38 | Menunda rencana

5K 185 0
                                    

Selamat membaca

Kalau udah gak betah berhenti aja batas ini ya ekekek. Btw bantu share ke teman-teman kalian sebanyak banyak nya ya guys!!

❗Jangan berharap keromantisan didalam cerita ini. Karena yang romantis hanyalah ilusi❗

❌Kapan cerita ini tamat? Kapanpun aku mau. Aku akan membuat cerita ini menjadi panjang.❌


/Mungkin kamu tidak akan sadar. Orang yang kamu usik bisa jadi adalah ahli strategi, pelaku sekaligus korban yang sudah lama menantikanmu/

>>>>>><<<<<<

Ona berjalan mondar-mandir didalam kamarnya. Ia menempelkan kertas tadi bersama kertas yang diberikan Marshanda di papan target.

"Lo salah kalau nyari masalah sama gue." Ucapnya tajam menunjuk tulisan tulisan itu.

Kemudian dia berjalan ke jendela membuka tirainya menatap kebawah sana. Ia menarik smirknya keatas.

"Sepertinya tuhan memang melarang gue menjadi gadis yang baik."

Dia pun menutup tirai jendelanya kemudian membuka pintu ruangan khusus untuk pakaiannya. Dia berjalan mengitari ruangan itu hingga berhenti di sebuah lemari kusamnya. Ona membuka lemari itu mengambil sebuah jaket yang telah berdebu. Dia menatap lambang nya, jam pasir. Mengingatkan dirinya sama kalung Zioga.

Drttt... Drttt...

Nada is calling you...

"Kenapa?" tanya Ona langsung, mendengar kebisingan diseberang sana. "Lo dimana?" Tanyanya lagi.

"Di klub Na." Jawab Nada dengan suara beratnya.

"Mabuk lo? Ada masalah?"

"Gue ... Putus Na."

Tatapan Ona jadi datar menatap lurus kedepan sana. "Share lock lo di klub mana gue kesana."

Ona mematikan sambungan teleponnya kemudian langsung berganti pakaian dengan setelan serba hitam. Tak lupa mengenakan jaket untuk menutupi tanktopnya.

>>>><<<<<

Ona langsung membelah kerumunan mencari keberadaan Nada. Cewek itu sudah mabuk berat disana menghabiskan beberapa alkohol. Ona jadi sebal membawanya pergi.

Dia mendorong kasar gadis itu ke mobil.

"Na ... Lo marah kan sama gue? He he he gue juga Na. Gue .... Tadi nelpon Lion tapi yang angkat cewek."

"D-dia bilang Lion lagi di kamar mandi. Aaaaaargh!"

Ona membuang nafas lalu berdecak. "Tapi gak mesti mabuk Nad. Gila ya Lo? Kalau ada yang niat jahatin elo gimana?"

"Tadi gue sama Zidan kok."

"Zidan? Mana dia? Kenapa Lo sendiri?"

"Dia pergi ke toilet."

Ona mengusap wajahnya.

"Bisa gak, Lo berhenti ke Zidan, Zidan, Zidan, Zidan terus Nad? Dia itu orang asing yang baru masuk kedalam kehidupan elo! Lo gak bisa terlalu percaya atau dekat sama dia. "

"Maaf. Tapi ... Gue percaya Zidan orang baik—hmph."

Huekkkkk!

Ona memejamkan matanya melihat Nada muntah muntah disana mengeluarkan isi perutnya.

"Sekali lagi lo sama Zidan. Gue habisin dia!"

Ona menarik Nada masuk kedalam mobilnya membawa cewek itu pergi. Tanpa dia sadari bahwa Zidan menguping semua pembicaraan mereka disana dengan tatapan dinginnya.

Ona membawa Ona ke apartemennya. Gak mungkin dia mengantar gadis itu pulang dalam kondisi mabuk apalagi membawanya kerumahnya.

Dia menyerahkan Nada sama seseorang yang sudah ditugaskan disana.

"Gue harus pulang sebelum mama tau kalau gue keluar." Katanya ke Nada.

"Besok temuin gue dirumah. Ada sesuatu yang mau gue bicarakan dan ini penting."

"Saya titip dia."

"Baik!"

Ona langsung keluar apartemen itu dengan perasaan dongkol setengah mati. Kemudian mengendarai mobilnya pergi ke suatu tempat terlebih dahulu sebelum pulang kerumahnya.

Dia menyambungkan teleponnya sama earphone.

"Hallo?" Jawab suara lelaki di seberang sana.

"Ini gue." Ucap nya ketus begitu sambungan diterima.

"O-Ona?? Lo? Beneran elo? Lo masih hidup?"

"Lo pikir mudah, gue mati? Ck. Gue dijalan ke sana sekarang. 5 menit gue sampai. "

"O-okee! Gue tunggu l—"

Ona langsung memencet tombol merah disana mematikan sambungannya sepihak.  Malas rasanya berurusan terlalu lama dengan hal hal penting penting amat. Cuman dia tidak bisa tinggal diam lagi begitu Nada dan Zioga ditarik kedalam masalah ini.

"Menyusahkan!"

Drtt... Drtt...

Zioga is calling you...

Mata gadis itu membelalak kemudian buru buru menepikan mobilnya ditepi jalan.

"Sial!"

"Ya, kenapa kak Zioganteng ku sayang. Tumben nelpon, kenapa sayang?" Tanyanya langsung sambilan tersenyum senang. Moodnya langsung berubah begitu cowok itu meneleponnya.

"Hallo sayang. Ehm Na, gue kangen, ketemu yuk?"

"H-hah? Sekarang kak?"

"Iya. Gue udah di taman dekat rumah lo nih, gue gak bisa tidur mangkanya nunggu disini pengen meluk Lo bentar aja. Lo bisa keluar sebentar?"

Si—allll umpat Ona dalam hatinya.

"Oh. O-oke kak! Aku keluar. Tunggu ya!"

Ona pun memutuskan sambungan teleponnya kemudian kembali menyambungnya sama temannya tadi yang pertama menelpon.

"Kesana nya gue tunda. Gue tiba-tiba ada urusan. Bye!"

Dia pun mematikan teleponnya sepihak tanpa menunggu jawaban diseberang sana. Lalu menancapkan pedal gas dengan kecepatan tinggi.

"Zioga sialan! Nunda rencana aja sih lo. Ahk, pacar kampret!"








To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang