45 | Saling menyerang

5.6K 201 0
                                    

Selamat membaca




⚠️🔞⚠️🗿❌




>>>>>><<<<<<

Zidan, Bara, dan Zioga. Mereka bertiga sudah berada di gedung itu bersembunyi dibalik tumpukkan benda benda yang sudah rusak, mereka mendengar dan melihat Nada dan Ona disana.

"Sial! Gue gak nyangka Angkasa terlibat. "Gumam Bara.

"Polisi sampai dalam berapa jam, Ga?" Tanya Zidan.

"Tiga puluh menit kak."

Zidan mengangguk.

Mereka melihat Lion, Najak, Arel dan Boim di sebelah timur. Mereka saling mengode lewat tatapan matanya. Disisi lain ada Tari yang merekam aksi itu menggunakan kamera tersembunyi.

Zioga tak tega melihat Ona yang mengerang kesakitan disana. Bara mencekalnya ketika Zioga hendak keluar dari persembunyiannya.

"Jangan gegabah! Ona bisa mati, Ga." Bisiknya menekan cowok itu.

"Tapi Ona kesakitan kak. P-pahanya di tusuk belatih sama om Arnon. Gue—"

"Gue tau. Kita harus membuat perhatian mereka lengah. Ada dua nyawa yang menjadi taruhan kalau sampai kita salah langkah. Lo ngerti?"

Bara menepuk pundak Zioga. "Kak Zidan benar. Tahan diri lo Ga. "

"Sial!" Zioga kembali ke tempatnya dengan rasa khawatir dan prustasi melihat gadis yang dia cintai tengah mengerang ngerang disana. Dia takut, dia cemas, dia tidak ingin kehilangan Ona seperti dia kehilangan papanya.

"Sial! Gue gak bisa tahan lagi!"

Zioga langsung berlari keluar dari persembunyiannya membuat yang lain langsung panik.

"Anjing! Ceroboh tuh anak. " Kesal Bara.

"Kita gak bisa bersembunyi lagi. Semuanya keluar!" Ucap Zidan lewat operator penghubung ditelinganya.

Tas!!

Srakk!

"Lepasin dia!" Pekik Zioga menyeru di seisi ruangan.

Ona terkejut melihat Zioga. Dia tidak bisa berdiri karena pahanya tertancap belatih, dia menahannya sekuat tenaga. Arnon menyeringai menarik Ona lalu meletakkan pistol dikepala gadis itu.

"Mundur. Atau dia akan mati?" Kata Arnon.

Angkasa, Jovan, Dan beberapa anak buah Arnon maju melindungi Arnon. Marshanda merosot menjatuhkan tubuhnya kelantai, dia sangat ketakutan dan gemetaran disana.

"Eh anjing. Lepasin gue!" Ucap Nada membuat Marshanda semakin ketakutan.

"Lepasin kalau lo gak mau beneran mati ditangan gue setelah ini."

"M-maaf. I-iya. Iya aku bukain."

Plak!

Nada menampar wajah Marshanda sampai perempuan itu jatuh ke lantai.

"Lepasin Ona jika anda beneran tidak mau ada yang mati om." Ucap Zidan.

Arnon terbahak. "Siapa kau anak muda?"

"Aku, Arzidan Raflelzahar. Anak yang om pikir sudah mati beberapa tahun lalu oleh pengasuh nya. "

Arnon menatap tak percaya. Mustahil, mustahil anak itu masih hidup. Monolognya.

"Tidak. Itu tidak mungkin. Aku sudah membayar mereka untuk membunuhmu. Itu tidak mungkin!"

"Sayangnya mereka lebih mematuhi aku yang ahli waris sah dari pada orang yang belum tentu akan menjadi majikan mereka selama nya. Kalau kau membunuh Ona maka aku akan membunuhmu." Ucap Zidan serius.

"KELUAR !!" Teriaknya membuat semua bawahannya yang bersembunyi keluar menodongkan pistol ke mereka. Angkasa dan Jovan membelalak.

"K-kalian? Pengkhianat!" Teriak Arnon murka ketika beberapa para bawahannya berpihak pada Zidan. Namun pasukannya juga masih lumayan untuk menghadapi mereka. "Bocah ingusan!"

"Om tau, anjing yang setia pun akan mengkhianati tuannya ketika tuannya tidak menyayanginya."

"Kau—"

"Kak Lion!" Nada berlari hendak menghampiri Lion membuat semua mata membelalak ketika pelatuk pistol Arnon mengarah kepada gadis itu.

Di kesempatan ini Lion berteriak menyuruh mereka bertindak.

"SEKARANG !!"

Zioga berlari menyergap Angkasa dan Jovan di serang sama Bara, serta Arel dan Boim yang menghajar Arnon. Tari berlari menarik Ona. Lion menarik Nada bersembunyi dibalik tembok besar. Suara pelatuk pistol memeriahi gedung sepi itu, suara benda hancur, teriakan, dan perkelahian sengit pun terjadi.

"Lo tetap disini, Nad. Lo dengerin gue kan, hm?"

"Hiks aku takut ..."

"Jangan takut sayang. Ada gue, gue disini, hm? Mana yang sakit?"

"S-semua, semua tubuh aku sakit kak, hiks."

Lion memeluknya erat. "Maaf. Maafin gue. Maaf."

"ZIOGA !!"

"TARI BERLINDUNG!"

DOR!

"Arel bagian barat!!"

DOR!

BUGH!

"ANGKASA ANJING!"

"HAHAHAHA."

"AREL! BOIM DI BELAKANG !!"

"Ona tiarap !!"

DOR!

"Bara di belakang Arel!"

"Bar tolongin kak Zidan !"

Mata Lion membelalak begitu temannya saling berteriak.

"Nad. Gue akan kembali. Tetapi disini, ngerti?"

"I-iya."

"Janji, hm?"

"Iya janji."

Lion mencium puncak kepala Nada kemudian keluar dari sana. Nada berjongkok memeluk tubuhnya ketakutan sambilan menangis.

"Mama.... Nada takut."










To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang