20 | Berpura-pura menjadi pacar

8.2K 338 1
                                    

Selamat membaca









>>>>>>>><<<<<<<

Ona memakan kue buatan mama Mira. Wanita paruhbaya yang awet muda itu memasakkan semua jenis kue dan bolu yang dia suka dan menghidangkannya untuk Ona. Sikapnya hangat dan lembut membuat Ona merasa sedikit lega. Setelah Mira membuatkannya bolu Mira berpamitan ke kamarnya mengangkat telepon.

"Makan sendiri gue. Lana mana ya?" Gumamnya bertanya tanya mengunyah bolu buatan Mira. "Enak banget ya bolu nya mama Mira." Ujarnya bicara sendiri.

Mira muncul membawa tas serta beberapa dokumen penting. Dia juga sudah menggantikan pakaiannya dengan pakaian kantoran.

"Suka sama kue dan bolu buatan mama?"

"Iya ma. Suka! Enak banget lohhhh."

"Yaudah. Nanti pas pulang bawa pulang ya? Itu udah mama siapin di atas meja dekat lemari piring."

Ona mengangguk mengiyakan.

"Em, Ona cantik mama mau pergi ke kantor lagi, kamu gakpapa kan, mama tinggal? Duh ehm maafin mama ya karena udah nyuruh kamu kesini eh malah pergi?"

"Gakpapa kok ma. Ona tau mama sibuk. " Jawab gadis itu. Dia berdiri mendekati Mira.

"Sebentar ma, ini bedaknya agak gak rata," katanya mulai membersihkan tumpukkan bedak diwajah Mira.

Wanita paruhbaya itu mencium wajah Ona.

"Duh perhatiannya calon mantu? Em kamu dirumah sama Zioga aja ya? Dia ada di kamarnya kamu kesana aja naik lift biar gak kecapekan naik tangga."

"Siap!"

"Dadah Ona cantik!!"

Ona melambaikan tangannya mendadahi Mira yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Ona."

Gadis itu menoleh kebelakang. "Lana?"

Lana mengajaknya ke taman belakang mansion itu memetik apel. Ternyata ada juga kebun buah dibelakang rumah ini? Ona duduk di salah satu bangku kosong setelah menerima satu apel yang sudah di cuci bersih sama Lana.

"Ona, menurut kamu mama itu kayak gimana?"

"Mama Mira?"

"Hmm."

"Baik. Kenapa Lan? Kamu dan mama Mira kayaknya ada problem ya? Maaf kalau aku nanyanya gini."

Lana mengangguk mengiyakan.

"Mama Mira gak suka sama aku Na. Dia nerima aku karena permintaan kak Zioga. Aku ini anak hasil perselingkuhan papanya kak Zioga yang sekarang dia lagi dirawat dirumah sakit. Tapi kak Zioga gak ngebenci aku Na, dia sayang sama aku. Aku dulu sekolah tapi selalu di bully dia kasihan sama aku jadi aku di suruh homeschooling sama dia dan biayanya dibayar sama kak Zioga."

Ona terkejut mendengar cerita dari Lana.

"Kak Zioga itu mungkin terkesan dingin dan kaku tapi dia penyayang banget sama perempuan. Aku gak bisa berbuat apa-apa untuk membalas kebaikan kak Zioga selain dari mengikuti kemauan dia belajar dengan baik agar nanti aku bisa jadi orang sukses dan bisa balas budi sama dia."

"Liat mama ketawa ketawa sama kamu tadi aku agak iri Ona. Mama gak pernah kayak gitu sama aku soalnya, mama selalu dingin sama aku. Aku minta maaf ya Ona, karena aku iri sama kamu."

Ona menghela nafasnya menggenggam tangan Lana.

"Bicara santai aja sama gue. Kita kan seumuran, hm? "

"Iya Ona."

"Eh, gue boleh minta nomor Lo gak? Siapa tau kan kalau gue bosen gue bisa denger curhat lo atau ngobrol sama Lo?"

"Ah iya. Oke deh!"

Setelah selesai bercakap selama beberapa menit sama Lana, gadis itu pun menaiki lift menuju lantai tiga letak kamar Zioga. Dia melewati lorong-lorong disana kemudian berhenti begitu melihat Zioga berdiri di balkon sambil menatap pemandangan. Ona menghampirinya sambil berdehem.

"Mama kamu baik ya? Lana juga."

Zioga tidak bergeming.

"Tapi—ehm kok dia ngiranya aku pacar kakak?"

"Karena Bara."

"Kak Bara?"

"Dia yang bilang ke mama."

Ona mengangguk angguk paham. Waktu itu juga Bara yang mengatakan sama Marshanda kalau Ona pacaran sama Zioga sampai rumornya menyebar ke seluruh pelosok sekolah.

"Maaf ya kak. Orang orang jadi ngira kita pacaran. Kalau kamu gak suka aku nanti bakal adain komperasi pers deh!"

"Ck. Gak perlu. Biarin aja."

"Biarin aja orang ngiranya kita pacaran gitu? Itu kan namanya berpura-pura kak, gak boleh."

"Kenapa? Lo masih jaga hati lo buat cowok brengsek itu?"

Ona diam menatap Zioga. Kayaknya mood Zioga lagi buruk deh.

"Ck. Gak ya!"

Ona mengikuti pandangan Zioga, ia berbinar menatap perpohonan dari atas sana. Kemudian menghirup udara segar membiarkan angin meniupi rambutnya kencang.

"Wahhh, enak banget ya, pasti kalau tengah malam cuaca bagus ngelihat pemandangan dari sini vibesnya gak main main. Aku bakal minta mama pindahin kamar aku ke balkon yang pemandangannya ada pepohonan aja deh! "

"Ck. Gak usah. Lo kalau mau liat dari sini aja. Nanti gue tunjukkin sama Lo."

"Beneran?"

Zioga berdehem singkat. Ia menatap wajah gadis itu dari samping. Ketika Ona tersenyum menatap ke langit Zioga terdiam sejenak menikmati keindahannya.

"Cantik ya, langitnya?"

Zioga mengangguk. "Iya cantik." Jawabnya memalingkan tatapannya langsung saat Ona melirik kearahnya.

"Langitnya apa aku?" Tanya gadis itu sengaja menggodanya. Dia gak tau kenapa kalau sama Zioga dia gak bisa cuek kayak sama yang lainnya.

"Dua duanya."

"Harus pilih salah satu gak boleh dua. Itu rakus tauk! Harus jujur ya, milihnya, harus dari hati kakak."

Zioga berdecak menatap Ona yang juga tengah menatapnya. Dia menghela nafasnya mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu kemudian membisikkan sesuatu yang berhasil membuat pipi Ona langsung merona merasakan tubuhnya sedang berdesir di terpa angin.

"Lo."

Kyaaaaaaaa!!










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang