35 | Marshanda kenapa?

5.8K 201 0
                                    

Selamat membaca







>>>>>>>><<<<<<<<

Sebulan berlalu sejak hari kelulusan itu. Ona dan Nada sudah naik ke kelas 12 dan Alhamdulillah nya sih mereka satu kelas lagi, yeeey. Mereka juga dapat peringkat, Ona satu dan Nada peringkat tiga, duanya di Febrian. Sayang gak sekelas lagi sama cowok itu hihi, soalnya dia baik bisa dijadikan tempat nyontek hm. Tapi emm Ona dan Nada tahun ini malah sekelas sama Marshanda. Ya udahlah gakpapa.

Nada menjalani hari hari LDR nya penuh semangat, kadang dia mengatakan kalau dia merindukan Lion di dekatnya akan tetapi dia hanya bisa mendengar suara dan wajahnya di balik layar hp saja. Kadang dia menangis mendatangi Ona tengah malam hanya karena kangen Lion katanya, dasar! Bikin cemas aja kerjaannya si tuan putri manja.

Ona dan Zioga kalau weekend sering menghabiskan waktu bersama. Ona sering kerumah Zioga bertemu Lana dan mama Mira untuk belajar memasak, ngobrol, curhat dan shopping terkadang. Zioga sangat sibuk karena selain kuliahnya dia juga harus mulai mengurus perusahaan besar warisan papanya sebagai penerusnya. Kadang mereka bisa bertemu seminggu 3x itu suatu anugerah banget. Tapi hubungan mereka gak renggang kok justru makin lengket aja hmm.

Bara jarang ngumpul karena sibuk mengurus Mentari yang sedang hamil muda, hubungan mereka sedikit ada perubahan semenjak sudah kelulusan, Bara lebih memperhatikannya dari yang sering berantem dulu menjadi agak sedikit bucin dan posesif.

Najak sudah di New York, Tari yang gak sanggup LDR-an pun menyusul cowok itu untuk berkuliah ditempat yang sama. Lucu. Arel sama sekali gak ada kabar semenjak dia di London, dia benar-benar menghilang seperti ditelan bumi membuat orang mengkhawatirkan kondisinya disana. Boim? ya dia masih pada kesendiriannya.

Sekarang mereka sudah berputar pada porosnya masing-masing hm. Dan itu membuat mereka merindukan satu sama lain waktu bersama seperti biasanya.

"Na, gue kangen Lion, tanpa dia gue sekolah rasanya gak ada semangat deh? Gak ada tempat cuci mata gue." Keluh Nada kesekian kalinya menatap Ona yang duduk di sebelahnya bagian dekat jendela bangku nomor tiga.

"Ya sabar Nad. Dia juga pasti rindu lo kok disana, dia kan disana sedang bekerja keras buat nikahin lo setelah dapat kerja nanti. Lo sabar tunggu ya? Kita sama sama menunggu."

Nada mengangguk mengiyakan ucapan Ona. Ia memperhatikan rambut Ona semakin panjang.

"Na. Potong rambut yuk?"

"Gak ah."

"Yee. Potong batas bawah dada aja, Na, ini udah kepanjangan. Ntar kita di kira kunti lagi?"

Ona terkekeh. "Yaudah iya. Kapan nih?"

"Ntar pulang sekolah."

"Oke siap!"

"Gimana sama jantung lo, Ona?"

"Jangan lo tanya soalnya udah sembuh."

"Wah bagus deh! Akhirnya lo bisa main basket lagi?"

"Emm kayaknya gue sekarang mau lebih menyendiri aja deh, Nad. Gue mau menjauh dari pusat perhatian orang-orang, gue gak mau ntar kedepannya gue ribet kayak dulu. "

"Jadi maksud lo, Lo udah bener bener mau ninggalin dunia liar Lo?"

"Ya gitu deh. Gue gak mau mama kecewa lagi, terutama kak Zioga."

"Wah keren. Gue juga deh kalau gitu ikut lo. Biar nanti gak ada yang ngusik ketenangan gue disekolah ini. Ya walaupun ada sih yang bikin jengkel," Nada menoleh ke arah pojokan dimana Marshanda sejak tadi hanya diam.

"Jangan bilang gitu Nad. Gak baik. Lupain yang udah berlalu gak boleh jadi orang dendaman."

"Lo terlalu baik mangkanya gue sering kesal sama lo. Ck. Tapi gue sayanggg."

Aaaaaaa

Mulai deh alaynya keluar. Ck!

Ona memperhatikan Marshanda untuk sesaat, gadis itu juga menatapnya membuat Ona sedikit merasa ada yang aneh sama Marshanda. Tatapannya seperti tatapan orang sedang ketakutan akan sesuatu dan—seperti ingin menyampaikan sesuatu yang entah apa itu.

Ona jadi teringat pesan dari nomor asing sebulan lalu. Dia bertanya tanya siapakah pengirimnya dan apa maksudnya?

"Emm Nad."

"Yaa?"

"Ada yang mau gue bilang sama lo."

"Soal?"

"Ehmm, tapi Lo jangan kaget ataupun teriak ya? Sini gue bisikkin."

Nada mendekatkan telinganya ke wajah gadis itu.

"Gue di teror."

"What?!"

"Emm tepatnya udah sebulan sih, semenjak malam kita kemah itu."

"Kok lo baru bilang sih, Na?"

"Ya gue gak mau kalian semua over thinking sama pesan gak jelas itu."

"Sekarang masih?"

"Gak sih semenjak hari itu. Cuman Nad, gue merasa ada yang aneh. "

"Maksud lo?"

"Marshanda."










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang