42 | Flashback (2)

5.1K 226 4
                                    

Selamat membaca


>>>>><<<<<<

Ketika Ona tersadar dari komanya hari itu dia memang menangisi Melinda. Menangisi kenapa perempuan itu bisa sejahat itu padanya, padahal sejak awal dia sudah banyak mengalah dan membiarkan Melinda bertindak sesukanya. Layaknya manusia, rasa iri dengki sejatinya sangat melekat dalam diri mereka.

Kalau boleh dibilang dia menyayangi Melinda. Menyayangi kakaknya, tetapi itu jauh sebelum dia tau kalau kakaknya terus mencoba untuk membunuhnya.

"Zioga Axleinnero?"

Nama itu sangat familiar.

Saat bertemu Zioga untuk pertama kalinya di koridor sekolah waktu itu dia sudah merasa kalau ada sesuatu yang aneh. Sampai, saat di cafe pelepasan Arel dan Caca, saat ia bermain piano dia baru menyadari siapa Zioga sebenarnya.

Dia adalah Nero, teman yang dijumpainya di pantai Bali saat berusia 7 tahun sewaktu berliburan keluarga. Melihat liontin perak jam pasir itu dia sudah mengingat semuanya. Zioga adalah Nero. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Melinda menitipkan Zioga padanya? Mengapa Melinda berteman dengan Zioga? Jawabannya tidak rumit.

Melinda tau kalau Zioga sudah pernah berjumpa sama Ona. Dan Melinda juga mengetahuinya ketika melihat kalung berliontin jam pasir yang sering Zioga pakai, kalung yang di wariskan turun temurun dan hanya ada satu yang asli di dunia, kalung milik keluarga Ona pihak ibunya.

Melinda mendekati Zioga dan berpura-pura menyukainya dengan mengatakan bahwa dirinya mencintai cowok itu. Dia menargetkan Zioga dan teman dekatnya. Dengan kata lain semua orang yang berurusan sama Ona. Niatnya ingin menguasai Zioga akan tetapi Zioga adalah cowok yang sangat sulit untuk di taklukkan. Apalagi Zioga pernah bilang ke Melinda...

"Gue menyukai seseorang yang pernah gue jumpai di Bali."

"Siapa?"

"Yang kasih kalung berliontin jam pasir ini, Mel. Meliona."

"H-hah?"

"Mungkin sekarang gue juga suka sama lo. Tapi gue belum begitu yakin."

Sejak saat itulah ambisi Melinda semakin tinggi untuk menghancurkan Ona.

Sayangnya dia malah overdosis obat dan berakhir meninggal dunia dirumah sakit dihari yang sama saat Ona kecelakaan. Ketika mendengar Ona kritis dan membutuhkan donor jantung dia sangat senang, artinya mereka akan mati bersama karena jantung nya tidak cocok untuk di donorkan sama Ona. Apalagi jantung Mela.

Sebenarnya siapa yang mendonorkan jantungnya kepada Ona?

"Dia Reja."

"REJA???"

"Tapi, bukannya Reja masih hidup? Dia malah ikut kelulusan kan?"

Benar.

"Itu bukan Reja, tetapi kembarannya yang menyamar menjadi Reja. Dia Raja."

"Gila!"

"Tunggu. Gimana Lo bisa tau semua tentang hal ini Zidan? Bahkan sejelas ini? Curiga gue sama Lo!"

"Itu karena sebenarnya gue adalah kakak kandungnya Ona."

BLAM!

Semua orang termasuk, Zioga, Boim, Najak, Arel, Bara, Mentari, Nada, Tari, Lion, maupun Ona. Mereka sekarang sedang berkumpul di bascame. Sebenarnya diantara mereka tidak ada satupun yang pergi ke luar negeri. Itu semua hanya alibi untuk memancing dia keluar dari persembunyiannya. Semua yang mereka lakukan dan terjadi adalah sebuah sandiwara yang telah di rencanakan sejak awal sebelum perpisahan.

"Usia gue 25 tahun, gue menyamar cuman buat jagain Ona dari jarak jauh. Kelahiran gue di rahasiakan karena banyak pesaing bisnis papa mau ngebunuh gue sebagai ahli waris. Saat itu Melinda lahir dan langsung di adopsi dari panti. mereka menggunakan Melinda seperti pancingan dan umpan, sebenarnya mama gak mandul dan bisa mengandung. Selama ini gue bergerak mengawasi semua orang."

"Lo tau soal ini, Ona?"

Gadis itu mengangguk dan terkekeh.

Nada, dia tampak sangat shock. Bagaimana bisa cerita aslinya sekelam ini?

"Yang jelas, Reja yang menyelamatkan nyawa Ona saat itu. Kalian mungkin bingung jadi biar gue jelasin." Ucap Zidan duduk di sofa setelah lelah berdiri menatap derai hujan lewat jendela.

"Waktu Ona dirumah Nada motornya sudah di sabotase sama dia,  begitu mama menelpon mengatakan Melinda kritis. Demi melancarkan rencana tanpa curiga Ona terpaksa harus mengorbankan nyawanya saat itu. Sebenarnya sejak lama Ona mengalami masalah pada jantungnya. Ketika Ona kecelakaan menabrak trotoar ada mobil lain yang juga kecelakaan bertumburan dengan kendaraan bermotor, dan pengendara motor itu adalah Reja, yang mengikuti Ona."

"Mereka di larikan ke rumah sakit sama ambulance. Ketika Ona kritis Raja datangin gue, dia bilang Reja gak akan bertahan karena kondisinya jauh lebih parah. Raja itu temen gue. Temen gue di dunia mafia. Dia bilang kalau Ona membutuhkan donor jantung secepatnya agar dia bisa selamat. Ditengah pembicaraan kami Melinda mendengar semuanya, dia menggunakan kesempatan itu untuk meninggalkan surat dan menyerahkannya ke mama seolah dialah yang sudah berkorban. Dia berpikir kalau dengan adanya surat itu orang beranggapan bahwa Ona sedang menjalani operasi hingga dia bekerjasama dengan salah satu dokter untuk membawanya ke ruang operasi yang sama. Tapi dia lengah, justru dokter itu adalah suruhan gue."

"Dia gak tau kalau saat itu Ona bisa selamat karena dia gak mendengar pembicaraan kami selanjutnya tentang Reja yang mau mendonorkan jantungnya buat Ona. Jantung mereka cocok, meskipun Ona sempat mengalami atelektasis paru pasca operasi. "

"Gue cuman bisa cerita sebatas ini."

Semua orang melongo mendengar cerita Zidan. Terlebih ekspresi yang di pasang Ona, bukankah itu kelihatan sangat santai right?

Semenjak insiden teror itu Zidan memaksa mereka berkumpul karena sudah waktunya mereka tahu dan memulai rencana baru.

"Jadi Zidan—kak Zidan, Lo masuk ke sekolah kita sebagai anak baru itu hanya buat mantau Ona doang, Lo Intel, kak?" Tanya Nada.

"Gue bukan Intel Nad. Mana ada Intel membocorkan rahasia ? Gue hanya seorang kakak yang ditugaskan menjaga adiknya dari bahaya meskipun gue sendiri juga dalam bahaya."

"Astagaaaaa gue shock banget help! Ternyata keluarga lo adalah keluarga yang menyeramkan. Tepatnya Lo anak mafia. "

Zidan terkekeh menganggukkan kepalanya. "Papa gue adalah pemimpin mafia terbesar yang privasinya hanya di ketahui sedikit orang. Sejak dia jatuh sakit dia meminta gue menjaga Ona setelah nanti dia tiada."

"Gue dan Ona gak bisa membuka rahasia kita. Karena ini juga bagian dari rencana. Sebab, kematian papa juga disebabkan oleh dia, Nad. Gue berterimakasih karena selama ini lo juga sedikit membantu menjaga Ona. Gue dan Ona, kita berdua bekerjasama dari jarak jauh. Gue keluar karena dapat panggilan dari Karnet, dia bilang Ona datang ke markas, mangkanya sekarang sudah waktu nya kita bergerak dan menunjukkan ke mereka siapa kita yang sebenarnya."

Lion mendesah. "Kalau sudah saling membongkar privasi begini. Apa selanjutnya yang harus kita lakukan? Gak mungkin pura pura jadi anak baik lagi, kan, Na?"

Ona tersenyum. "Gue gak pernah bilang kalau gue anak yang baik kak Lion."

Mentari menyentuh deguban jantungnya. "Gue nonton aja kan?"

"Yaiyalah. Ngapain juga bumil di ajak?"

"Sialan Lo Bara."











To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang