34 | Zioga bercerita

6.8K 207 0
                                    

Selamat membaca







>>>>>>>><<<<<<<

Bara datang membawa perlengkapan berkemah. Juga membawa nasi bungkus untuk mereka makan bersama sama sekantong plastik Aqua gelas. Mentari langsung menyambut susu ibu hamil yang di bawakan sama Bara lalu meminumnya.

"Lama deh! "

"Nanti cepet cepet lo ngomel Mentariiii. Ada yang tinggal lo marah. "

"Nyenyenye."

"Itu doang yang lo bisa kalau kalah debat sama gue. Udah, yang mau makan ambil sendiri ya guys!"

"Okee!"

Mereka hanya terkekeh berkutat pada kesibukan masing-masing. Bara menghidupkan api unggun disana. Ona mengajak Zioga berjalan jalan santai di sekeliling taman, sedangkan Lion mengajak Nada pergi ke danau dekat taman, ya mungkin untuk menghabiskan waktu mereka bersama di kota ini sebelum Lion ke Surabaya.

Malam kelulusan penuh pada kegalauan masing-masing diantara mereka. Tapi ditengah itu ada sepasang kekasih yang baru berbahagia, Ona dan Zioga yang baru saja jadian secara resmi setelah sekian lama hanya berpura-pura.

"Na."

"Iyaa?"

"Lo mau tau soal gue dan Melinda?"

"Emangnya boleh aku tau, kak?"

"Kenapa enggak? Lo kan pacar gue sekarang. Semua tentang gue lo boleh tau dan boleh nanya Na. Mungkin kedepannya gak akan mudah buat kita, tapi Lo jangan pernah nyerah sama gue, lo ngerti kan? Gue ini gak romantis, gue gak ngerti kayak anak anak yang mendefinisikan kemauan dan perasaan mereka."

Ona tersenyum mengiyakannya. Dia mengajak cowok itu duduk di bangku panjang yang tak jauh dari denah mereka berkemah.

"Kakak juga gitu. Kita berjuang sama sama ya, kak? Tungguin aku sukses kita nikah! Mau kan, nikah sama aku?"

Zioga mengangguk. Dia menghela nafasnya menatap kelangit yang gelap.

"Dulu ... Gue ketemu Melinda pertama kali di taman bermain. Waktu itu dia sedang menangis, gue tanya dia kenapa terus dia bilang dia menangis karena habis punya masalah dirumah. Gue gak tau awalnya gimana gue bisa akrab dan dekat sama dia bahkan dia juga cepat banget akrab sama anak-anak. Tapi dia paling dekat sama Bara, dia lebih terbuka sama cowok itu ketimbang gue. Setiap ada sesuatu yang terjadi dia selalu cari Bara, tapi ketika dia bahagia dia cari gue. Gue dan Bara gundah, sama sama kebingungan dalam keheningan dengan sikap Melinda yang gak bisa kita tebak."

"Sampai ... Dia nangis nangis datangi gue dan bilang kalau dia habis melakukan hal gak bener sama cowok yang di sukai adiknya. Dia bilang ke gue dia lakukan itu karena dia merasa iri sama lo, dia bilang kalau di depan adiknya orangtuanya memperhatikan dia. Tetapi ketika adiknya tidak dirumah orangtuanya selalu membanding bandingkan dia yang bertubuh lemah sama lo yang keras kepala. Tapi, apapun alasannya waktu itu gue kecewa, gue hancur, gue sedih, gue marah. Bagaimana bisa orang yang setiap hari selalu menyatakan perasaannya ke gue malah menyerahkan kehormatannya sama cowok yang di sukai adiknya dengan alasan dia iri sama adiknya? "

"Lalu, Melinda berubah setelah bertengkar sama gue hari itu. Dia juga menjauh dari Bara, perlahan dia mulai menghilang dari kehidupan gue dan anak anak tanpa memberi kabar dan memberitahu dimana dia. Saat itu gue prustasi, gue merasa bersalah, gue egois, gue selalu cari dia tapi gue gak tau keadaan dia. Gue juga ada masalah dirumah karena perselingkuhan orangtua gue membuat mama selalu nangis nangis dan mabukkan, papa jatuh sakit karena penyakitnya, Lana pulang pulang di bully badannya luka luka, gue merasa gila, gue bener bener gak tau tujuan gue waktu itu sampai gue sering mabuk mabukan lagi, gue party, pulang larut, berkelahi dan balapan. Mama selalu nangisin gue, nangisin papa, nangisin dirinya dan keadaan kita semua."

"Semua terasa berat Na. Buat gue. Sampai gue gak percaya dengan cinta. Sampai Lo hadir, dihari pertemuan pertama kita gue ngerasa ada yang beda sama lo, tapi sekilas gue melihat sosok Melinda dalam diri di versi yang berbeda. Lo selalu bersembunyi dibalik kata 'gakpapa' membuat gue selalu penasaran sampai perlahan lahan gue mulai melupakan sosok Melinda dan kesedihan gue. "

"Mama jarang tersenyum tiba-tiba ketawa setelah Lo masuk kedalam hidup gue. Dia selalu cerita soal Lo setiap makan malam, bahkan Lana sendiri bilang ke gue dia iri banget sama lo, tapi dia gak membenci lo. Gue gak tau Na sejak kapan hati gue berubah,  setiap hal yang gue lewatin bersama lo semua terasa ringan dan menyenangkan walaupun terkadang Lo menyebalkan dan bertindak konyol. Lo cewek baik, gue selalu berusaha menahan untuk gak menyukai elo tapi semakin gue tahan gue semakin takut kehilangan kesempatan gue buat ngemilikin lo. "

"Gue mau lo tau Na. Gue serius menyukai elo, gue sayang lo. Gue—"

Ona langsung memeluk cowok itu erat. Entahlah kenapa rasanya dia sedih, bahagia dan sedikit kecewa juga mendengarnya. Yang jelas dia merasa lega cowok itu mau terbuka dengannya. Ona ... Sejauh itu kehadiran lo merubah seorang Zioga?

"Aku juga. Aku juga sayang banget sama kamu kak."

"Janji jangan tinggalin gue ya Na?"

"Iya. Aku janji."

Keduanya berpelukan. Rasanya nyaman membuat Ona sedikit menyayangkan pelukan mereka.

"ONA! ZIOGA! MAKAN DULU WOI!"

Keduanya terkekeh kemudian bergandengan tangan menghampiri Boim.

"Ganggu lo."

"Yee, kan bisa nanti nanti pacaran nya. Sorry tapi ya gue ganggu, tapi asik makan barengan, kita kan gak tau momen kayak gini kapan bisa ke ulang. Ya gak Ona?"

"Kak Boim bener. Ayo!!"

"Na jangan gandeng gue cowok lo kayak mau bunuh gue anjir."

"Hahaha. Aman selagi ada gue dia gak bakal apa apain kakak."

"Ya habis ini gimana?"

"Itu mah urusan kakak sama pacar Ona."

"Tai lo Na!"









To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang