12 |ONA

9.2K 384 1
                                    

Selamat membaca

/Dia hanyalah gadis rapuh yang menutupi sosoknya dibalik kata baik baik saja/

\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

"Dulu, sewaktu kak Melinda masih hidup gue dan dia gak pernah bisa disebut sebagai adik dan kakak. Kita selalu berseteru dalam hal apapun. Kita selalu memilih sekolah dan jalan yang berbeda, tidak saling mengakui kalau kita memiliki hubungan sebagai saudara kandung. Gue cemburu sama dia karena mama dan papa menyayangi dia ketimbang gue tanpa gue tau alasannya apa." Ona menunjukkan senyuman manisnya. Bersama tatapan hampanya, kenangan di masa lalu itu mulai menyeruak dikepala meminta untuk di dengar.

Kak Zidan...

Ona menghela napasnya panjang sebelum pada akhirnya melanjutkan ceritanya lagi.

"Papa meninggal karena dia memiliki riwayat kelainan jantung. Di saat terakhirnya pun dia gak mengucapkan apapun sama gue membuat gue semakin prustasi dan melampiaskan semuanya ke kak Melinda dan mama. Sejak papa meninggal gue dan kak Melinda semakin memusuhi satu sama lain, gue selalu keluyuran dan hobi balapan sampai pulang larut malam. Gue sering main ke klub, pacaran sama anak geng motor, dan berantem. Gue sering di marah mama. Kak Melinda selalu mengadu tentang apa yang gue lakukan membuat hubungan gue dan mama makin buruk. Walau gue marah dan kesal, gue menyayangi mereka. Nada, adalah tempat gue melampiaskan emosi gue, gue selalu datangi dia kerumah atau kemanapun dia, mau itu pagi, subuh, siang, sore dan malam. Gue selalu mengadu dan mengeluh sama dia."

"Nada...adalah rumah favorit gue."

Nada diam diam meneteskan air matanya lalu menghapusnya. Dia menemani Ona sudah dan senangnya jadi dia tau betul bagaimana hubungan Ona dan keluarganya. Tapi, kenapa gue ngerasa ada hal lain yang masih belum gue tau tentang lo, Na?

" Gue dulu egois sampai suatu hari gue tau kalau kak Melinda itu punya penyakit. Tubuhnya lemah sejak lahir, dia suka sakit sakitan dan tiba tiba pingsan karena imun tubuhnya sangat rendah. Gue mulai merasa bersalah, gue bingung, gue marah, gue kecewa sama diri gue sendiri,"

"Keadaan kak Melinda semakin buruk. Dia sering bikin gue kesal, karena dia selalu ngerepotin gue, minta ini itu, beli ini itu, jenguk jam segini jam segitu, temani kesana kemari. Tapi gue senang, "

"Sampai kurang lebih dua bulan lalu gue di telpon sama mama pas lagi mengerjakan tugas kelompok dirumah Nada." Waktu itu ya..

"Mama bilang kondisi kak Melinda sangat kritis dia minta gue kesana karena kak Melinda mau ngomong penting sama gue. Gue sangat prustasi sendiri, gue langsung meninggalkan rumah Nada hari itu menerjang hujan sama motor gue tetapi na'asnya gue mengalami kecelakaan dan menabrak trotoar jalan sampai gue gak tau lagi gimana gue saat itu. Gue hanya ingat suara klakson kendaraan dan teriakan panik orang orang, gue tau kalau gue yang kecelakaan saat itu. Tapi gue masih belum tau siapa yang bawa gue kerumah sakit."

Sewaktu dia kecelakaan dia mendengar suara familiar meneriaki namanya tetapi dia bingung suara itu milik siapa. Dan Ona masih mempertanyakan hal itu hingga sekarang. Mungkin dia tau soal ini?

Ona menghela nafasnya berat. Nada mengulum bibirnya kedalam mengusap usap punggung gadis itu. Ona menahan air matanya menatap lampu ruangan agar air matanya tidak menetes disana. Ia menarik napasnya dalam dalam kemudian menghembusnya secara perlahan.

"Tapi pas gue buka mata kak Melinda udah gak ada. Mama bilang gue koma selama dua bulan, kak Melinda meninggalkan jantungnya buat gue karena dia tau soal jantung gue yang mengalami masalah, dia tau semua hal yang gak orang tau soal gue sedangkan gue gak tau banyak hal tentang dia. Gue gak tau kata kata apa yang mau dia bilang ke gue di saat saat terakhirnya itu."

"Gue minta maaf. Maaf kepada kalian semua karena gue kak Melinda harus meninggalkan jantungnya ke gue."

Bara langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Itu bukan karena lo, Na. Melinda meninggal karena penyakitnya, karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah. Gue tau soal itu, dia pernah cerita ke gue kalau dia itu memiliki tubuh yang lemah dan mudah terkena penyakit." Ujar Bara serius.

"Jangan salahin diri lo. Lo gak salah dan gak tau apa-apa, kan? Lo juga gak pernah setuju jantung itu pindah ke tubuh lo karena waktu itu lo juga kritis, bahkan sama kritisnya kayak Melinda. Melinda ngasih jantungnya buat lo karena dia sayang banget sama lo, dia gak mau lo meninggalkan mama lo tanpa melakukan apa apa seperti dia. Melinda percaya banget Na, sama lo. Bahkan tiap dia cerita sama gue dia selalu nyebut adik nya tau, tapi gue gak tau kalau yang dia sebut sebagai adiknya saat itu adalah elo. Bahkan Melinda itu kagum banget Na, sama lo, asal Lo tau aja dia selalu nangis tiap kali dia cerita soal hubungannya sama lo yang gak baik."

"Melinda itu merasa bersalah banget sama lo karena tubuhnya lemah perhatian orangtua kalian jadi berbeda. Dia datangi gue tiap kali dia bertengkar sama adiknya yang paling berharga di mata dia."

Ona membeo. "G-gue berharga dimata kak Melinda, kak?"

"Iya. Lo berharga banget Na. Mangkanya lo jangan lemah kayak dia."

Lion menatap Bara, sejenak dia melupakan kalau Bara itu cowok yang juga terbilang dingin. Dia bangga akan kedewasaan Bara meskipun cowok itu sendiri begitu mencintai Melinda tetapi dia tetap menerima kenyataan didepan matanya. Lion tersenyum bangga mendengar ucapan Bara barusan.

Najak menginjak kaki Boim. "Cengeng amat!"

"Lah, Lo sendiri juga sama tuh?" Timpal Boim menunjuk air mata Najak yang keluar. Mereka serempak menghapus air mata di pipinya.

"Sialan, gue ketularan lo." Dengus Najak terkekeh halus.

"Bener kata Bara, Ona. Jangan menyalahkan diri lo sendiri. Lo harus membuktikan sama kakak dan papa lo kalau elo bisa berubah dan jadi gadis lebih baik lagi." Seru Arel.

Ona tersenyum mengangguk.

"Kalau terjadi sesuatu sama lo jangan sungkan bilang ke kita. "Tambah nya.

"Iya Ona. Lo gak sendiri, ada gue, Boim, Lion, Bara, Zioga, Nada, mama Lo, dan semua nya disisi lo." Tambah Najak juga.

"Kalian gak benci gue?" Beo Ona membuat mata Arel dan Boim membola.

"Ngapain anjir?! Lo gak ada salah. " Saut Arel cepat.

"Udah Ona, kita semua gak benci lo kok. " Final Nada.

Nada memeluk cewek itu.

"Maafin gue ya Nad, ngerepotin lo selama ini. Lo pasti sering kesel kan, sama gue?"

"Bohong sih kalau gue jawab enggak. Ya tapi gue bahagia karena berguna sebagai sahabat lo. Sering sering aja ngerepotin gue, gakpapa, "kata Nada.

Keduanya saling tertawa halus.

"Nah! Sekarang udah dulu sedih sedihnya. Ona kan udah cerita semuanya, jadi kebingungan kita semua udah terjawab juga. Sekarang ayo kita have fun buat merayakan lomba besok!" Seru Boim mengangkat gelas jusnya.

Mereka tertawa terbahak-bahak melihat kehebohan yang dibuat oleh Boim. Sedangkan ada satu cowok yang sedari tadi hanya diam memperhatikan tawa lebar Ona disana.

Mel, dia kah orang yang lo titipin sama gue? Tanya Zioga dalam hatinya.

Ona pun diam diam menarik senyum simpulnya. Sesuai rencana.






To be continued

ONA (COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang