19 |Kerumah Zioga

8.3K 344 0
                                    

Selamat membaca




>>>>>>>><<<<<<<


Jumat.

"Na, Onaa ini mama kamu di dalam?" Mamanya sedikit berteriak mengetuk pintu kamar putrinya. Tak kunjung di jawab dia pun langsung membuka pintu yang tidak di kunci itu.

Ona tampak pulas diatas sofa. Sepertinya dia kewalahan. Mela menatap sekelilingnya dimana diatas meja penuh buku pelajaran Ona, dia mengambil buku tulis yang berada di tubuh gadis itu. Kemudian mulai merapikan kamar Ona tanpa meninggalkan suara. Dia mengambil selimut menutupi tubuh gadis itu.

"Capek ya, anak mama?" Dia menghela nafas mencium puncak kepala gadis itu lalu meninggalkan kamarnya.

Pukul 4 sore Ona terbangun dari tidur siangnya. Ia memekik kaget begitu melihat jam dindingnya sudah pukul 4 sore.

"Sial! Gue harus ke makam kak Melinda."

Gadis itu buru buru mengambil jaket dan juga dompetnya. Dia berjalan menghampiri pak Marito di kebun belakang rumah.

"Pak, mama mana?"

"Nyonya kembali ke kantor non."

"Oh gitu. Yaudah, ayo temenin saya ke makam kakak saya, pak!"

"Siap non."

Butuh waktu 20 menit untuk tiba di makam kakaknya. Ona meletakkan buket melati setelah berdoa dan menyirami makam kakaknya. Dia juga melakukan hal yang sama di makam papanya yang letaknya bersebelahan sama makam kakaknya.

Ia mengernyitkan dahinya begitu melihat sepucuk surat dan satu tangkai mawar putih disana. Kemudian gadis itu mengambil surat berpita pink itu penasaran membacanya.

Hari ini gue datang kesini karena teringat seseorang, Mel. Tenang di surga.
~temen lo, Zioga.

Jadi tadi Zioga sudah kesini duluan?

"Ternyata memang udah dingin dari lahir," gumamnya.

Dering telepon Ona berbunyi membuatnya mengernyit heran karena tidak ada namanya disana. Cewek itu mengangkatnya karena terlanjur penasaran.

"Ya?" Jawabnya mengikat kembali pita tadi menyuruh pak Marito.

"Dimana?"

Ona terdiam sesaat mendengar suara familiar di seberang sana. Kemudian dia menutup mulutnya.

"Kak Zioga?"

Cowok itu berdehem saja diseberang sana.

"Ah itu, aku em lagi diluar. Kenapa kak?"

"Dimana?" Ulangnya bertanya.

"Emm," Ona melihat sekitar untuk memikirkan alasannya apa. Kemudian dia mengajak pak Marito keluar dari area pemakaman umum itu melihat sekeliling.

"Aaaah aku di cafe Rosa kak. "

Sambungannya diputuskan sepihak sama Zioga membuat Ona menggaruk tengkuknya tak mengerti akan apa maksud cowok kaku itu menelponnya menanyakan lokasi kemudian mematikan teleponnya.

"Aneh nih orang?" Dia mengajak pak Marito ke cafe yang disebutnya tadi. Biasanya Ona setiap pulang ziarah selalu mampir di cafe itu untuk mengusir kebosanannya.

Kling!

Ona membuka hp nya menatap pesan masuk. Sebelumnya dia sudah menyimpan nomor Zioga. Matanya membelalak membaca pesan itu.

Zioga
Gue di dpn cafe.

Ona buru buru meneguk jus alpukat nya kemudian membayar ke kasir setelah itu berjalan terburu-buru keluar cafe. Benar saja cowok itu sedang mengobrol sama pak Marito. Begitu gadis itu keluar Zioga menghentikan pembicaraan mereka menatap Ona.

"Kak?"

"Ayo."

"Ayo kemana?"

"Rumah."

"Rumah? Rumah kamu?" Tanya Ona dibalas anggukan kepala oleh Zioga. "Em tapi aku—"

"Tenang aja non. Nanti saya bilang sama nyonya. Gakpapa, non sama nak Zioga saja, saya akan pulang sendiri. Kebetulan saya mau mampir ke suatu tempat dulu."

Ona mengangguk pasrah setelahnya. Kemudian ikut masuk kedalam mobil milik Zioga. Di perjalanan Ona menatap keluar jendela dibaluti perasaan anehnya. Kenapa cowok itu mau mengajaknya kerumah?

"Kak. Kenapa tiba-tiba kamu mau ngajakin aku kerumah kamu?"

"Disuruh mama."

"Ohh?"

Ona nervous tolongggg!!

>>>>>>>><<<<<<<

Ona di sambut sama mamanya Zioga hangat. Zioga memilih langsung ke kamarnya untuk mandi. Ona menatap rumah besar bak istana atau yang lebih tepatnya mansion itu. Megah dan mewah seperti rumahnya ya walau lebih megah rumah ini sih.

"Astaga pacarnya Zioga udah datang?"

Pacar?

Dia gak menyangka sih bakal kerumah cowok itu secepat ini padahal kan dia belum bisa dibilang dekat sama cowok itu.

"Maaf ya tante Ona gak bawa apa-apa kesini."

"Ya gakpapa dong. Em panggilnya mama aja biar sama kayak Zioga, jangan Tante, ya?"

"Ah. Iya tan—ma."

"Kamu tau gak kenapa mama nyuruh Zioga bawa kamu kesini?"

"Gak tau tan—ma."

"Hohoho. Mama kan mau ngajakin calon mantu mama masak masak di dapur. Kamu bisa masak?"

"Emm bisa sih dikit."

"Masak apa Ona?"

"Mie sama telur, ma?"

Tawa mamanya Zioga pecah mendengarnya. Dia gemas mencubit pipi gadis itu.

"Kamu lucu banget sih? Mama jadi seneng deh. Eh, iya aduh mama lupa! Lana!! Sini!"

Gadis yang dipanggil itu menghampiri mereka. Biar Ona tebak gadis yang bernama Lana ini adalah adiknya Zioga, kan? Tapi ... Kenapa dia mukanya muram gitu ya?

"Lana. Kenalin ini Ona, dan Ona kenalin ini Lana ehm—anak tiri mama." Ucapnya sengaja berbisik di ucapan terakhirnya kepada Ona.

Ohh. Jadi dia anak tiri? Ternyata keluarga Zioga juga agak rumit ya? Ona jadi memikirkan banyak hal setelah kata anak tiri itu disebut sama mamanya Zioga.

"Hai! Aku Ona. Kita seumuran kan, ya?" Ujar Ona mengulurkan tangannya. Lana menerimanya lalu mengangguk mengiyakan.

"Lana."

"Emm yaudah Ona. Ayo Na, kita ke dapur biar mama aja yang masak dan kamu duduk liatin mama. "

"Iya ma. Lana ikut kan?"

"Oh? Emm...."

"Aku ada banyak tugas Ona, kamu aja sama mama." Jawab Lana.

Ona merasa ada yang aneh antara Lana dan Mira mamanya Zioga ini. Tapi dia gak mau banyak bertanya, dia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Nanti kalau urusan kamu udah selesai kita ngobrol, mau gak?"

"K-kamu mau ngobrol sama aku?"

"Iya. Yaudah, aku tunggu di dapur ya!"

Lana hanya diam memperhatikan Ona yang di rangkul sama Mira. Wanita itu tersenyum hangat kepada Ona, senyum yang bahkan tidak pernah Lana dapatkan.

"Ona cantik dan baik, wajar mama langsung suka sama dia. Jadi dia ya pacarnya kak Zioga? Cantik."










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang