4 | ONA

11.6K 445 0
                                    

Selamat membaca


/Kamu ... Adalah trauma yang tak ingin aku sembuhkan/

\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Ona berjalan di lorong sekolah sambil menatap layar ponselnya. Satu pesan dari Mela, mamanya membuat senyum tipisnya terangkat. Ia merasakan dadanya sakit. Ternyata memang selama ini karena suatu hal hubungannya dan mamanya begitu buruk sampai mendapati pesan singkat sang mama membuat Ona berada ada yang berbeda. Begitu tak biasanya dia dengan perlakuan mamanya sekarang.

Dulu... kalau gak dipukul aku pasti dimaki.

"Apa mungkin karena gue kelamaan duduk doang ya?" Gumamnya bertanya-tanya. Sesekali meringis menahan sakit di dadanya.

Mama
Pulang sekolah nanti mama jemput ya sayang?
Ona jangan lupa minum obat ya!
mama sayang Ona🌹

"Iya ma," ucap Ona sambil mengetik balasannya lalu...

Gdbrk!!

Agh...

Gadis itu tersungkur ke lantai. Dia memegangi dadanya yang perlahan terasa menusuk sakitnya. Kemudian memejamkan mata menarik nafasnya naik-turun.

Hosh ... Hosh ...

Jantungnya terasa sakit banget sekarang. Tabrakkan keras itu berhasil membuat dia seperti akan mati. Ona mengumpat ketika banyak mata menatapnya keheranan. COME ON ONA!


Salah seorang cowok yang tadi ia tabrak berjongkok kemudian memperhatikan raut wajah Ona yang nampak pucat seperti kesusahan bernafas. Dia pun membuang nafasnya memegang kedua bahu gadis itu menginterupsinya untuk mengambil nafas pelan pelan kemudian menghembusnya secara berulang. Ona mengikuti titahnya dengan baik.

"Udah lega?" Tanyanya menatap Ona.

Gadis itu mengangguk menelan salivanya mendongak menatap cowok asing di depannya. Wangi yang asing dan tatapan asingnya membuat Ona agak gak nyaman. Mata hazel itu sangat indah tetapi menusuk kedalam kornea matanya.

"Maaf. Gue gak liat jalan tadi. Dan makasih, udah bantuin gue, "ujarnya menetralkan nafasnya. Rasa sakit di dadanya perlahan menghilang. Ia masih menyentuh deguban jantungnya.


"Gue beneran gak sengaja."

Cowok itu mengangguk mengerti. Dia sudah melihat cewek itu dari ujung tadi tapi dianya saja yang tidak ingin menyingkir dan membiarkan gadis itu menabrak tubuhnya melihat betapa fokusnya dia kearah layar hp. Tapi dia merasa familiar sama wangi tubuhnya Ona, apalagi wajahnya itu. Ia seperti melihat seseorang yang dikenalnya, tapi siapa?

Ona berdiri dibantu cowok itu. Kemudian saat ia hendak bicara matanya menatap penuh ke name tag nya. Anzioga Axleinnero bacanya dalam hati membuat matanya membola lebar beralih menatap cowok didepannya yang juga menatap bingung dia.

"Ada apa?"Tanya cowok bernama Zioga itu kebingungan. "Lo kenal gue?"

"ENGGAK! GAK MUNGKIN! MUSTAHIL!"Jawab Ona spontan. Sial! Kalau begini bukan hanya cowok dihadapannya, tetapi semua orang akan mengira mereka dekat.

Zioga tersentak pada tatapan penuh arti.

C-cowok ini .... Cowok yang kak Melinda maksud, kan? Iya kan?? Bener! gue ingat kok nama cowok yang disurat kak Melinda itu. Namanya sama persis. Gue yakin dia orangnya!

"Ganteng ternyata."


"Apa?" Ulang cowok bernama Anzioga Axleinnero itu, atau dikenal dengan nama panggilan Zioga.


"Ah? Apa? Ah em anu itu ehm gak ada apa apa kok kak!" Jawabnya menampakkan cengirnya. Sialan bilang apa ya dia? Bingung gimana cara deketinnya.

"Aku—ehm gue Melia Onalencia." Ucapnya langsung memperkenalkan diri sambil menjabat tangan cowok itu tanpa menunggu persetujuan darinya. "Panggil Ona boleh, dek boleh, sayang boleh, darling pun lebih boleh!"Antusiasnya.

Zioga hanya mengangguk bingung akan perubahan drastis cewek dihadapannya. Secepat itu, masa? Tapi dia tidak ingin mempermasalahkannya. Toh dia sudah banyak menemukan jenis cewek seperti yang suka SKSD dengannya.

"Oh. Yaudah?"

"Yaudah apanya ya kak? Kita aja belum menjalin hubungan gimana mau udahan? Kecepatan kak... orang itu PDKT dulu gak sih?"

"Hah?"

"Ah enggak. Lupain!"

Gila. Zioga menghela napasnya. Menyesal sudah dia menolong gadis cantik itu.

"Kak."

"Ya?"

"Mau kenalan sama mama gue gak?"

"Gak. Makasih."

Ona merengut. Apa semua cowok memang tidak ada yang tertarik akan kecantikannya? Kalau begitu mending gue jelek aja anjir! Ona membatin sendiri.

"Ehm anu kak, gue .... Boleh minta nomor Lo gak?"

"Buat?"

Buat? Iya juga ya buat apa dia meminta nomor cowok itu?

"Memangnya harus pakai alasan ya, minta nomor lo?"

"Bisa aja lo penguntit."

"WHAT?!"Is so crazy! Gue dibilang penguntit? Yang benar ajalah! Jidatmu!

"Ohhh—itu! Buat kenalan lebih dekat. Ah enggak, maksud gue gini, gue mau minta nomor lo karena .... Karena?? Ah iya! Kata salah satu anak PA kalau kak Zioga itu ketua eskul PA kan? "Mantep. Tingkatkan alibi lo Na.

Untunglah dia sudah mencaritahu soal cowok itu beberapa hari lalu jadi dia bisa beralasan kan untuk mendapatkan nomornya?

"Kebetulan kita ketemu. Gue mau masuk eskul PA kak, katanya harus nanya elo langsung? Mangkanya gue mau minta nomor lo. Sekalian ya kalau gue bingung bisa tanya tanya gitu, di chat?"

Zioga mendengus. Itu alasan klasik sih karena sudah banyak siswa siswi yang menggunakannya sebagai alasan hanya untuk mendapatkan nomornya Zioga.

"Lo bisa datangi wakil PA buat ambil formulir pendaftaran. Isi aja trus kumpulin ke mereka. Lo juga kalau mau nanya-nanya bisa ke mereka. Kalau mereka gamau ngerespon dan masih nyuruh nyuruh lo tanya gue lo bilang aja siapa namanya dan gimana mukanya ntar gue yang urus. Udah kan?"

Artinya dia di tolak?

"Ohhh... Gitu ya? Yaudah. Oke deh! Kalau gitu see u next time!"

Gakpapa gagal sekarang. Yang penting jangan gagal dua kali aja, kan? Dia akan memikirkan cara agar cowok itu mau memberikan nomornya.

"Kak Melinda sialan lo ngasih tugas berat banget gila. Kalau bukan karena mau caritahu tentang isi surat wasiat lo itu males banget gue ngadepin dia. " Gumam Ona terus menggerutu sepanjang jalannya. "Melinda anjing!"


"ARGH SIALAN!!" Teriaknya.




To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang