5 | ONA

11.5K 450 1
                                    

Selamat membaca

/Suatu kebetulan bisa menjadi suatu keajaiban dimasa depan. Bisa jadi hari ini kita asing kemudian menjadikan berikutnya sama penting/

\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Ona menikmati ayam rendang buatan mamanya. Dia paling menyukai bagian yang bertulang. Sambil memakan sayap yang telah di rendang gadis itu menatap mamanya yang asik berkutat sama pisau memotong kangkung.

"Mau dibantuin gak Ma?"

"Yang ada baru megang pisau jarimu langsung kepotong. Udah, mending kamu duduk aja."

"Nanti kalau Ona nikah ditanya mertua bisa masak apa enggak terus Ona jawab enggak, kan malu Ma!"

"Ya mangkanya cari mertua itu yang sayang dan menerima kamu sebagai menantu bukan pembantu."

Ona menganggukkan kepalanya setuju. Kali ini dia benar-benar setuju sama ucapan mamanya.

"Ma, Ona ikut eskul PA, boleh ya?"

Mela menoleh kearahnya. "PA?" Ulangnya bertanya.

"Iya. Pecinta alam Mam."

"Tapi Na, pecinta alam itu kan kamu akan sering sibuk ikut kemah, pergi ke hutan, dan keliling. Kamu gak capek memangnya? Kamu kan fisiknya lemah, Na."

"Aku udah bicara sama wakil ketua eskulnya tadi disekolah. Katanya gakpapa kalau aku seandainya gak bisa ikut kegiatan. Yang penting aku hadir kalau lagi ada rapat Ma."

"Yaudah. Mama bolehin. Tapi jangan terlalu capek ya, Na? Kamu kan belum sembuh total. Nanti kalau jantung kamu kenapa kenapa gimana? Mama pengen kamu sekolah itu gak memberatkan kamu."

"Iya ma. Makasih mama."

Ini pertama kalinya Ona meminta persetujuan mamanya untuk melakukan sesuatu. Kalau dipikir-pikir selama ini ia hidup memang sangat tidak tau diri dan sesukanya saja. Dia menghela napas kalau mengingat kedurhakaannya dahulu.

Ona mengigit sayapnya lalu mengunyah daging ayam rendang itu. Membalurinya sama nasi putih kemudian menyuapi ke mulutnya mengunyah nya pelan.

"Masakan mama memang paling enak!"

\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Ona mengetuk pintu kamar mamanya membuka mata Mela yang sudah terpejam. Dia menatap putri nya dengan raut kebingungan ketika Ona membawa Bantul guling bergambar Doraemon.

"Ma, Ona boleh tidur sama mama gak? Ona gak bisa tidur. " Ucapnya jujur dengan tubuh gemetaran.

Mela mengangguk tersenyum menggeserkan posisinya membuka selimut lalu menyelimuti tubuh gadis itu hingga menutup dadanya.

"Sini peluk mama."

"Iya."

Dia memeluknya mencium kepala gadis itu bertubi-tubi.

Maafin mama Na, ujarnya dalam hati.

Sementara Ona diam diam sedang mengigit bibirnya kuat. Ingatan tentang kecelakaannya malam itu terngiang amat jelas di kepalanya begitu dia memejamkan mata. Suara paduan ban mobil dan aspal, serpihan pecahan benda, teriakan histeris orang-orang, serta kepala berdengung Ona. Rasanya ngilu sampai dia tidak mau memejamkan matanya meskipun sesaat.

Kak... lo baik baik aja kan?

\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

"Onaa bangun... Onaaa." Mela menarik selimut gadis itu yang masih setia memejamkan matanya. Kantuknya belum menghilang karena dia tidur sangat nyenyak semalam sampai membuatnya malas beranjak dari atas kasur hangat mamanya itu.

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang