31 |Berduka

7.2K 249 0
                                    

Selamat membaca

/Orang tidak akan tau rasa sakit sebelum mereka sendiri merasakan sakit yang kita rasakan. Gakpapa itu mudah, mewujudkannya yang susah./


>>>>>>><<<<<<<

Orang orang berpakaian serba hitam membawa payung lebar hitam mereka masing masing. Ada yang menangis, ada yang terdiam, ada yang menahan tangis, ada pula yang tidak menampakkan ekspresi apapun disana.

Begitu mendapat kabar kematian papanya Zioga, malam itu teman temannya langsung kerumah Zioga, menenangi cowok itu yang sudah seperti orang gila menangisi jenazah papanya.  Bahkan Nada dan Ona menginap dirumah cowok itu menemani mama Mira dan Lana yang sudah beberapa kali pingsan. Orang tua Ona juga datang melayat bersama para guru SMA Negara, adapun rekan bisnis dan sahabat baik papanya Zioga, kerabat dekat banyak yang datang.

Tapi di pemakaman pagi ini Zioga hanya menatap datar tumpukan tanah yang masih basah serta ditaburi bunga itu. Mata tajamnya menatap sayu adik dan mamanya yang menangis mengusap nisan papanya.

Dia menyaksikan Zioga yang mengamuk berteriak-teriak gila semalam dirumah sakit, dia takut dia khawatir, dia ikut merasakan rasa kehilangan yang Zioga rasakan. Seperti dirinya kembali ke ke dirinya yang dulu begitu melihat Zioga hancur, dia seperti melihat dia sendiri di cowok itu saat kehilangan orang orang tersayang nya.

Ona berjongkok di samping mama Mira. "Mamir, "panggilnya pelan menatap sendu wanita paruhbaya itu. Matanya sudah bengkak sekali.

Mamir: mama Mira.

"Mama Mira yang sabar ya, Ona paham banget perasaan mama. ada Ona, Lana, Zioga, dan yang lainnya disini. Mama Mira gak sendiri." Katanya dibalas anggukan sama Mira. Wanita itu memeluk Ona untuk kesekian kalinya, sejak semalam gadis itu tidak tidur dan menemaninya. Lana bersama Nada.

Mama Mira melepas pelukan Ona, ia berdiri mendekati wanita yang bertahun-tahun ini di bencinya.

"Dasar wanita gak tau malu! Ngapain kamu kesini huh?! Setelah puas menghancurkan rumah tangga saya kamu belum juga puas menghancurkan kebahagiaan anak saya?! Siapa ngundang kamu kesini wanita murahan! Pergi kamu! Pergi!!!"

Zioga langsung menarik mamanya. "Ma, Ma, Ma, istighfar ma! Istighfar! Kita lagi berduka. Mama tahan emosi mama, pliss." Mohonnya memegang bahu mamanya itu.

"Zioga capek ma," tuturnya parau. "Zioga capek...."

Mira langsung memeluk Zioga kemudian meminta maaf. Keduanya saling terisak disana. Sebenarnya Zioga sakit, Zioga juga kecewa, Zioga marah. Anak mana yang bisa menerima kehadiran seseorang hasil dari selingkuhan orangtuanya? Tapi Zioga berusaha untuk jadi yang terbaik. Dia tidak ingin menjadi brengsek seperti papanya, dia sudah melakukan yang terbaik dengan membawa Lana ke keluarga mereka ketika Lana tidak di inginkan oleh ibu kandungnya.

Ibunya Lana adalah seorang model. Demi mempertahankan karirnya dia berniat membuang Lana ke panti asuhan tetapi Mira melarang dan mengambilnya. Lana di asuh sama baby sister sejak Bayi dirumah mereka, hingga Lana sebesar sekarang ini Zioga mempertahankan emosinya. Mira meski tidak menerima Lana tetapi dia membiarkan gadis itu tinggal dirumahnya.

Jika dibilang sulit? Ya itu sangat sulit. Sulit sekali membawa seorang anak  masuk ke keluarganya yang tiap kali di lihat oleh mamanya membuat mamanya sering menangis tiap malam. Tapi Zioga melakukan itu juga demi keluarganya, Lana tidak bersalah. Anak mana yang menginginkan posisi Lana ketika di lahirkan? Tidak ada.

