43 | let's play to the game!

5.5K 208 0
                                    

Selamat membaca





Makin dark makin heran aja sama jalan pikiran gue sendiri disini, gak kebayang kalau alurnya bakalan se-plottwist ini hahahah. Semoga kalian ngerti yaaa guys🗿

❗Kalau kalian udah ngerasa ceritanya bikin kalian agak gak waras tinggalin aja❗

>>>>>>><<<<<<<



Kamis.

Nada menghampiri Ona.

"Na, gue gak bakal mati kan, Na?"

"Ngomong apasih lo. Gajelas banget. Kerjain aja tugasnya, lima menit lagi bell istirahat!"

"Ye elo mah orang deg degan. Lo gak tau aja gue masih gak nyangka tau!"

"Udah diem jangan bahas hal itu disini."

Nada hanya berdehem mengiyakannya. Dia benar-benar nyaris hilang akal sehat begitu mengetahui bahwa rahasia Ona itu sangat gelap sekali. Sampai kewarasannya pun sedikit terganggu. Bagaimana bisa temannya ini sepinter itu berakting selama ini? Sia sia saja dia mencemaskan wanita berbahaya seperti Ona. Jelas saja dia mencemaskan dirinya sendiri.

"Bersyukur gue gak punya masalah sama lo. Dan gue setia menjadi sahabat lo. Huhuhu."

Ona hanya berdehem menggelengkan kepalanya saja.

"Na, menurut lo, kenapa Marshanda nyuruh lo jauhin Zidan?" Bisiknya bertanya penasaran.

"Karena dia di ancam."

"Ancam?"

"Lo akan tau nanti. "

>>>>>><<<<<

"Berikan kertas ini kepada Ona."

"Gue gak mau, gue udah capek jadi pesuruh lo. Gue gak mau di curigai lagi. Gara gara berurusan sama lo gue kehilangan banyak hal."

Plak!

Dia menjambak rambut Marshanda.

"Kalau lo gak mau, gue lacurin lo ke tempat para jalang itu! Lo tau kan, gue bisa berbuat apapun kepada lo dan keluarga lo kalau Lo gak turutin mau gue."

"Ahkk, dasar cowok setan! Lo udah bunuh anak gue, Lo ud—aaaah."

"Gue bisa lakukan hal itu berulang kali kalau Lo gak nurutin gue. Ngerti Lo!"

Dia melepaskan Marshanda dan mendorongnya kasar hingga tersungkur ke lantai. Menginjak kaki gadis itu kuat sampai dia berteriak kesakitan.

"Pe-la-cur."

Marshanda menangis terisak setelah pria itu meninggalkan apartemennya. Dia ketakutan memeluk dirinya sendiri.

"Apa ini karma gue karena udah ngehianatin Ona? Hiks, gue takut," cicitnya menangis.

Darah segar dari sudut bibirnya dan juga kepalanya mengalir.

"O-Ona tolong hiks...."

>>>>>><<<<<<

"Onaaaaa!"

Gadis berambut sebatas bawah dada itu menoleh. Dia baru keluar dari perpustakaan.

"Kenapa?" Tanyanya langsung melihat wajah merah padam Nada.

"Nih. Gue dapat diatas meja lo." Dia menyerahkan kertas itu kepada Ona.

Ona membukanya langsung membaca tulisan tersebut.

"M-a-t-i."

"Liat deh, ada darahnya juga di kertas itu. Kira kira darah apa ya, Na? Masa darah manusia?"

Ona menatap lurus kedepan.

Ia menghela nafas menyapu rambut panjangnya kebelakang.

"Nad. Sekarang giliran lo."

"A-apa? Seriusan lo nyur—"

"Gue berjanji lo akan baik baik aja. Percaya sama gue."

Nada mengangguk meskipun dia sedikit ragu untuk mengiyakan ucapan Nada.

>>>>>><<<<<<

Ona datang ke bascame mengenakan pakaian serba hitamnya. Dia duduk di sofa mengambil satu buah apel lalu memakannya.

"Wah. Ada Bu bos. Kenapa nih, berita apakah yang engkau bawa wahai gadis cantik?" Sambar Arel ikut duduk di sofa mengambil buah salak membukanya kemudian memakannya.

"Lo sendiri gimana kak, udah bisa relain si Caca?"

"Wah. Kalau itu sih kayaknya belum, Na?"

Ona tertawa halus.

"Misi kita berhasil."

Boim datang mendekat bersama Najak.

"Hah?" Tanya keduanya kompak.

"Nada .... Sudah di tangan mereka."

"Lo udah pastikan Ona?"

"Ya. Karena gue menyembunyikan pelacak di bagian tubuh Nada."

Lion mengigit jempolnya.

"Serius tapi kan pacar gue bakalan aman, Ona?" Tanyanya.

"Gue pastikan dia aman. Malam ini kita bergerak sesuai yang sudah kita rencanakan di awal. Ready guys?"

"Yes. "

"Let's play to the game!"

"Btw. Zioga mana?" Tanya Najak buka suara.

Ona mendengkus.

"Dia sama kak Zidan dan kak Bara ke tempat lain."

"Wah. Sepertinya malam ini malam yang akan menyenangkan?" Kekeh Najak.

"Gila lo Jak. Menyenangkan apanya? Yang ada nyeremin karena bakal ada pertumpahan darah lol! Musuh kita itu psikopat alias orang gila yang udah gak waras dan obsesian parah." Timpal Boim. "Lo jangan terlalu santai!"

Arel mengangguk setuju.

"Benar. Jangan sampai lengah. musuh kita juga bukan orang biasa dia jauh lebih berbahaya dan juga penuh strategi. Salah langkah kita semua bisa tamat." Ucap nya.

"Ona. Hindari perkelahian menggunakan belatih. Dia bisa aja ngincar jantung lo." Ucap Lion memperingati.

Ona mengangguk mengiyakan.

"Gue gak akan bawa apapun selain diri gue dan operator penghubung dengan pihak kepolisian yang akan menjadi saksi hidup dan mati kita semua. Seluruh masyarakat akan tau. Karena gue akan menjadi sandera juga."

"AAAAAAPAAA?"













To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang