Chapter 49

1.4K 134 7
                                    

Setelah terbangun di siang hari, Jiang Ning Bao menggandeng lengan Duke Ding dengan wajah cerah dan pergi ke Aula Suka Cita Berkembang untuk makan siang bersama Nyonya Besar Xie.

Makan siang itu mewah dan indah.

Setelah dua puluh delapan tahun, akhirnya ia bisa makan siang bersama, satu meja dengan putranya. Nyonya Besar Xie terharu selagi ia mengambilkan hidangan untuk putranya dengan mata yang gembira.

"A'Heng, bebek panggang berkulit renyah ini merupakan spesialisasi kepala juru masak, kau harus mencicipinya."

Duke Ding agak tertutup, tetapi matanya menunjukkan kegembiraan.

"Ibu, Anda harus makan lebih banyak."

Nyonya Besar Xie mengangguk sambil tersenyum lebar dan menatap Jiang Ning Bao dan tersenyum, berkata, "Ning Bao, aku secara khusus menyuruh dapur agar membuatkan sup ini untuk menutrisi darahmu."

"...."

Jiang Ning Bao tersenyum samar selagi ia mengangguk dan menaruh makanan kesukaan nyonya besar di mangkuknya, dan mengucapkan beberapa patah kata yang membuat nyonya besar senang. Di sudut matanya, ia melirik putra yang baru didapatkannya, Xie Jing Yi yang menyantap makan siangnya dalam diam, dan aura pada dirinya lebih dingin dan lebih muram daripada sebelumnya, mengakibatkan alis Jiang Ning Bao menurun.

Hati nurani bak tinta, tak punya hati, hati yang hitam ....

Lihat bagaimana ia menguraikannya.

Mengingatnya, hadiah pertemuan itu adalah sesuatu yang disiapkan Jiang Ning Bao untuk menusuk kepribadian Xie Jing Yi.

Sebenarnya, Jiang Ning Bao ingin menuliskan 'hati' di atas kertas, tetapi memikirkan 'kesayangan', membuatnya jijik. Apabila Xie Jing Yi salah paham padanya, itu tidak baik, jadi ia menuliskan 'hati nurani'.

Biasanya, umur mereka berdua tidak terpaut begitu jauh, dan mereka pernah bertunangan, jadi Jiang Ning Bao tidak akan terlalu dekat dengan Xie Jing Yi, jangan sampai orang bergosip. Ia tidak akan mencari masalah dengannya di dalam kediaman Duke.

Jadi, Jiang Ning Bao memutuskan untuk membalas dendam pada Xie Jing Yi.

Jiang Ning Bao tidak pernah melupakan masalah pembatalan pertunangan.

Tampaknya itu cukup efektif.

Setelah makan siang, Nyonya Besar Xie masih memasang senyum di wajahnya. Barangkali, ia terlalu bahagia hingga ia makan sampai kenyang dan meminum teh pelancar pencernaan, ia dibantu oleh seorang gadis pelayan ke kamarnya untuk mencerna makanan itu.

Di dalam ruang utama Aula Suka Cita Berkembang, para pelayan sudah membereskan meja dan hanya menyisakan Jiang Ning Bao, Duke Ding, dan Xie Jing Yi.

Jiang Ning Bao menyesap teh harum untuk menghilangkan minyak dan melirik ke pemeran utama pria yang dingin dan tampan, sambil tersenyum, "Jing Yi, apa kau menyukai tinta prem yang Ibu berikan padamu?"

Jiang Ning Bao merasa hal itu memuaskan, untuk menyebut dirinya sendiri sebagai ibu di depan si pemeran utama pria.

Benar, ia juga bisa mengambil keuntungan dari Xie Jing Yi nantinya.

Dan membuat Nyonya Kedua Xie muak.

Hati Duke Ding, Xie Heng, yang duduk tegak di samping, bergerak, dan ia merasa ada yang tidak beres. Alisnya berkerut. Tampaknya, istri mungilnya menyembunyikan sesuatu darinya.

Xie Jing Yi tidak menyangka bahwa Jiang Ning Bao akan tiba-tiba menanyakan tentang tinta prem itu. Pandangannya jadi kaku dan tangan yang sedang memegang cangkir teh pun mengencang. Ia mendongak untuk melihat ke arah Jiang Ning Bao yang tersenyum cerah, tetapi senyuman itu tidak mencapai matanya, dan mengangguk diam-diam.

Married To The Male Lead's Father [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang