2 |ONA

13.9K 515 0
                                    

/Selamat membaca/

/Jangan jadi manusia yang tak tau diri. Ketika dia mau kamu tak mau, ketika dia menyerah kamu gelisah/

┗⁠(⁠•⁠ˇ⁠_⁠ˇ⁠•⁠)⁠―⁠→

Ona bersyukur mempunyai sahabat sebaik Nada meskipun Nada itu cerewet dan suka mengomel tetapi buktinya hatinya baik banget. Dia mau dan dengan senang hati menuliskan catatan untuk Ona selama Ona tidak masuk sekolah. Jadinya Ona tidak tinggal pelajaran sama sekali.

Tetapi dia tetap harus mengikuti beberapa ujian pengambilan nilai yang telah ia lewati.

Ona keluar dari kantor setelah di panggil sama wali kelasnya. Wali kelasnya memberikan Ona beberapa lembar soal ujian dari berbagai pelajaran untuk ia kerjakan dirumah agar nilainya tidak kosong di 2 bulan terakhir.

"Ona."

Dia menatap dingin Angkasa yang memanggilnya. Dia mengabaikannya lagi berpura-pura tidak mendengar sapaan cowok itu. Berjalan dan terus berjalan sampai tangannya di cekal oleh Angkasa kuat.

Awss...

"Na!" Sarkasnya membuat sang empu menghentikan langkahnya menatap cowok itu malas.

"Bisa lepas?" Sentak Ona tajam. "Jangan sentuh gue. "

Angkasa terdiam.

"Na...,"sekali lagi ia mencoba meraihnya namun dengan cepat Ona menjauhkan dirinya dari Angkasa.

"Gue bilang jangan sentuh gue. Sialan. "

Lo pantas marah, Na. Seolah belum paham akan tatapan dingin Ona. Angkasa tersenyum manis padanya. Mungkin Ona hanya butuh di bujuk, begitu pikirnya.

"Bagaimana keadaan lo?"

Ona menatap jam ditangannya kemudian membuang nafas.

"Saya permisi, kak, " ujarnya sopan. "Saya masih banyak urusan."

Angkasa cengo dibuatnya. "Kak?" Ulangnya tak percaya. Sejak kapan dia di panggil oleh Ona dengan sebutan 'kak'? Apa Ona benaran berubah?

"Lo manggil gue kak? Dengan bahasa formal? "

"Gak usah ngelunjak, Anjing. "Ona gak mau buang buang waktu meladeni cowok itu.

"Tolong menyingkir dari jalan saya. "

"Na. Lo beneran marah? Soal gue gak jenguk lo?"

Dia tidak marah, sama sekali tidak. Tetapi dia hanya ingin berhenti, berhenti berhubungan, berhenti berharap, berhenti merasakan sakit. Dia tidak mau lagi berhubungan dengan hal hal menyedihkan itu. Tiap malam, tiap kali ia mencoba mengatakan kalau dia baik baik saja nyatanya dia selalu tak bisa menutup matanya dan tertidur dengan nyenyak. Dia selalu memikirkan banyak hal hingga salah satunya cara untuk merespon cowok dihadapannya ini tanpa menunjukkan bahwa dirinya sangat ingin dia memahaminya. Gue capek Angkasa...

"Lo jenguk atau enggaknya, gue gak pernah nungguin lo selama gue koma. " Jawab Ona dengan nada santai.

"Gue bersyukur lo gak dateng." Jelasnya menunjuk cowok itu dengan tatapan penuh akan kebenciannya. Dengan begitu dia mempunyai alasan besar untuk tidak perlu mencintai cowok itu lagi. "Artinya lo maupun gue, kita...,"

Ona menunjuk dada bidang Angkasa. "Sudah bukan apa-apa, apalagi teman. "

DEG

"Na—"

"Jadi stop, berpikir kalau gue masih sama. " Ona menepis tangan cowok itu dari bahunya kemudian langsung pergi meninggalkan Angkasa.

"ONA LO GAK CINTA SAMA GUE LAGI!! MUSTAHIL!! MUSTAHIL LO GAK CINTA GUE LAGI!!!!!"

Angkasa tak perduli jika semua orang mendengarnya. Ona menghentikan langkahnya di ujung lorong menolehkan sedikit kepalanya menatap Angkasa miris.

Dia bergumam. Setelahnya kembali melanjutkan langkahnya.

Rasanya seperti di tampar. Angkasa menyentuh dadanya yang terasa sakit walau Ona hanya bergumam dia dapat membaca pergerakan bibir gadis itu. Ona membenci gue?

"Gak. Gue gak percaya! Mustahil lo semudah itu lupain gue yang lo cintai selama enam tahun, Na. Gue tau lo bohong, gue tau lo hanya mau menghukum gue. GUE TAU!! GUE TAU LO MASIH CINTA GUE! YAH! Gue tau. "

Ona berubah, tidak, bukan berubah, tetapi Ona sudah menunjukkan sisi aslinya. Ona sudah kembali ke diri lamanya, Ona sudah—ahhh apakah dia benar benar akan kehilangan teman sekaligus tempat curhat terbaiknya?

"Gue gak akan tinggal diam."

┗⁠(⁠•⁠ˇ⁠_⁠ˇ⁠•⁠)⁠―⁠→

Nada berlarian kecil mendatangi Ona dikelas. Membawakan beberapa cemilan dan memilih untuk memakannya bersama. Dia tahu kalau Ona habis tranplantasi jantung makanya dia memilih makanan sehat untuk kesehatan jantung gadis itu. Yang pasti gadis itu tidak boleh banyak pikiran lagi agar jantungnya tidak sakit.

Tapi setelah bertemu Angkasa tadi dia merasakan denyutan jantungnya berdebar-debar dan itu cukup sakit sampai ia memilih untuk berdiam diri dalam kelas daripada pergi keluar dan bertemu Angkasa.

"Na, jangan cape cape ya? Gak semua nya harus lo selesaikan dalam satu hari. Isi perut lo dulu gih! "

Ona mengangguk menuruti ucapan Nada. Senyum Nada sedikit terbit meskipun dia masih merasa asing sama gadis itu. Biasanya Ona selalu bawel dan rewel tiap kali dia menasehatinya akan sesuatu, tapi kali ini gadis itu jauh lebih penurut dan banyak diamnya.

Apa Ona berubah karena kak Melinda? Atau karena Angkasa, sahabat sekaligus cinta nya? Sesakit itu ya Na, menjadi elo? Batin Nada bertanya tanya.

"Lo ada air putih?" Tanya Ona kepada Nada.

Gadis itu mengangguk langsung mengambil botol minum bewarna ungu dalam tasnya memberikannya ke Ona.

"Makasih."

Pesan mamanya dia harus rutin minum air putih dan membagi waktu. Kali ini Ona akan hidup lebih baik dan menuruti apa kata mamanya. Dia bertekad meninggalkan dunia lamanya, motornya, hobbi nya, bahkan cintanya. Dia akan hidup untuk mama dan almarhum kakaknya. Ralat, almarhum papanya.

"Na." Panggil Nada dibalas deheman sama Ona.

"Jangan berubah ya, sama gue? "Pintanya lembut. "Gue gak mau lo berubah sama gue."

Ona melirik Nada disampingnya yang duduk tersenyum kecut menatap buku tulisnya. Dia tau kekhawatiran sahabatnya itu. Ona pun menganggukkan kepalanya. Mustahil gue berubah ke elo. Lo sahabat gue, Nad.

"Janji ya, Na?"

"Iya bawel."

Nada terkekeh kecil. Melihat ekspresi Ona yang lain dia sedikit terhibur. Walau gadis itu tidak tersenyum lebar seperti dulu lagi tetapi dia akan berusaha membuat Ona kembali seperti dulu yang selalu ceria. Bukan yang sekarang Ona yang hanya memilih diam dikelas ketimbang pergi keluar ketika istirahat.

"Kalau lo udah bener bener sembuh lo bakal balapan lagi gak?"

"Gak. Masanya udah habis. "

"Yaaah. Jadi terakhir gue lihat lo balapan, manjat tembok sekolah, bolos, masuk BK, itu terakhir sebelum lo kecelakaan. Gak bakal ngulang lagi?"

"Harusnya lo seneng gue jadi anak baik. "

Nada terkekeh. "Iya juga, yah?"

"Dasar o'on!"

"HAHAHAHAHA. SIALAN. "











fav
vote
komen

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang