36 | Peringatan

5.4K 188 0
                                    

Selamat membaca







>>>>>>>><<<<<<<

62xxxxx
Lo gak akan bisa bahagia.
Lo harus mati!

Ona tiba tiba melototkan matanya menatap sekeliling kantin mencari jikalau ada sosok yang mencurigakan. Tapi dia tidak menemukan siapapun disana.

"Ini orang maksudnya apasih?" Tanya Ona menatap pesan singkat dari nomor asing tersebut.

"Kenapa Na?" Tanya Nada merasakan sesuatu yang aneh sama Ona. Dia mengunyah mienya.

Ona memberitahu Nada pesan singkat yang dikirim nomor asing itu. Seketika Nada terbelalak mengamatinya baik baik.

"Gila. Ini maksudnya apasih? Siapa sih ini?" Tanyanya panik. Bulu kuduknya meremang.

"Lo gak bakal kenapa-kenapa kok Nad. Gue janji."

"Lo gila? Justru yang gue takutkan itu adalah elo bukan gue! Ah sialan. Gue jadi over thinking Na. Baiknya kita bilang ini sama kak Zioga."

"Dia pasti sibuk Nad."

"Ya tapi ini tuh masalah serius. Dia berhak tau karena dia pacar Lo! Lo gak boleh nutupin apa apa dari pacar lo, apalagi masalah kayak gini, kan? Siapa tau dia punya solusi Na."

Yang dibilang Nada memang ada benarnya sih.

"Gue akan bilang ke dia nanti kalau gue udah yakin sama orangnya."

"Lo tau siapa?"

"Gue curiga sama satu orang."

"Siapa?"

Belum sempat Ona menjawab seseorang datang menghampiri mereka. Namanya Zidan, dia ganteng, si anak baru yang baru pindah ke kelas mereka Minggu lalu.

"Wah. Lo gak di undang disini, ngapain kesini?" Tanya Nada bercanda.

"Wah. Lo jahat banget Nad, bisa bisanya ada yang mau sama lo, hm?" Saut Zidan meletakkan nampan makanannya diatas meja.

"Boleh gue duduk disini?"

Ona mengangguk mengiyakan. Dia melirik Nada datar kemudian fokus sama makan siangnya. Entahlah Ona merasa agak gak nyaman sama kehadiran Zidan.

>>>>>>><<<<<<<

Ona berjalan di lorong sekolah sambil melamun memeluk buku tulisnya. Dia masih kepikiran sama teror itu, teror yang membuat tidurnya selama sebulan ini gak nyenyak. Sampai dirinya begitu waspada sama kehadiran Zidan juga, ya itu sih berlebih tapi dia gak tau kenapa sorot mata Zidan seolah memiliki makna lain padanya dan itu membuat Ona gelisah.

"Apa gue bilang sama kak Zioga aja ya? Tapi gue gak dia khawatir, dia udah sibuk banget sama mata kuliahnya yang padat. " Gumamnya.

Langkahnya berhenti saat Marshanda tiba tiba muncul entah dari mana didepan matanya.

"M-Marshanda?"

Gadis itu menghampiri Ona. Kemudian melewati cewek itu sambil menyerahkan sesuatu kedalam genggaman Ona. Kertas?

Ona menggenggam kertas itu baik baik. dia tidak berbalik badan walaupun dia ingin menoleh memanggil Marshanda untuk bicara. Seolah nalurinya melarangnya untuk bergerak.

Sepertinya gadis itu menghindarinya.

"Kantong matanya kelihatan banget, dia kenapa ya? Dia masih sama si Angkasa? " Gumamnya bertanya tanya kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Ona berjalan memasuki kelasnya. Suasana kosong karena anak anak masih di luar. Ona memilih ke kelas duluan sebelum bell berbunyi beberapa menit lagi. Dia membuka kertas yang diberikan sama Marshanda di koridor tadi pelan-pelan sama perasaan berkecamuk.

Jauhin Zidan.

Alisnya mengernyit membaca dua kata yang ditulis sama Marshanda. Apa ini sebuah peringatan? Tapi apa hubungannya Zidan dan Marshanda? Mereka saling mengenal? Mustahil. Ketika Nada masuk ke kelas Ona langsung menatap gadis yang bersama Zidan itu datar.

Ona menghela nafasnya menyelipkan kertas tadi didalam buku.

"Lama. Dari mana aja sih?" Tanya Ona jengkel.

"Ye elo mah. Gue sama Zidan habis dari kantor lah! Manggil Bu guru."

"Oh?"

"Eh Ona. Lo ketua umum eskul PA kan??"

"Iya kenapa?"

"Ini ada yang mau masuk ke eskul itu, adik kelas. Lo ada formulirnya?"

"Ya ada sih, kebetulan gue bawa." Ona membuka tasnya mengambil beberapa lembar formulir pendaftaran eskul PA lalu menyerahkannya kepada Nada.

"Bilang ke mereka pendaftarannya tutup lusa."

"Okesip."

Ona melirik Zidan yang kebetulan menatapnya dengan senyuman lebar.

"Kenapa? Lo naksir ya sama gue?"

"Najis!" Gadis itu mengalihkan pandangannya ke buku tulisnya. Hatinya itu sudah melekat untuk Zioga seorang. Seganteng apapun cowok diluar sana tetap Zioga pemenangnya! Anjay bucin.

"Cuek amat lo neng. Potek hati Abang."

Nada berdecak.

"Udah jangan di ganggu temen gue. Cowok nya sensian ntar lo di makan mampus!" Ucapnya membuat Zidan tertawa halus.

"Gitu ya? Tapi dia kan gak disini."

"Terus. Lo kira Lo bisa deketin Ona hanya karena cowoknya gak disini lagi, gitu? Jangan harap ya! Gue hajar juga Lo lama lama Dan."

"Hehehe bercanda."








To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang