44 | Kesalahan di rencana

5.3K 182 0
                                    

Selamat membaca











>>>>>>><<<<<<

"Arghhhh !" Nada berteriak kesakitan, rambutnya di jambak dengan kasar. Sudah 13 jam dia di sandera belum ada tanda tanda Ona dan yang lainnya datang membuat Nada ragu mereka berhasil.

"Bilang ke gue apa rencana sahabat lo! "

Nada menggelengkan kepalanya.

"K-kak Angkasa, kenapa kakak kayak gini?"

"Gue kayak gini karena Ona gak mencintai gue! Kalau Ona gak bisa bersama gue maka lebih baik dia mati agar tidak menjadi milik siapapun Nada."

Nada amat terkejut. Dia tidak menyangka Angkasa sudah bersekongkol dan juga menjadi jahat hanya karena cintanya di tolak.

"Waktu Ona suka lo kenapa Lo gak suka dia kak. Lo yang terlambat, itu salah lo, kenapa Lo milih Marshanda, Lo yang berkhianat."

"Itu semua karena Melinda jalang itu sialan! Dan juga karena Marshanda yang hamil waktu itu. Ha, hahahaha. Hidup gue hancur Nada. Kalau gue hancur Ona pun harus hancur."

Nada tersenyum miris.

"Cepat katakan dimana Ona, dan apa yang sedang di rencanakan nya sama anak anak busuk itu, huh?!"

Walau dia ketakutan setengah mati dia tidak akan mengatakan apapun, walau belatih tajam sudah berada di lehernya dia tidak akan mengatakan apa apa.

"Gue gak tau !!" Pekiknya.

Dia gak menyangka kalau sepulang sekolah dia akan di culik dan dijadikan sandera.

Plak!

"Bilang !!"

"Gak. Gue gak akan kasih tau kakak!" Jeritnya.

"Brengsek!"

Bugh!

Nada meringis kesakitan saat perutnya di tendang. Kedua tangannya diikat serta kakinya di sebuah tiang di gedung kosong.

"Bunuh dia sek—"

"Bos!"

Lelaki itu mengernyitkan dahinya menatap ke para bawahannya.

"Saya membawa hadiah."

Lelaki bernama Arnon itu menaikkan alisnya bertanya perihal siapakah yang mereka bawa. Arnon menjeda bawahannya membunuh Nada yang saat ini sudah menangis amat ketakutan. Angkasa disana menghampiri Marshanda dan Jovan.

"Gimana?"

"Beres Ang."

"Bawa kemari!" Titah Arnon langsung di anggukkan kepala oleh orang itu.

Mata Nada terbelalak disana.

"O-ONA !! Sialan! Kalian apa'in sahabat gue!"pekiknya histeris melihat gadis itu sudah tidak sadarkan diri, kedua tangannya terikat, bibirnya di bekap sama kain yang mengikat kebelakang kepala. Tetesan darah menetes di kepalanya membuat Nada makin menjadi menangisi Ona. Smirk Arnon terangkat.

"Gue hanya kasih dia obat agar dia gak bertenaga, "jawab Jovan menyeringai melepas bekapan mulut gadis itu.

"Apa? Kak Jovan kenapa Lo kayak gini! Kenapa Lo tega!"

Jovan hanya diam menatap Nada.

"Kalau terjadi sesuatu sama gue Nad lo harus selamatin diri lo."

"ONA ! LEPASIN DIA !!" mohonnya meronta-ronta. Dia mengingat pembicaraan mereka siang tadi.

"Bagaimana, kau suka dengan hadiah ku, om?" Tanya seorang perempuan yang baru saja datang melepas topengnya.

"Marshanda ...."

Marshanda menatap Nada takut.

"Brengsek! Bajingan! Anjing Lo Shan! GUE BERSUMPAH AKAN NGEHAJAR LO !!!" Makinya.

"Maaf. Gue gak punya pilihan Nad."

"DASAR MANUSIA GAK TAU DIRI! MENYESAL, GUE MENYESAL KENAL CEWEK SE LICIK ELO !"

Jovan tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Licik? Bahkan teman lo ini jauh lebih licik Nada. " Katanya melempar Ona ke lantai dengan kasar. Ona langsung muntah darah mengerang kesakitan. Ia membuka matanya menatap sekitar. Kepalanya pusing dan tubuhnya melemas.

"K-kak Jovan?"

"ONA !!" Pekik Nada.

Ona melirik gadis itu. "Nad?"

"Ahk ...."

Ona menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Lelaki berusia kisaran 38 tahunan itu berjongkok didepan Ona, dia mencekal dagu gadis itu sambil menyeringai.

"Hai keponakan ku tersayang."

"O-om Arnon?!"

"Kenapa? Kau kaget ya?"

J-jadi beneran om Arnon pelakunya? Dia bekerjasama dengan kak Jovan dan—Angkasa !! Mereka sengaja mencelakai gue? Sial! Gue harap kak Zidan dan yang lain sadar ada kesalahan di rencana ini. Operator gue juga rusak brengsek! Makinya dalam hati.

Arnon adalah adik almarhum papa nya Ona. Dia jarang menunjukkan dirinya tetapi sejak pertama bertemu dia di usia Ona 13 tahun dia tau pria ini memiliki niat yang tidak baik kepada keluarganya. Pria ini mengincar harta papanya yang akan di wariskan kepada Zidan kakak nya yang selama ini di sembunyikan. Arnon percaya kalau Zidan sudah tiada tetapi pelayan kepercayaannya saat itu menyelamatkan Zidan dan berpura-pura sudah membunuhnya.

Arnon tertawa terbahak-bahak.

"Setelah papa mu ku racuni, lalu selanjutnya giliran kau, kau akan mati menyusul papa dan kakak tirimu itu keponakan ku yang menyusahkan. Sayang sekali kau bukan putriku, kau pintar dan sangat aku sukai, tetapi kau hanyalah ancaman buatku mendapatkan kejayaan ku. Maaf kan paman mu ini Ona, aku terpaksa harus membunuhmu, maka harta itu akan menjadi milikku. "

Ona menyeringai. "Jangan harap. Om akan membusuk di penjara!"

PLAK!

Ona merasakan panas di wajahnya. Sudut bibirnya mengeluarkan darah bersamaan itu Nada berteriak menyebut namanya dengan perasaan takut.

"Kau. Justru kau dan temanmu lah yang akan  hidup abadi di surga."














To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang