26 | menguji iman

7.8K 321 4
                                    

Selamat membaca








>>>>>>>><<<<<<<

Bascame. Ona menganga melihat rumah yang bentuknya seperti villa dijadikan tempat ngumpulnya Zioga dkk.

Ona seketika rindu diri lamanya yang dulu suka balapan gak jelas terus berkelahi. Berbeda banget sama dia yang sekarang menjadi murid teladan.

"Kak Zioga ngajakin aku ke bascame ternyata?"

Zioga mengangguk menaruh tasnya di atas sofa.

"Eh si On, siang Ona cantik, "Boim menyapanya hangat. Dia ketar ketir. Gelagat anehnya itu membuat Zioga sadar kalau ada sesuatu yang tidak beras.

"Em kak, anu aku boleh ke dapur gak? Disini ada dapurnya kan? Aku mau cuci tangan."

Kesempatan!

"Oh iya ada, lo belok kiri aja terus lurus ntar belok kanan. Kalau Lo mau makanan ambil dalam kulkas."

Ona mengangguk mengiyakan. Dia menaruh tasnya diatas meja.

Setelah Ona pergi Boim langsung menarik Zioga.

"Gila Lo! Gak bilang-bilang dulu mau bawa cewek lo kesini! Udah tau ini bascame yang ngisi nya pada gak bener. Diatas lagi ad—"

Boim menatap Zioga datar begitu mereka mendengar suara desahan di lantai atas dengan jelas.

"Baru juga mau gue bilang. Kan?"

Alis Zioga naik keatas.

"Siapa?" Tanyanya.

"Biasa. "

"Ck. Peringatin mereka."

"O-oke bos!"

Ona kembali setelah 3 menit lamanya. Dia menatap heran orang orang yang menatapnya. Mentari keluar bersama Bara.

"Eh, hai kak Mentari!"

"Hai Ona."

Mentari duduk di sofa berpangku tangan mengigit apel. Dia sangat ingin mengamuk tapi tertahan karena ada Ona.

Arel menggeplak kepala Bara.

"Gue tau lo baru udah sah, tapi ingat juga njir, mesum di bascame. Lo kira suara desahan kalian gak ganggu kita apa? " Bisiknya membuat Bara membuang nafasnya berat.

"Tuh cewek yang bikin gue emosi. Dia mau gugurin tuh bayi, niat gue baik mau bantuin dia gugurin. Ck!"

Boim mengusap wajah Bara.

"Istighfar tolol. Giliran masalah lo aja lo kayak gini. Pas dirumah Ona waktu itu mana, mana lo yang dewasa? Dasar setres!"

"Udah jangan dibahas. Ada Ona, "bisik Arel ke mereka geram.

Najak datang bersama Tari dan juga Nada bersama Lion.

"Eh?"

"Hai Ona!"

Makin nempel aja mereka.

"Na, Lo pernah pacaran?"

Pertanyaan dari Mentari membuat Ona kikuk sendiri. Jangankan pacaran, cintanya diterima aja enggak.

"Gak pernah kak."

"Oh pantes mukanya masih rada rada gimana gitu."

"Ya gak kek muka lo! Mirip setan." Saut Najak membuat Mentari memutar bola matanya jengah.

"Ya orang di pasangin sama si iblis gitu? Gimana gak kayak muka setan muka gue?" Jawab Mentari gak mau kalah.

"Belum kapok sama yang tadi lo?" Delik Bara tajam padanya.

"Udah woi! Astaga kalian ini ya gak bisa apa, damai?" Lerai Boim.

"Damai di atas kasur doang." Saut Arel mendapatkan tendangan dari Zioga.

"Maaf bos keceplosan."

"Eh kak Mentari itu bibir kakak kenapa bengkak dan luka?" Tanya Nada.

Mentari menggelengkan kepalanya. "Kejedot."

"Bacod!" Timpal Najak.

"Oh kejedot, sakit ya kak?"

"Enggak Nad. Enak. Coba aja lo juga bakal suka ntar. Ya gak Yon?"

"Gila Lo!" Kali ini Lion yang berucap mendelik Mentari tajam.

Mentari cuman memutar bola matanya jengah. "Em gue izin mau ke atas dulu ya! Soalnya perut gue agak gak enak. Kalian lanjut aja, Ona lo kalau mereka ngomongnya ngelantur pukul aja pakai meja, ya?"

Ona mengangguk.

Bara memperhatikan langkah Mentari yang tertatih. Dengan desahan panjang dia berdiri dari duduknya menghampiri Mentari tanpa aba-aba menggendongnya seperti karung.

"Udah Ona, Nad, gak usah kalian dengerin emang gitu mereka rada gak waras. Cuekin aja." Ucap Arel ketika Mentari berteriak nyaring meneriaki Bara meminta di turunkan, dia tak lupa menyebut semua nama binatang yang dia ketahui. Sampai pintu kamar terdengar di tutup dengan keras.

"K-kak. Kak Mentari gak kenapa-kenapa kan? Kok, suaranya hilang?" Beo Nada.

Najak tertawa paksa. "Ah biasa, udahlah, bahas yang lain aja. Oh ya, gue beliin kalian yogurt!" Katanya.

Ona langsung menyambar kantong plastik di tangan Najak itu. Mengambil yogurt rasa susu.

"Buset kaget gue Na."

"Hehe. Makasih kak Najak."

"Njir! Cuman satu masa?" Beo Nada.

"Ya itu yogurt semua gue beliin Nad."

"Maksud gue yang rasa susu."

Najak menepuk jidatnya. "Bagi sama Ona. Atau enggak suruh cowok lo sana ke Alfamart terdekat beliin."

"Mau Nad?"

"Udahlah Na, gakpapa, gue tau lo pura pura nawar. Gue rasa stroberi aja."

Ona tertawa kecil.

Tari duduk bersandar di bidang Najak mengambil susu kedelai. Gadis itu gak suka yogurt btw.

Arel beranjak dari duduknya menyetel speaker memutar lagu sickick-Mind Games.

"Wah asik gue suka lagunya!" Kata Nada mengikuti lirik lagunya.

"You don't you don't know~"kompak Ona dan Nada. Keduanya asik sendiri begitu lagu itu di putar. Sesekali menggerakkan tubuh mereka.

Lion menyapu rambut Nada memperhatikan gadisnya yang duduk di pangkuannya itu. Sementara Ona duduk di antara Zioga dan juga Boim.

"Bisa diem gak sih badan lo Na?" Gerutu Boim.

"Oke kak." Ona langsung bersandar di sofa menyesap yogurtnya sampai habis. Dia menuruti Boim duduk diam tak bergerak lagi.
Ia meletakkan kakinya diatas paha Boim lalu mengubah posisi kepalanya berbaring di paha Zioga tanpa meminta izin mereka berdua.

"Suka suka lo aja deh Na." Boim menyerah.

Kling!

Ona membuka room chat nya sama Zioga. Aneh, padahal mereka sudah didepan mata kenapa cowok itu malah mengirim pesan coba? Mata Ona membola membaca pesan singkat itu lalu menatap Zioga sekilas.

Zioga
Kenapa liatin gue?
Mau dicium?

Ini beneran dia yang ngetik? Gak salah kan?

Ona mulai mengetik balasannya lalu mengirimnya kepada Zioga.

Ona
Boleh.

Dia melirik Zioga yang juga menatapnya. Ona terkekeh kecil memalingkan wajahnya karena gak tahan lama lama ditatap sama mata hazel itu. Zioga berdehem menetralkan racun dalam dirinya. Ia melirik kearah lain.

Kling!

Zioga
Mau dimana?

Ona
Bbr:v

"Se—tann." Umpat Zioga tertahan. Bocah itu sungguh menguji imannya.









To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang