16 | Sesuatu yang tidak Ona ketahui

8.6K 344 0
                                    

Selamat membaca







>>>>>>>>>><<<<<<<<

"Heh!"

Ona menghentikan langkahnya saat seorang cewek menarik kasar lengannya. Marshanda.

"Mau apa?" Tanya Ona dingin.

"Lo beneran udah gak suka sama Angkasa?"

"Ya."

"Jadi rumor itu benar, Lo pacaran sama kak Zioga?"

Ona mendesah panjang. Bukan urusan dia mau tau urusan Ona, lagian dia siapa? Dia bukan siapa-siapa di hidup Ona sekarang. Tiap kali melihat Marshanda yang Ona rasakan hanyalah perasaan sakit dan sesak di dadanya.

"Iya. Kenapa?" Bukan dia yang menjawabnya.

Gadis itu menoleh ke sumber suara dibelakangnya. Ia membelalak melihat Bara datang bersama Mentari. Bara menarik Ona ke sisinya.

"Ona sekarang pacar Zioga." Terangnya.

"K-kak."

"Sssst. Biarin orang gila ini yang ngomong." Potong Mentari menutup mulut Ona.

"Jadi, lo, pacarnya Angkasa. Gak usah labrak labrak Ona lagi hanya karena Lo iri. Lo udah dapat Angkasa kan? Fokus sama cowok lo, gue juga bakal jamin Ona gak bakal ganggu hidup Lo maupun hubungan lo lagi." Bara memperjelasnya.

"Kalau dia masih deketin cowok gue gimana?" Tantang Marshanda.

Bara menyeringai. "Sebaik apasih, cowok lo itu? "Tanyanya remeh.

"Yang ada cowok lo kalik yang deketin cewek temen gue."

Mentari maju ketika Marshanda hendak bersuara. Dia menyerahkan Ona kepada Bara lalu mencengkram kuat bahu Marshanda. Jangan lupakan kalau Mentari di sekolah ini adalah tukang berkelahi dan terkenal banget suka membully balik orang yang tak disukainya.

"Lo tenang aja. Gue pastikan Ona gak berhubungan sama sejenis sampah kayak kalian lagi." Ujarnya tersenyum penuh maksud.

"Iya kan, Ona?" Liriknya melalui ekor mata gadis yang sedang dipegang pundaknya sama Bara itu. Ona mengangguk mengikuti alur.

"Nah. Sekarang Lo pergi!"

Marshanda menghentakkan kakinya dilantai meninggalkan mereka.

"Makasih ya kak, buat semuanya, "kata Ona kepada mereka berdua.

Mentari mengangguk. "Bicara santai aja sama gue. Gue udah tau kok kalau Lo adiknya Melinda."

"Kak Mentari kenal kakak gue?"

"Siapa sih yang gak kenal dia? " Jawabnya melirik sinis Bara. Cowok itu yang mengerti maksud tatapannya cuman berdehem.

"Yaudah, Lo mau kemana Na?"

"Em mau ke kantin kak."

"Yaudah. Bareng kita aja, yuk!"

"T-tapi Nada?"

"Dia sama Lion udah duluan."

Akhirnya Ona menurutinya saja.

>>>>>>><<<<<<<

Ona berdiri di koridor menatap hujan turun dengan lebatnya. Tadi pagi saja cerah banget, eh, pas siang tau tau malah hujan. Ona mendesah ketika supirnya gak bisa jemput, mamanya juga sedang ada meeting. Tadinya dia bohong bilang pulang sama Nada sewaktu mamanya menelpon mangkanya mereka gak khawatir sama Ona.

Tau taunya Nada udah duluan sama Lion. Syukurlah mereka masih berhubungan baik walaupun udah putus.

"Ona, kenapa berdiri disini? Nada mana?" Tanya Reja, Jovan dan Didim menghampiri dia. Ona tidak melihat ada Angkasa bersama mereka.

"Lo tenang aja. Angkasa udah balik kok sama Marshanda." Jawab Didim seolah tau pikiran Ona.

"Ah? Iya. Nada udah duluan sama kak Lion." Saut Ona.

"Gue sih mau nebengin Lo tapi gak mungkin karena gue bawa motor, Na." Ujar Jovan dibalas anggukan kepala sama Didim.

"Sama. Gue juga. Gue gak bawa mantel lagi? Lo Ja?"

Reja ikut nyengir. "Sama. Gue gak bawa kendaraan, tadinya ban motor gue kempes jadi gue tinggal di bengkel. Gue malah mau nebeng sama Dim?"

"Memangnya Ona sama siapa?"

"Supir." Saut Ona.

"Supirnya belum jemput?"

"Pak Marito sakit." Jawabnya mendesah membentangi tangannya. Membiarkan tetesan hujan membasuhnya. Langit semakin gelap, hujan pun tak kunjung reda nya seakan menangisi bumi serta menertawai Ona yang sekarang sedang buntu sama pikirannya.

Andai saja tadi dia menyetujui tawaran Zioga pulang bareng pasti gak bakal kejebak hujan seperti ini sekarang.

"Yaudah, gue sama temen temen gue bakal temenin Lo disini sampai huj—"Jovan menjeda ucapannya ketika seseorang datang dari belakangnya.

"Bareng gue aja." Kata Bara.

"Eh? Kak Bara bukannya udah pulang sama kak Mentari ya?"

"Ck. Dia pulang dijemput sama supirnya. Gue bawa mobil, ayo bareng gue aja?"

"Tapi nanti kak Mentari salah paham gimana?"

"Lo gila? Dia gak bakal perduli. Lagian kan gue cuman niat nganterin lo. Udah ayo!"

Bara langsung menariknya usai membentengi payung lebarnya membawa Ona masuk kedalam mobilnya.

"Kak, jangan ngebut ya?"

"Lo tenang aja."

Yakalik dia ngebut? Di kira dia ini psycho apa yang gak punya perasaan? Entahlah Bara malas memikirkannya. Tadinya dia di telpon sama Zioga buat ngecek Ona apakah masih di sekolah atau tidak kalau masih dia memintanya mengantar gadis itu pulang. Eh tau taunya masih deh.

"Kenapa Lo gak mau bareng Zioga pulang tadi?"

"Oh itu, dia kan harus cepat pulang kak karena di telpon sama mamanya."

Bara mengangguk paham. "Ternyata lo lebih mementingkan orang lain ketimbang diri Lo sendiri ya?"

Ona tak bergeming.

"Ona."

"Iya kak?"

"Ada sesuatu yang gak lo tau soal Zioga, Angkasa dan kakak lo."

"Maksud kakak apa ya? Kok Angkasa juga?"

"Lo pasti bingung kan, kenapa Zioga dan Angkasa itu bermusuhan?"










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang