23 | Nada dan Marshanda

7.8K 308 1
                                    

Selamat membaca







>>>>>>>>><<<<<<<<

Sepulang dari kerja kelompok dirumah Ona. Nada, Febrian, Rio dan Indah berpisah di persimpangan. Nada di jemput sama Lion. Tadinya Nada mau di antar pulang sama supirnya keluarga Ona tetapi dia menolaknya karena Lion sudah dulu menghubunginya mau menjemputnya.

Nada di antar kerumahnya dengan selamat, untunglah papanya gak ada jadi Lion gak kena maki hari ini. Cowok itu meninggalkan area rumah Nada setelah memberikan kantong kresek berisi jajanan ringan untuk Nada.

"Dasar. Gimana bisa gue gak sayang dia kalau dia kayak gini terus ke gue?" Gumam Nada tersenyum cerah.

Saat ia hendak masuk kedalam rumahnya tiba tiba saja Marshanda datang mencekal lengannya sampai Nada berteriak tertahan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Nada tajam.

Semenjak Marshanda mengkhianati Ona sejak itu sikap Nada jadi berubah sama Marshanda. Apalagi pas Ona di kabarkan kecelakaan dia meminta tolong sama Marshanda untuk membantunya mengantarnya kerumah sakit saat itu mobilnya dibawa sama abangnya tapi apa, Marshanda menolaknya mentah-mentah dan menyumpahi Nada tiada.

"Gue mau main. Gue kangen."

"Kangen? Selama ini lo kemana Shan? Ada Lo ingat gue? Pas gue nelpon Lo nangis nangis minta ditemenin kerumah sakit waktu dapat kabar Ona kecelakaan ada lo care sama gue yang dirumah ini kayak orang setres mikir kondisi sahabat gue separah apa hari itu? Pas gue minta Lo temenin gue sendirian dirumah Lo bilang apa? Lo lagi sibuk nemenin Angkasa dan itu berulang selama Ona gak ada di dekat gue. Pas gue telpon Lo gue bilang Ona udah siuman dan dia nyariin elo ada gak lo datangin gue kerumah sakit sekedar nyemangatin gue? Bahkan gue yang nemenin dia selama koma tapi nama lo yang dia sebut begitu dia sadar gue gak benci sama lo, gue gak kecewa sama Ona. Lo gak pernah ada Shan."

"Ya itu karena—"

"Stop nyalahin Ona!"

"Lo kenapasih Nad? Kenapa Lo bela Ona? Dia aja belum tentu kayak gitu sama Lo!"

"Heh! Ona itu sahabat gue ya. Dia gak munafik kayak lo Shan. Hatinya baik walau ucapannya kadang nyakitin. Udah deh, gue males sama lo, ladenin lo bikin gue mau mules tau gak. Ona, Ona, Ona, Onaaa aja terus yang Lo salahin, gue capek Shan, sama keegoisan Lo. Coba berhenti salahin diri oranglain atas kegagalan lo. Sebelum terlambat baiknya lo minta maaf karena udah jahatin Ona."

Nada menghela nafas meletakkan kantong plastik belanjaannya diatas meja.

"Lagian gue heran, segitu bencinya lo sama Ona yang udah pernah nyelamatin nyawa lo? Jangan lupa Shan, lo masih hidup sampai sekarang dari orang orang yang nyaris bunuh lo itu berkat siapa."

"Kalau gue sih, gue gak bakal lupa sama Ona yang udah bantuin gue banyak hal apalagi sampai ngehianatin dia hanya karena cowok brengsek kayak Angkasa."

Setelah mengatakan itu Nada masuk kerumahnya menutup pintunya dengan keras.

Marshanda terdiam mengepalkan tangannya. Air matanya menetes membasahi pipinya. Apa dia sudah seketerlaluan itu selama ini? Haruskah dia meminta maaf?

"Hiks gue—maafin gue."

Dibalik pintu itu Nada memejamkan matanya mendengar permintaan maaf Marshanda. Dia menyesali ucapannya barusan yang mungkin juga agak kelewatan tapi dia sangat jengkel kalau mengingat hari Ona kecelakaan itu.

"Apa tan, Ona kecelakaan?!"

"KRITIS???"

"Gak, Ona gak mungkin kenapa kenapa Tante karena barusan dia baik baik aja kok! Dia masih ngobrol sama saya bahas besok mau balapan. Tante bercandanya gak lucu deh."

"T-tante bohong kan??"

Tubuh Nada merosot begitu Mela mamanya Nada mengatakan lewat telepon kalau Ona mengalami kecelakaan menabrak trotoar jalan saat ingin menuju rumah sakit. Mela juga mengatakan kalau Ona banyak mengalami luka hingga tak sadarkan diri. Dan terlebih ada masalah sama jantungnya, jantungnya melemah dan bocor hingga harus segera di operasi jika tidak dia tidak akan bisa di selamatkan. Nada menangis dan menyalahkan dirinya yang tidak mencegah Ona.

Dia langsung menghubungi Marshanda untuk diminta temani kerumah sakit akan tetapi Marshanda menolak dengan alasan dia lagi sama Angkasa.

"Lo gila Shan? ONA ITU LAGI KRITIS ANJING! DIA BUTUH KITA SEBAGAI TEMENNYA! DIMANA HATI NURANI LO SIH HUH!?!"

"Sorry Nad gue gak punya temen kayak gitu. Mau dia mati terserah, gue gak perduli kalau dia mati, justru lebih bagus kalau dia mati."

"ANJING LO!"

Nada mengusap wajahnya lagi kemudian berdiri melangkahkan kakinya menaiki anak tangga berjalan menuju kamarnya.

"Gue gak bisa maafin lo semudah itu Shan. Lo udah terlalu jahat sama Ona dan gue."










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang