Chapter 48

1.4K 154 8
                                    

Aula Suka Cita Berkembang pun hening.

Para pelayan perempuan membelalakkan mata mereka, dan udaranya membeku saat menunggu.

Wajah cantik Xie Jing Yi jadi kaku dan jejak pergolakan muncul di dasar matanya. Begitu titah pernikahan kekaisaran diumumkan, ia telah memprediksikan bahwa ini akan terjadi, tetapi begitu harinya tiba, hatinya terhalang oleh perasaan muram, cemberut.

Mantan tunangannya menjadi ibu angkatnya.

Hari ini, ia berlutut untuk menyajikan teh penghormatan, ia masih harus memberikan salamnya.

Tangan yang berada di lengan jubah Xie Jing Yi terkepal dan ia tersenyum pahit dalam hatinya. Ini disebabkan oleh usahanya untuk membatalkan pertunangan.

Duke Ding, Xie Heng, melihat putra angkatnya tidak bergerak dan merasa tidak senang. Mengerutkan alisnya, ia menatap tajam pada putra angkatnya dan berbicara samar.

"Berikan ibumu teh penghormatannya."

Xie Jing Yi menarik napas dalam-dalam dan mengangkat matanya untuk melihat ke arah Jiang Ning Bao yang duduk di bagian bawah neneknya, tersenyum tipis, dengan senyuman manis dan indah, sembari menunggunya menyajikan teh.

Xie Jing Yi mengerucutkan bibirnya jadi segaris dan mengangkat lengan jubahnya. Ia berlutut di bantalan tempat Jiang Ning Bao berlutut sebelumnya dengan postur yang tegak.

Ia melihat ke arah Huang mama dan berkata dengan sikap yang sulit dimengerti, "Huang mama, teh."

Huang mama tersenyum selagi ia memberikan cangkir tehnya.

Nyonya Besar Xie menyesap tehnya dan melihat adegan ini sambil tersenyum. Ia melihat kegembiraan di dasar mata menantu perempuannya dan tidak tahan untuk tertawa. Gadis Ning Bao ini pasti sudah menunggu-nunggu hari ini sekian lama.

Xie Jing Yi mengambil cangkir teh itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi, meletakkannya di depan Jiang Ning Bao.

"Mohon ... Ibu meminum tehnya."

Saat kata 'ibu' diucapkan, sepertinya Xie Jing Yi menggunakan seluruh tenaganya.

Nyonya Besar Xie dan Huang mama, bersama dengan yang lainnya, memandangi pasangan ibu dan anak 'yang baru terbentuk' ini dengan penuh minat.

Jiang Ning Bao yang duduk di bagian atas mendengar Xie Jing Yi memanggilnya 'Ibu', dan bibirnya tidak tahan untuk terangkat sementara jejak kepuasan terasa dalam hatinya dan tubuhnya merasa nyaman. Ia menerima teh penghormatan Xie Jing Yi sambil tersenyum dan menyesapnya, kemudian menurunkannya. Dengan murah hati, ia memberikan sebuah hadiah untuk Xie Jing Yi sebagai hadiah untuk pertemuan pertama.

Sebuah papan tinta berkualitas tinggi diletakkan di dalam sebuah kotak.

Papan tinta itu berkilau ungu redup, dan papan tintanya diukir dengan motif bunga dan burung. Hanya dengan sekali lihat, orang tahu bahwa itu sangat mahal.

"Aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi aku memberikannya padamu sebagai hadiah."

Jiang Ning Bao tersenyum tipis dan suaranya hangat juga tidak tergesa, alis dan matanya memiliki postur yang anggun, membuat Duke Ding, Xie Heng, yang duduk di sampingnya, mau tak mau menatapnya lebih lama.

Tinta prem ....

Alis Duke Ding, Xie Heng pun bergerak, dan ia memandangi istri mungilnya. Ia tidak menyangka bahwa Jiang Ning Bao akan memiliki tinta prem, salah satu dari tinta terkenal di Dinasti Da Yue.

"Terima kasih ... Ibu."

Xie Jing Yi menerima kotak berisi tinta prem itu dan menundukkan kepalanya untuk membaca beberapa kata, membuat hatinya merasa rumit.

Married To The Male Lead's Father [Terjemahan Indonesia]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu