdebar-debar dan berdegup kencang sementara ia berpura-pura bersikap tenang.

"Chun Xi, utus seseorang untuk mengantarkan kantong ini ke Kediaman Duke Ding dan berikan kepada Tuan Duke. Ingat, kau harus memberikannya kepada Tuan Duke."

"Baik, Nona."

Chun Xi mematuhi dengan sopan, meski hatinya penasaran apa yang ditulis Nonanya hingga ia bertingkah serahasia itu dan tersenyum sebahagia itu. Ia menerima kantongnya dan meninggalkan ruangan. Di luar, ia dengan cepat menemukan seorang pelayan dengan tangan dan kaki yang gesit untuk mengirimkan suratnya ke Kediaman Duke Ding.

***

Malam tiba, dan lentera memenuhi Kediaman Duke Ding. Kepala Pelayan Zhao pergi ke halaman Duke Ding sembari tersenyum. Ia memberikan si pengawal pribadi berbaju hitam sebuah kantong yang indah dan cantik.

Married To The Male Lead's Father [Terjemahan Indonesia]Where stories live. Discover now