"Saya minta maaf." Ucap wanita bernama Ratna sebagai selingkuhan papanya Zioga, papa Gio. Sekaligus mamanya Lana.

Dia mendekati Lana sambil tersenyum getir. Gadis itu sangat mirip dengannya sewaktu muda. Lana memeluk Nada menggelengkan kepalanya.

"S-saya gak mau liat tante, t-tolong pergi jangan ganggu kakak dan mama saya, saya mohon... Pergi, pergi dari hidup kami, s-saya mohon, tante...."

Mama Mira melihat Lana yang ketakutan terdiam.

"Pergi kamu Ratna! "

"Saya—"

"Saya tidak akan membiarkan kamu membawa anak perempuan saya! Saya dan putra saya yang membesarkan dia dari bayi, kamu hanya melahirkannya saja, kamu tidak pantas menjadi ibu buat dia. Saya tidak akan mengungkit masalalu dan soal uang yang kamu minta ketika kamu mengambil anak itu dari kami, sekarang dia bukan hak milik kamu, dia anak saya. Pergi kamu!"

Dengan rasa malu dan penuh penyesalan wanita bernama Ratna itu pergi membawa tangisnya. Dia tidak di inginkan oleh anak kandung yang ia telantarkan, tidak pula di maafkan oleh keluarga orang yang sudah merawat baik anaknya. Keluarga yang dia hancurkan demi keegoisannya.

Lana berdiri menghampiri mama Mira. "Ma."

Wanita paruhbaya itu membuang mukanya.

"Saya melakukan ini untuk Zioga."

Jawabannya membuat Lana sedikit terluka akan tetapi tidak masalah, dia bahagia dibela dan di akui sebagai anak.

"Gakpapa." Katanya tersenyum kecut.

Bara memapah Mentari, "kenapa?" Tanyanya.

Mentari menggeleng. "Lemes Bar."

"Kita ke mobil, hm?"

"Iya."

Bara berpamitan sama keluarga Zioga melihat kondisi Mentari kurang sehat.

"Lo yang tabah bro, kalau butuh temen setres gue ada," ujar Bara di balas anggukan sama Zioga.

"Semua gue duluan ya?" Pamit Mentari meninggalkan makam. Di susul sama orang orang yang mulai ikut melangkah meninggalkan makam papanya Zioga.

Tersisa, mama Mira, Lana, Zioga, Najak, Boim, Arel, Ona, Lion, dan Nada.

"Kalian juga pasti capek, kalau kalian mau istirahat gakpapa, "ucap mama Mira kepada teman temannya Zioga.

"Saya gak capek kok Tan. Saya akan disini sama yang lain nemenin Zioga." Ucap Najak.

Nada menyenggol lengan Ona. "Lo gakpapa?" Tanyanya memperhatikan wajah pucat Ona.

"Gak kok. Gue gakpapa. Kak Zioga yang mestinya lo tanya." Jawabnya.

Zioga berjongkok di makam papanya. Semenjak papanya ketahuan selingkuh Zioga dan papanya tidak lagi saling berbicara, sampai papanya masuk rumah sakit karena penyakitnya Zioga mulai mengubur kebenciannya dan belajar bersikap dewasa menerima keadaan, apalagi yang paling tersakiti adalah mamanya kala itu.

Zioga membenci mamanya yang sudah di sakiti masih saja setia dan perduli sama papanya, Gio. Tapi dari situ dia belajar,  dia tidak akan membuat orang yang dicintainya nanti bernasib sama sehingga ketika sahabatnya melakukan hal hal bejat Zioga menahan dirinya setengah mati tidak melakukan hal yang sama walau terkadang dia ingin.

Dia berusaha sudah mencoba untuk menjadi anak yang baik dan menurut agar tidak menyakiti hati mamanya. Walaupun dia seringkali mabuk mabukan dulu, party dan berfoya-foya untuk melampiaskan kekesalannya, tetapi semenjak mamanya seringkali menangis usai memarahinya Zioga bertekad untuk berubah.

"Maafin Zioga pa."








To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang